Lawan kita hantu jadi-jadian

90.8K 11.7K 1.8K
                                    


Seorang laki-laki tua seumuran Anggara duduk di kursi kekuasaannya, dengan kaki satunya diangkat keatas kemeja.

Tangan kirinya memegang putung rokok, jangan lupakan kaca mata yang bertengger di hidungnya.

"Apa mereka semua sudah bangun?" tanyanya pada asisten pribadinya.

"Sudah Tuan. Mereka sudah bangun," jawab asisten tersebut.

Laki-laki tua itu menghembuskan asap rokoknya.

"Apa kalian sudah menangkap semuanya? Tidak ada yang tersisa?" tanya laki-laki tua itu lagi.

"Sudah Tuan, mereka semua sudah di tangkap. Kita tinggal menunggu dua gadis itu lagi," jawab asistennya.

"Hahaha! Aku akan menghancurkan mereka semua. Terutama dua tikus kecil yang sudah menghancurkan rencana ku itu!" tegasnya setelah tertawa jahat.

"Ayah."

Laki-laki tua itu menoleh pada anak menantunya, lalu kembali menghisap rokok tersebut.

"Mereka sedang menuju kemari," ujar menantunya.

"Heh, bagus. Dan yah, urus anakmu itu!" titahnya.

Menantunya mengangguk.

"Mereka sudah membuat cucuku dipermalukan dan menghancurkan rencana ku, maka aku akan membalas ini semua."

___

Lora dan yang lain sudah berada di depan hutan terlarang, tempat yang di tertulis di kertas tadi.

Tentu masih dengan gaun cantik itu, kasian gaunnya mahal-mahal malah di bawa perang.

"Ra, Lo yakin?" tanya Garel.

Lora mendengus.

"Yakinlah!"

"Sudah, ayo kita masuk." Mereka semua mengangguk.

Dika dengan pistolnya melangkah lebih dulu masuk kedalam hutan terlarang tersebut.

Insting Garel yang kuat langsung menarik Lora dan tepat hampir saja Lora terkena anak panah.

"Banyak jebakan disini, lebih hati-hati lagi." Semua mengangguk.

"Thanks." Garel mengangguk, lalu melepaskan tautan tangan mereka.

Asya yang melihat itu tersenyum.

"Ayo," titah Dika.

Mereka dengan berhati-hati kembali melangkah, hingga pekikkan Anne menghentikan langkah mereka.

"Itu tempatnya!" pekik Anne.

Mereka semua melihat sebuah gedung tua yang tak terurus. Benar-benar seperti rumah hantu.

Mereka semua minus Lora menelan siliva dengan susah payah, Lora yang sifatnya tidak takut dengan apapun melangkah duluan.

"Ra," cicit Asya.

"Udah gak usah takut, kalo ketemu sama hantu nanti kita karungin." Sebenarnya Lora hanya bercanda, mana mungkin bisa ngarungin jin.

"Ayo!" geram Lora.

Anne dan Asya saling berpegangan tangan.

Alex dan Dika pun sama, hanya Garel dan Lora yang berjalan tanpa bergandengan tangan.

Gedung tersebut tidak ada penjaganya, dan hal itu memudahkan mereka untuk masuk.

"Rel, tendang pintunya," titah Lora.

Jiwa yang Tersesat (ENDING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang