rencana pembalasan

104K 15.4K 1.6K
                                    

Typo tandakan

Gavin dan teman-temannya saat ini tengah berada di warung dekat sekolah, tanpa Serly.

"Gue ngerasa kalo adek-adek kalian itu udah bener-bener  berubah deh," ujar Andre.

"Iya gue juga ngerasa gitu, Lora sama Asya bener-bener bukan mereka yang kita kenal." Darren ikut menyeletuk.

"Alah, nanti juga buat ulah lagi." Dimas rupanya belum yakin dengan perubahan kedua adiknya.

"Kenapa Lo seyakin itu?" tanya Devan yang sedari tadi hanya diam.

"Iyalah gue yakin, mereka cuma pura-pura!" tegas Dimas.

Gavin? Dia masih memikirkan semua opini para sahabatnya.

"Kita liat aja nanti, awas Lo nyesel Dimas. Lora itu adik kandung Lo, Asya itu sepupu Lo. Kalo Lo lupa sini gue ingetin ke Lo, almarhum Om Bram pernah bilang sama kita buat jaga adik-adik perempuan kita, dan apa yang kita lakukan? Kita malah nyiksa mereka kan, jangan lupa Serly itu cuma anak haram!" jelas Devan penuh emosi.

"Devan!" bentak Arya yang sedari tadi hanya diam.

"Apa!? Lo gak suka gue bilang Serly anak haram! Kenyataannya emang dia anak haram! Cuma karena dia punya IQ yang lebih tinggi dari Lora dan Asya, semua jadi sayang ke dia!! Gak ada satu pun yang ngerti perasaan Asya sama Lora!!!" Devan meluapkan semuanya emosinya.

"Devan! Lo nih kenapa sih?!" tanya Dimas yang juga tersulut emosi.

"Kenapa Lo bilang?! Punya otak gak Lo! Jangan Lo pikir Lo itu Abang, gue takut sama Lo!" bentak Devan.

"Devan! Cukup ya," tegur Gavin yang menahan emosinya.

"Heh, gitu ya. Kalo gue ngomong dia anak haram semua emosi. Coba kalo Lora atau Asya yang gue jelek-jelekin, kalian bukannya marah, tapi malah ikut ngejelekin Adek gue."

Semua orang terdiam. "Ya karena mereka pantes." Andre memecahkan keheningan sesaat itu.

Bug

"Inget Andre! Lo bukan siapa-siapa disini!"

Setelah satu bogeman mentah mengenai wajah Andre. Devan, setelah memberi bogeman mentah pada Andre langsung pergi dari sana.

____

"Ayolah mau ya jadi pacar gue." Laki-laki itu hanya diam dengan wajah datarnya.

Lora sedari tadi mencoba menembak laki-laki yang menjabat sebagai captain basket di SMA nya yang terkenal dengan kedinginannya.

"Ayo lah ganteng," ujar Lora.

Sedangkan diseberang sana. Asya, Nina, dan ketiga mantan babu Lora yang sudah naik jabatan sebagai teman Lora. Tentunya sih Aziz bersama pacar barunya.

"Yakin Lo dia bakal nerima Lora?" tanya Bagus pada Aziz.

Memang Aziz lah penyebab Lora harus menembak laki-laki dingin itu.

"Yakin, percaya sama gue." Aziz benar-benar percaya bahwa laki-laki dingin itu akan menerima Lora.

"Kalo di tolak gimana?" tanya pacar Aziz.

"Percaya sama aku sayang," ujar Aziz lembut.

"Ih! Aziz, najis!" ketus Nina.

"Iri bilang babu!" ketusnya pada Nina.

"Asyaa," rengek Nina pada Asya yang hanya dibalas lirikan mata saja.

"Ish, nyebelin!"

Kembali lagi pada Lora dan sih captain kulkas.

Jiwa yang Tersesat (ENDING)Where stories live. Discover now