Peperangan dan Mr.R

102K 12.5K 1.6K
                                    

Buat yang lupa siapa Alex, Alex itu asisten pribadi Dika. Dika itu ayahnya Lora.

Baca lagi part MUKA SIAPA INI!!

disana ada Alex ya guys:)

"Kita harus gimana?" tanya Nina pada semua temannya.

Saat ini mereka semua tengah bersembunyi di salah satu kamar rumah kakek Anggara.

"Kita harus berbuat sesuatu! Kita gak bisa diem gini aja!" tegas Lora.

"Tapi Nona, apa yang harus kita lakukan?" tanya Alex.

Ternyata Alex dan Anne membantu Asya dan Lora tadi, merekalah yang membantu teman-teman Lora hingga bisa sampai ke belakang panggung.

"Lawan mereka!" tegas Asya.

"Sya! Mereka bawa senjata. Sedangkan kita? Mau mati konyol lo?!" tanya Toni kesal.

"Siapa bilang kita pakek tangan kosong, kita juga punya senjata." Asya tersenyum misterius.

Mereka semua pun ikut penasaran. Lora? Jangan tanya dia pun ikut penasaran, tentu karena dia tidak tahu apa maksud Asya.

"Paman Alex, coba cek keadaan didepan," titah Lora.

Alex mengangguk lalu perlahan membuka pintu kamar tersebut.

"Masih sangat ricuh Nona, mereka masih terus menembakkan pistol keseluruh ruangan. Dan sepertinya banyak korban," ujar Alex.

"Kita telpon polisi aja," saran Cece yang sudah ketakutan.

"Kayaknya sih udah ada yang nelpon polisi," sahut Aziz.

"Orang tua gue disana guys," ujar Aziz.

Memang orang tua mereka semua adalah kolega kakek Anggara, itu juga alasan mereka bisa datang.

"Itu makanya kita harus selamatkan semua orang! Terutama orang tua kalian!" tegas Lora.

"Sya, Lo bilang kita gak pakek tangan kosong. Itu artinya kita pakek senjata kan? Dimana senjatanya?" tanya Bagus.

Asya mengangguk. "Paman Alex ayo antar kami ke ruangan tempat kakek taro senjata," titah Asya.

Alex mengangguk.

Mereka semua keluar mengendap-endap, suara tembakan terus terdengar dan teriakan histeris dari mulut ke mulut terus terdengar.

Lora menginstruksikan kepada teman-teman dengan jari telunjuknya agar teman-temannya berhati-hati dan diam.

Mereka pun dengan berhati-hati hingga tiba di satu ruangan, Alex langsung membukanya. Tapi sayang pintu itu terkunci dengan sandi.

"Nona saya tidak tahu sandi pintu ini," ujar Alex.

"Coba sini biar gue coba buka," ujar Asya.

Asya mencoba beberapa pin namun tidak berhasil.

"Sya Lo bisa gak sih? Keadaannya makin gawat ini?!" tanya Aziz geram.

Pasalnya diluar suara kepanikan semakin terdengar kuat dan tentunya mereka khawatir pada para orang tua mereka.

"Hem, gue gak tau." Mereka semua melotot.

"Terus gimana dong?!" tanya Toni geram.

Tiba-tiba kepala Lora terasa sangat sakit. Anne yang melihat itu langsung membantu majikannya.

"Nona tidak apa-apa?" tanya Anne khawatir.

"Sakit Ne, kenapa gue sakit banget." Lora mencengkeram kepalanya hingga membuat rambutnya berantakan.

Jiwa yang Tersesat (ENDING)Where stories live. Discover now