Kejutan di Ulang Tahun Perusahaan

104K 13.2K 1.9K
                                    


Lora keluar dari kamarnya tepat jam setengah tujuh. Penampilan Lora begitu menawan, rambut di crully dengan warna hitam legam.

Gaunnya berwarna silver dengan berlian asli sebagai hiasan gaun tersebut.

Sepatu hak tinggi tiga senti, bukan sepatu biasa. Itu sepatu berlian asli.

"Baru kali ini gue pakek berlian asli," gumamnya.

Lora berdiri di depan pintu kamarnya.

"Ya Tuhan, Nona Lora sangat cantik. Seperti putri yang ada di dongeng-dongeng," puji Anne yang baru saja tiba.

Lora terkekeh. "Biasa aja Lo Ne, awas Lo belok."

"Ya tidak mungkin Nona," elak Anne.

"Hahah, udah ayo buruan." Anne mengangguk dan mengikuti langkah Lora dari belakang.

Tap

Tap

Tap

Tap

Tap

Suara sepatu berlian milik Lora menarik atensi semua yang ada di ruang keluarga.

"Itu Lora?" tanya Darren.

"Boleh gak kalo pacaran sama Adek sendiri?" tanya Devan.

"Lora cantik banget." Adnan pun jangan jarang berbicara pun ikut memuji kecantikan Lora.

"Adek gue tuh." tanya Dimas.

"Ngedip kalian!" ketus Dika.

"Kalian semua udah siap?" tanya Lora pada mereka.

Serly melihat benci pada Lora, karena penampilannya kalah jauh darinya.

"Udah sayang, tapi kita berangkat nya nanti sekitar jam setengah delapan. Kamu sendiri?" tanya Audrin.

"Lora mau ke rumah Asya Mi, udah janji sama dia buat jemput dia." Audrin dan Dika mengangguk.

Darren, Dimas, Adnan dan Devan benar-benar terpesona dengan kecantikan Lora.

"Apa?" tanya Lora saat menyadari tatapan mereka.

"Gapapa kok, mau bareng Abang gak?" tanya Devan.

"Gak usah Bang, gue sama Anne aja." Mereka menyerngit samar karena Lora berbicara dengan nada lembut tidak seperti biasanya.

"Lora udah maafin kita?" tanya Dimas.

"Kita? Gue aja kali, kalian mah kagak!" ketus Devan merangkul bahu Lora.

"Udah, kalian ini kenapa malah ribut," lerai Dika.

Dimas mendengus sedangkan Devan terkekeh sinis.

"Udah ah Bang, gue mau ke rumah Asya dulu." Lora melepas pelan rangkulan Devan.

Jujur saja dia sangat deg degan saat dirangkul oleh laki-laki seperti ini, ingat dia bukan Lora. Dia ini Kira, jangankan dirangkul oleh laki-laki lain oleh ayahnya saja dia tidak pernah dirangkul.

"Mami, Papi, Lora berangkat ya. Assalamualaikum, eh kalian jagain noh Adek kesayangan jangan dimarahin terus, kasian entar nangeess!" ejek Lora lalu dengan tertawa dia berjalan meninggalkan mereka semua.

"Waalaikumsalam," balas mereka.

Devan, Audrin dan Dika ikut tertawa sedangkan Darren, Dimas, dan Adnan hanya diam.

Serly menggeram kesal.

"Buruan Ne, entar meledak tuh balon emosi. Hahahah," tawa Lora pecah begitu juga Anne.

Jiwa yang Tersesat (ENDING)Where stories live. Discover now