34

3.5K 459 4
                                    

Hari yang ditunggu pun telah datang, Tumbler Kingdom sangat disibukkan untuk mempersiapkan semua keperluan Rachel dan yang lainnya agar mereka tak kekurangan apapun nantinya.

Semua rakyat pun sudah mendengar tentang kabar itu dan mereka berbondong-bondong ke kerajaan untuk melepas kepergian putri dan para pangeran.

Untuk perjalanan kali ini mereka akan menaiki kuda satu persatu, untuk memudahkan melewati jalan yang sempit.

Empat kuda putih sudah tersedia dan semua perlengkapan pun sudah siap.

Rachel dan yang lainnya berpamitan dengan Raja Veron dan Ratu Quisin, mereka berpelukan sejenak dan Raja Veron dengan berat hati segera memberangkatkan mereka.

Rakyat bersorak ketika mereka berempat sudah siap di kudanya masing-masing.
Rachel yang dibalut gaun biru cerah terlihat sangat cocok  dengan kuda putihnya.

Sosoknya yang anggun membuatnya seperti seorang dewi. Arnold bahkan terpesona melihat Rachel dan pipinya bersemu merah ketika Rachel pun manatapnya juga.

"Sudah siap?" Tanya Kael memastikan.

"Siap!" Jawab Rachel, Axel dan Arnold berbarengan.

Akhirnya Kael memimpin jalan dan disinilah perjalanan yang sebenarnya akan dimulai.

Kael memegang peta yang sudah sangat kusam, kertasnya bahkan sudah menguning dan tintanya sudah mulai hilang. Hanya peta itu yang ia dapatkan sebagai petunjuk ke Daerah Lewo.

Mereka masuk ke hutan belantara dengan pohon-pohon besar di sekelilingnya. Suasana pagi dengan embun yang sedikit mengalangi pandangan jauh mereka membuat mereka berjalan dengan pelan.

Tak ada yang mengeluarkan suara satupun, mereka terlalu fokus dengan pikiran masing-masing.

Baru saja mereka hendak masuk lebih dalam ke hutan, medan jalan sudah terlihat tidak memungkinkan untuk membawa kuda bersama mereka.

Mereka terpaksa turun dari kuda dan mulai berjalan kaki. Semua perlengkapan Axel simpan di kotak kecil khusus yang mempunyai banyak ruang di dalamnya.

Kael berjalan didepan untuk membuka jalan agar mudah dilalui, Kael yang mempunyai penciuman yang tajam sangat membantu di situasi saat ini.

Pohon-pohon yang besar membuat cahaya matahari tak terasa menyengat.

Banyak sekali tanaman yang baru pertama kali Rachel lihat, dari yang katanya bisa dimakan hingga yang paling beracun.

"Berhenti!" Ucap Rachel yang membuat mereka berhenti seketika dan memandang Rachel penuh tanya.

"Ada apa, Rachel?" Tanya Axel.

"Aku melihat tanaman lada, aku ingin memetik buahnya sedikit untuk jaga-jaga."

Rachel kemudian mendekat ke tanaman itu dan kebetulan sudah banyak yang matang, Rachel memetik sebanyak yang ia bisa.

"Apa yang akan kau lakukan dengan lada ini?" Tanya Kael penasaran.

"Untuk dijadikan serbuk lada, serbuk ini akan membantu jika kita menemui hewan buas. Cukup lemparkan bubuk ini ke matanya." Jelas Rachel sembari mengumpulkan lada yang ia dapat.

"Kak, tolong keringkan lada ini dengan sihirmu." Pinta Rachel pada kakaknya, Axel.

"Tentu." Axel menggunakan sihirnya dan setelah lada itu kering Rachel mengeluarkan sebuah gelas bambu dan menumbuk lada-lada itu dengan cepat.

Arnold kemudian memberikan beberapa botol kaca kecil untuk menyimpan bubuk lada itu.

"Terimakasih, Ar!" Rachel berkata dengan semangat.

"Sama-sama, Rachel."

Mereka membantu Rachel memasukkan serbuk itu ke botol kaca dan masing-masing dari mereka membawa tiga botol serbuk.

Rachel tahu jika mereka bisa menggunakan sihir jika bertemu dengan hewan buas, namun tidak ada salahnya membuat serbuk ini untuk cadangan.

Setelah semua serbuk lada siap, mereka kembali melanjutkan perjalanan. Kali ini mereka dihadapkan dengan pohon-pohon bambu di sekeliling mereka.

Bambu-bambu yang saling bergesekan ketika terkena angin membuat bunyi yang nyaring membuat suasana tak terasa sepi.

Arnold memetik salah satu bambu yang berwarna keemasan, satu-satunya bambu yang berwarna emas di hutan ini.

"Bambu apa itu, Ar?" Rachel bertanya dan menyentuh bambu itu dengan penasaran.

"Bambu emas? Di Lighten Kingdom para tetua menggunakan bambu emas runcing untuk berperang dan saat ini sudah jarang ditemukan bambu emas ini." Arnold membersihkan bambu itu dan membuatnya menjadi runcing.

"Hebat! Aku baru tahu seorang Arnold akan berbicara panjang seperti itu."

Mereka tertawa mendengar ucapan Rachel yang tentunya benar adanya.
Arnold kemudian membawa bambu itu di punggungnya.

Hari sudah semakin sore, mereka memutuskan untuk beristirahat di tanah yang cukup luas untuk mereka berempat.

Kael dengan sihirnya membuat rumah kecil dengan dua kamar untuk mereka istirahat.

"Apakah kalian lapar?" Tanya Rachel yang sedang melihat perbekalan yang mereka bawa.

"Tentu saja!" Kael mendekati Rachel dan melihat bekal apa yang dibawakan kerajaan. Banyak sekali makanan beku yang dibawakan untuk mereka, mulai dari daging, sayuran, dan buah-buahan.

"Wow, banyak sekali. Kalau begini, kita tidak akan kelaparan sampai kapanpun." Ucap Kael yang terkesan berlebihan.

"Kalian mau teh?" Mereka memandang Rachel heran, sedari tadi Rachel selalu membuat mereka penasaran.

Sebanyak itukah pengetahuan yang Rachel dapatkan di bumi? Itu membuat mereka bertanya-tanya bagaimana rasanya tinggal di bumi.

"Teh darimana Rachel? Ayah tidak membawakan kita teh." Jawab Axel lembut.

"Ituu.." Rachel menunjuk perkebunan teh yang kebetulan ada di belakang pohon bambu yang mereka tempati.

Rachel berjalan ke perkebunan teh itu dan memetik beberapa pucuk daun teh pilihan agar rasa teh nya semakin enak.

Seperti biasa Axel diminta Rachel untuk mengeringkan daun teh itu kemudian Rachel menyeduh daun itu menggunakan teko emas yang ia dapatkan di kotak penyimpanan milik Axel.

Teko emas itu membuat rasa alami teh tetap terjaga dan itu membuat mereka bersantai sejenak.

Rachel meletakkan daging ayam dan sayuran beku itu di atas nampan besar, Axel membuat makanan itu hangat seketika. Mereka mulai makan dengan lahap dan tak lupa teh yang Rachel sajikan menjadi penutup makan malam kali ini.

"Kael, lihat petanya." Kael menyodorkan peta itu kepada Arnold.

"Dari sini, kita akan pergi ke arah selatan dan kalau dilihat medan yang akan kita lewati cukup sulit." Jelas Arnold saat dia melihat peta.

"Benar, kita akan melewati sungai, lembah dan bahkan gurun." Kael menambahkan penjelasan Arnold.

"Apakah Daerah Lewo masih jauh lagi?" Rachel merebahkan dirinya diatas rumput yang sudah di alasi kain.

"Tentu saja masih jauh, kita bahkan belum ada sehari melakukan perjalanan ini." Kael menepuk kepala Rachel gemas.

"Sudahlah, kita istirahat saja. Kita mulai lagi besok pagi." Axel menengahi dan menyuruh mereka untuk tidur.

¤¤¤¤¤¤¤¤¤

👉TBC👈

Heyoo🙌

Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan💙

Ngabuburit sambil baca TA kuy!👋

Tumbler AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang