24

15.8K 1.2K 126
                                    

🔹🔹🔹

Sesampainya Axel di istana, ia segera memanggil tabib untuk memeriksa Rachel. Ketika tabib sedang memeriksa Rachel, Raja Veron dan Ratu Quisin muncul di tengah-tengah mereka.

Ratu Quisin menatap Rachel dengan sendu dan tak terasa bulir bening mulai berjatuhan melihat kondisi Rachel.

"Maafkan Ibu, Rachel." Ratu Quisin mendekat ke ranjang dan mengusap rambut Rachel dengan sayang.

"Bagaimana kondisi Rachel?" Tanya Raja Veron kepada tabib.

"Tidak terlalu parah Yang Mulia, hanya saja Nona Rachel perlu istirahat dan ia membutuhkan asupan makanan. Hamba sudah memberinya ramuan agar Nona Rachel cepat sadar."

"Terima kasih tabib."

"Sudah menjadi kewajiban hamba, Yang Mulia. Kalau begitu saya undur diri."

"Kapan Rachel akan sadar?" Ratu Quisin bertanya kepada Raja Veron dengan lirih.

"Tenanglah, Rachel akan sadar sebentar lagi." Raja Veron berusaha menenangkan Ratu Quisin.

🔹🔹🔹

RACHEL'S POV

Aku membuka mataku dan yang pertama kulihat adalah salju. Aku menatap sekeliling dan semuanya salju, tak ada pohon ataupun rumah yang terlihat.

Angin menerpa wajahku dan itu terasa sangat dingin. Aku mulai menggosok-gosokkan telapak tanganku dan berjalan sembari melihat kanan kiri, siapa tahu aku menemukan sesuatu.

Aku tak tahu ini masih pagi atau sudah malam, langit berwarna putih seputih salju tapi tak ada matahari.

'Sebenarnya aku dimana?'

Mataku memicing saat aku melihat pohon yang terletak tak jauh dari tempat ku berdiri. Aku mulai mendekati pohon yang terlihat aneh itu, bentuknya seperti pohon tapi semuanya berwarna putih.

Aku berjalan mengelilingi pohon aneh itu dan menemukan kotak kecil berwarna putih. Ukurannya tak lebih dari kepalan tangan.

'Kotak apa ini, dan kenapa ukurannya kecil?'

Aku meneliti kotak itu tapi tak menemukan apapun, misalnya lubang kunci?

Aku melihat sekeliling, tidak ada tanda-tanda kehidupan di tempat ini dan itu mulai membuatku waspada. Aku putuskan untuk menyimpan kotak kecil itu.

Aku duduk bersandar di pohon itu dan tiba-tiba salju di bawahku retak dan membelah, aku terjatuh ke lubang yang ada di bawahnya.

Aku teriak tapi suaraku seperti tersangkut di tenggorokkan. Aku mulai mengais-ngais udara berharap ada sesuatu yang bisa menyelamatkan ku agar tak jatuh lebih dalam, namun usaha ku sia-sia.

Aku hanya pasrah dan siap menerima takdir jika aku harus mati sekarang. Ku pejamkan mataku erat dan kupeluk diriku sendiri.

Beberapa detik kemudian, aku merasa ada yang berbeda. Ku beranikan diri untuk membuka mata dan yang ku lihat kali ini adalah pohon rindang dimana-mana dan tempat ini terlihat asri dan sejuk.

'Apakah aku sudah di surga?'

Ku perhatikan sekeliling dan yang terlihat disini semua berwarna hijau. Bahkan batang dan ranting pohon pun juga berwarna hijau.

Aku merasa kaki ku menginjak sesuatu yang lembut, aku melihat ke bawah dan-

"Woahhh!!" Aku terkejut dan segera menyingkir dari daun raksasa yang aku pijak tadi.

Ku perhatikan sekeliling dan ternyata tempat ini menggunakan daun raksasa itu sebagai alas, bukan tanah. Aku mencolek-colek salah satu daun dan itu lembut sekali, tak bertekstur seperti daun pada umumnya.

Tumbler AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang