28

12.8K 1K 42
                                    

Hari menjelang siang dan pertemuan itu pun berakhir. Rachel yang merasakan tangannya terasa panas segera menuju kamarnya dengan alasan ingin istirahat. Awalnya mereka meragukan alasannya, tapi setelah melihat wajah Rachel yang memang kurang tidur akhirnya mereka mengizinkannya.

BRAK!

Rachel menutup pintu dengan keras dan tak lupa ia juga mengunci pintunya. Rachel terduduk sembari memegang pergelangan tangan kanannya yang terasa sakit dan memerah.

Sekelebat bayangan ketika ia tertusuk jarum milik  Hansel pun melintas di pikirannya dan sekarang bekas tusukan itu mengeluarkan sinar disertai asap hitam pekat yang menyelubungi tangan kanannya.

Sinar hitam itu menyebar membentuk pola rumit di tangannya. Pola yang awalnya tidak terlihat oleh Rachel kini tergambar jelas.

Peluh membasahi wajah pucatnya karena Rachel menahan dirinya agar tidak teriak sebab ia tak ingin membuat keluarganya khawatir.

Langit tiba-tiba gelap diikuti petir serta angin kencang, kejadian itu berlalu dengan sangat cepat membuat orang-orang yang melihatnya ketakutan dan panik.

Mereka dengan jelas melihat langit menjadi gelap tapi itu semua sirna secepat kedipan mata seolah tak pernah terjadi sebelumnya karena tak ada bangunan atau apapun yang rusak. Semua orang yang tadinya panik kini menjadi linglung ketika keadaan kembali normal.

Keluarga kerajaan pun merasakannya tetapi begitu mereka melihat ke langit, mereka tidak melihat apapun yang mencurigakan. Mereka segera bergegas menuju kamar Rachel, karena takut terjadi sesuatu dengannya.

Saat mereka hendak masuk, seorang pelayan menghentikan mereka dan dengan cepat membungkukkan badannya, "Maaf Yang Mulia, tetapi Putri Rachel berpesan jika dirinya ingin istirahat dan tidak memperbolehkan siapapun untuk masuk ke kamarnya untuk saat ini."

Mereka yang tadinya khawatir, kini merasa lega. Namun, berbeda halnya dengan Ratu Quisin dan Kael, mereka merasa sesuatu telah terjadi kepada Rachel tetapi mereka harus menunggu Rachel keluar dan tidak ingin menerobos masuk begitu saja.

Mereka meninggalkan kamar Rachel dengan berat hati. Rachel yang mendengar derap langkah mulai menjauh dari kamarnya menghembuskan nafas lega. Untungnya tadi ia sempat memberitahu salah satu pelayan yang bertugas di depan kemarnya agar tidak mengizinkan siapapun untuk masuk.

Rasa sakit di tangannya tidak berkurang sedikitpun membuat Rachel perlahan kehilangan kesadarannya.

'Rachel'

'Rachel'

'Rachel'

Rachel mendengar suara yang memanggil namanya dan berusaha menjaga dirinya agar tetap terjaga dan melawan rasa sakit itu. Suara itu terdengar semakin jauh.

'Rachel'

Suara itu terdengar lagi membuat Rachel melihat sekeliling kamarnya dengan pandangan kaburnya.

'Rachel, gunakanlah bunga mawar biru untuk mengurangi rasa sakit itu'

'Cepatlah, sebelum itu semakin menyebar'

Entah kenapa, Rachel sangat mempercayai suara itu dan dengan senang hati mengikuti perintah suara itu. Rachel membuka pintu kamarnya dan memanggil salah satu pelayan yang menjaga pintu kamarnya.

"Tolong ambilkan bunga mawar biru untukku." Rachel dengan susah payah mengeluarkan suara senormal mungkin agar pelayan itu tak curiga.

"Baiklah." Pelayan itu segera menuju ruangan tempat penyimpanan kerajaan.

Tak lama terdengar suara ketukan pintu, Rachel membukanya dan melihat pelayan tadi tidak membawa bunga yang dimintanya.

"Kenapa tidak kau bawa?"

"Maaf Tuan Putri, tetapi persediaan bunga mawar biru di kerajaan sudah habis." Pelayan itu berucap dengan sedikit gemetar.

"Carilah bunga itu sampai dapat dan jangan kembali jika kau tidak membawa bunga itu!"

Rachel terpaksa memberi perintah seperti itu karena rasa sakit di tangannya semakin tak tertahankan.

Kael yang sedang duduk di kursi taman melihat beberapa pelayan berjalan tergesa dan seperti sedang mencari sesuatu. Ia memanggil salah satu pelayan, "Ada apa? Kenapa kau terlihat panik?"

"Maaf Tuan Kael, jika saya sudah menganggu kenyamanan anda," tutur pelayan itu dengan terus menunduk.

"Katakan saja, sebenarnya ada apa?" Kael mulai merasakan sesuatu yang buruk telah menimpa Rachel.

"Putri Rachel tiba-tiba meminta mawar biru, tetapi persediaan di kerajaan sudah habis. Jadi, kami sedang mencarinya."

"Kenapa Rachel meminta mawar biru?"

Sebelum pelayan itu menjawab pertanyaan Kael, Kael melanjutkan, "Bawalah bunga ini."

Kael memberikan bunga mawar biru yang tiba-tiba muncul di tangannya. Pelayan itu menerimanya dengan senang hati dan segera pamit undur diri untuk menyerahkan bunga itu kepada Rachel.


¤¤¤¤¤¤¤¤¤


👉TBC👈

Haeee~ TA up^^
Segini dulu yakkk?
Btw gambaran polanya ada di mulmed yee, maap kalo nda sesuai ekspektasi kalian🙏

Jumpe lagi yakk^^

Tumbler AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang