#2

8.5K 790 16
                                    

Utututu, gemesnya~~ ini uke siapa sih?😋

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Utututu, gemesnya~~ ini uke siapa sih?😋

.
.
.




"Maaf, sepertinya kencan kita hari ini harus batal. Ibuku memintaku menemaninya ke acara teman-temannya." Jungkook tak bisa menahan laju air matanya kala mendengarkan perkataan Taehyung lewat sambungan telpon di sebrang sana. Padahal Jungkook menunggu saat-saat seperti ini.

Dirinya pun sudah berdandan rapih bahkan memoleskan make up pada wajah manisnya hanya agar Taehyung menyukai penampilannya. Menunggu hampir dua jam lamanya hanya untuk mengetahui kalau kekasihmu secara mendadak membatalkan acara kencan kalian dengan dalih ibunya meminta menemaninya pergi ke acara teman-temannya?



Jujur, dirinya sangat kecewa pada Taehyung. Pemuda tampan seakan menjatuhkan semua harapannya dalam sekali sentak. Seakan menegaskan jika Jungkook bukanlah prioritas utama pemuda tampan---- dan apakah bisa dirinya menyabet gelar itu? Sepertinya rasanya tak mungkin bisa. Mengapa harus membatalkannya sekarang---- Taehyung bisa mengatakannya sebelumnya. Dua jam lalu, agar dirinya tak perlu menunggu dalam kehampaan seperti sekarang.


Namun Jungkook tetaplah seorang Jeon Jungkook. Enggan mengutarakan semua perasaannya secara gamblang dan memilih menyimpannya seorang diri sampai nanti akhirnya membludak dengan sendirinya. Seperti bom----- hanya menunggu waktu sampai sekiranya kapan dia bisa bertahan untuk tak meledak.


Mengulas satu senyuman manis----- penuh kepalsuan pada sosok di sebrang sana. Bodohnya, mengapa ia melakukan itu karena Taehyung jelas takkan melihat senyum palsunya.



"Tidak apa-apa, kebetulan aku juga belum bersiap. Aku tak sengaja tertidur dan baru bangun----- tadinya aku ingin menghubungimu tapi hyungie sudah melakukannya terlebih dahulu." Ujarnya lugas membuat Taehyung menghela nafasnya pelan.


Sebelum membuka suaranya kembali, dimana kali ini terdengar amat pelan, penuh kehati-hatian seakan takut ada orang lain yang mendengarkannya. Apa Taehyung menghubunginya secara sembunyi-sembunyi?





"Baguslah. Kalau begitu lanjutkan kembali istirahatmu. Sampai jumpa nanti, kalau acaranya sudah selesai---- aku akan mampir sebentar untuk melihatmu." Ada nada keraguan di dalam kalimat sang kekasih dan Jungkook tak sebodoh itu untuk tak menyadarinya. Kembali air mata turun membasahi wajahnya.



Akhir-akhir ini perasaannya selalu mendadak berubah tak enak. Apalagi saat dirinya mengingat Taehyung. Kekasihnya memang masih sama seperti terakhir yang dia ingat----- namun terkadang Jungkook selalu menemukan binar asing pada kedua bola matanya. Seakan kekasihnya tengah menyembunyikan sesuatu yang penting di belakang tubuhnya.



Dan tingkah Taehyung hari ini semakin menambah daftar kecurigaannya terhadap pemuda tampan tersebut. Apalagi entah mengapa dirinya selalu saja merasa kesakitan setiap dekat dengannya. Bukan sakit secara fisik---- melainkan batin.



"Jangan menjanjikan apapun jika hyungie sendiri ragu bisa menepatinya atau tidak. Aku tutup, selamat bersenang-senang." Dan ketika panggilan tersebut Jungkook matikan secara sepihak, tubuhnya jatuh begitu saja. Berjongkok sembari membenamkan wajahnya di sela lehernya.



Namun bahunya tampak bergetar samar. Barulah berhenti setelah lima menit dirinya menangis. Jungkook kembali memperhatikan ponselnya untuk mencari kontak seseorang di sana.




"Hana noona, ayo keluar bersamaku hari ini. Aku akan mentraktirmu makan siang." Pekik Jungkook riang mengabaikan wajahnya yang masih basah karena jejak air mata. Namun jawaban sosok di sebrang sana membuat senyumannya seketika luntur.



"Hari ini aku tidak bisa keluar bersamamu, aku sedang bekerja. Maafkan aku, Kookie~" ada nada sesal yang bisa Jungkook tangkap begitu baik. Entah sesal untuk apa. Karena menolak permintaannya atau memang ada hal lain yang Hana sembunyikan darinya.




"Noona, bekerja di hari libur begini?" Tanya Jungkook ragu.


Tututututut.


Namun sayang, Hana tak memberikan penjelasan apapun. Malah memilih mematikan sambungan telpon mereka dengan sejuta pertanyaan hadir dalam benak Jungkook.




.
.



Ketika Jungkook mengatakan status barunya kepada Yoongi, pemuda mungil malah memandangnya penuh keraguan. Tak ada raut bahagia disana, selain tatapan khawatir, cemas atau bahkan iba. Tentu saja dirinya tak mengerti mengapa sahabat yang sudah dia anggap seperti kakaknya sendiri memandangnya seperti itu.



Hingga satu pertanyaan sederhana namun banyak makna Yoongi membuatnya seketika tersadar akan realita hidupnya.



"Kau yakin menerima Taehyung dalam hidupmu? Maksudku----- kau benar-benar setuju untuk berhubungan dengannya? Kau tau maksud kalimatku bukan----- status Taehyung yang seorang bangsawan serta miliyarder ternama." Ujarnya dengan bisikan di akhir kalimat. Namun itu mampu membuat Jungkook terperangah karena baru menyadari hal penting disini.


Menggigit bibir bawahnya penuh keraguan, entah mengapa rasa percaya diri Jungkook menghilang entah kemana. Seperti debu tertiup angin.



"Hyungie bilang kami akan bisa menghadapinya asal kami tetap percaya satu sama lain. Hyungie bilang dia akan memperjuangkanku------ apapun rintangan yang menunggu kami di depan sana." Cuitnya sedikit tercekat. Yoongi tentu saja menyadari betapa kalutnya sang adik saat ini. Maka dia hanya bisa menepuk bahunya pelan----- memberikan sedikit semangat walau dia rasa tak berguna apapun untuk saat ini.





"Semoga saja memang seperti itu. Aku hanya tak mau kau terluka karena aku mengenal bagaimana keluarga Kim, mereka sangat rewel------ terutama ibunya. Aku hanya takut Taehyung tak bisa menghadapinya dan memilih jalan lain yang mungkin saja akan menghancurkanmu sampai tak bersisa."





.
.
~tbc~




Ig; jicho_world
Twt; chuujicho

Smeraldo [kth + jjk]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang