#15

10.7K 923 90
                                    

🐰; padahal aku udah siap shooting, Mama kok aku gak muncul-muncul sih? Hikseu~

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

🐰; padahal aku udah siap shooting, Mama kok aku gak muncul-muncul sih? Hikseu~



.
.
.








Jimin pernah mengatakan padanya bahwa karma akan datang menghampiri hidupnya; mungkin bisa memporak pondakan hatinya juga. Apapun itu; dua-duanya tetap terasa menyakitkan. Kurang lebih begitulah yang Jimin sampaikan padanya. Dulu Taehyung tak menyetujui gagasan sang sahabat. Bahkan dia pernah berpendapat jika itu adalah hal mustahil. Untuk apa kita menyesal karena telah meninggalkan orang lain----- yang nyatanya tujuannya adalah untuk memetik kebahagiaan kita?



Bukankah tak ada dalam hukum negara jika itu melanggar batasan?





Taehyung boleh saja berfikiran naif saat itu, namun ketika waktu terus bergulir. Menggantikan bulan demi bulan. Dan entah mengapa kenangan demi kenangan---- lebih tepatnya perlakuannya pada Jungkook selama ini selalu terbayang dalam benaknya. Tak tanggung-tanggung; setiap hari ia selalu memikirkan semua sikap kejinya pada mantan tunangannya tersebut.






Dan ketika mengingatnya dadanya selalu berdebar tak nyaman; rasanya sesak sampai rasanya kau akan mati karena tak bisa bernafas lagi. Taehyung sempat berfikir ini adalah karma----- makanya ia mendatangi Jimin dan mencoba menanyakannya pada sang sahabat. Mengabaikan tatapan membunuh Yoongi. Bagaimanapun karena sikap brengsek Taehyung; pemuda mungil kehilangan sosok sahabat yang sudah dia anggap seperti adik sendiri.






Namun sepertinya Taehyung menyesal ketika telah selesai menceritakan semua perasaan mengganjalnya pada Jimin------ Park muda malah tertawa terbahak-bahak sampai berguling-guling di karpet tebal ruang tengah kediamannya.







Sementara Yoongi hanya memandangnya sinis,




"Akhirnya doa ku terkabul. Kau tau, rasanya puas sekali melihatmu tak berdaya dalam penyesalanmu sendiri. Tapi ku rasa ini belum cukup, nikmati saja kehancuran hidupmu Kim Taehyung. Semoga kau masih hidup ketika meminta pengampunan pada Jungkook kelak!"




.






"Yeobo, ada apa huum? Mengapa sejak tadi melamun terus, apa ada yang tengah oppa fikirkan?" Tanya Hana lembut setelah melingkarkan kedua tangannya ke arah perut Taehyung. Memeluk suaminya dari belakang.






Kim muda yang merasakan kehadiran istrinya sontak menggenggam lembut telapak tangan Hana. Ada bagian dalam hatinya yang kembali bergejolak aneh.





Pasalnya tak lagi terasa getaran apapun ketika kulit mereka bersentuhan. Padahal seingat Taehyung----- sejak dulu kala mereka berkenalan lewat Jungkook; tubuh Taehyung selalu bereaksi antusias pada sentuhan Hana. Namun sekarang semuanya terasa biasa saja. Gairahnya yang selalu meletup-letup perlahan sirna tanpa alasan jelas.






Dan Jungkook? Entah mengapa hanya mengingat nama itu saja mampu membuat dadanya berdesir hangat, namun menyakitkan dalam satu waktu.





Mengetahui jika suaminya kembali melamun, Hana menghela nafas pelan. Entah mengapa ketakutannya semakin terasa kuat saja. Ia seolah tak mengenal Taehyung lagi; semuanya terasa berubah untuknya. Seolah yang berada bersamanya kini hanya raga Taehyung sementara jiwanya tak bersamanya.



Keterdiaman Taehyung beberapa waktu ke belakang nyatanya mampu membuat sikap tenang Hana menghilang entah kemana. Semuanya tergantingkan dengan perasaan cemas berlebihan. Padahal posisinya disini ia tengah mengandung dalam usia muda------ otomatis tak boleh terlalu stres karena itu akan berdampak pada kandungannya.







Dan apakah sikap pendiam Taehyung kali ini ada kaitannya dengan kepergian Jungkook?






Hana menggelengkan kepalanya cepat. Tak mungkin. Dirinya menyangkal cepat------ meski dengan penuh keraguan.






"Opp---"



"Sudah malam lebih baik kita segera tidur. Tak baik untuk ibu hamil sepertimu tidur terlalu larut dan aku pun sedikit lelah karena pekerjaan hari ini."





Bahkan baru kali ini Taehyung memotong kalimatnya. Biasanya sang suami akan selalu mendengarkan seluruh perkataannya sampai selesai.







.
.






"Astaga Jungkook, kau belum kenyang juga sampai bahan camilan untuk esok hari pun kau makan begitu? Bisa-bisa anakmu minta keluar dari dalam perutmu sebelum waktunya tiba." Keluh seorang lelaki tampan sembari menggelengkan kepalanya pelan melihat tingkah bar-bar Jungkook.





Mendapat ceramah seperti itu jelas membuat Jungkook mencebikan bibirnya sebal dengan mulut masih setia mengunyah makanannya.





"Berisik! Cepat selesaikan pekerjaanmu membereskan rumah setelah itu usap perutku seperti biasa. Anakmu merindukan Daddy nya!" Titah Jungkook galak. Sosok tampan yang pemuda manis panggil Daddy nampak tak terlihat marah atau tersinggung. Sama sekali tidak.





Sebaliknya, pemuda jangkung malah terkekeh karena tingkah menggemaskan Jungkook. Memandang sosoknya lembut yang mana mampu membuat Jeon muda sedikit salah tingkah.






Bagaimanapun dia masih manusia yang memiliki perasaan normal. Salah tingkah bukan masalah besar bukan?







"Jangan bersikap terlalu menggemaskan seperti itu, Kook. Kau membuatku semakin jatuh cinta padamu setiap detiknya." Ujarnya penuh canda yang mana di balas Jungkook berupa pekikan nyaring.







"Berhenti menggodaku! Kerjakan saja tugasmu itu, lalu bantu aku menenangkan baby! Kalau dalam sepuluh menit kau tak kunjung selesai, maka aku akan marah padamu!"






.
.
~tbc~



Ig; jicho_world
Twt; chuujicho

Smeraldo [kth + jjk]✓Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin