~Storm {2}~

5.8K 524 37
                                    

Di suatu Ruangan.

Brak..!!

Prang..

"Kalian ini tidak becus bekerja, masa menghadapi anak ingusan seperti Ara saja tidak mampu, apalagi Ara itu perempuan. Harusnya kalian para pria bisa dengan mudah membawa Ara kesini.!" Bentak Oppa Agra menggebrak meja dan menghempaskan gelas yang ada di tangan nya.

Bugh.. Bugh.. Bugh..

Oppa Agra memukul dan menendang orang suruhannya tanpa ampun.

"Ki kit-ta, sudah hampir bisa membawa, nona Ara kesini, ta-pi ada seorang pria yang membantu nya tu-an." Jawab salah satu orang suruhan Oppa Agra dengan terbatuk mengeluarkan darah dari mulutnya.

"Aarrgghh kalau sudah seperti ini, saya sendiri harus turun tangan. Besok siapkan lebih banyak orang, kita bawa Ara secara paksa dari rumahnya. Saya yakin setelah kejadian ini, Boby tidak akan tinggal diam." Titah Oppa Agra

Orang suruhannya pun hanya mengangguk lemah dan Oppa Agra meninggalkan ruangan.

***

Tok.. Tok.. Tok.. Tok..

"Kak Chika, ini mama." Ucap mama Veranda di balik pintu.

Cklek..

"Iya ma, kenapa?" Tanya Chika membuka pintu dan mempersilahkan mamanya untuk masuk.

"Niatnya sih mau ngobrol sebentar sama kakak, kalau kakak belum mau tidur." Jawab mama Veranda kini memainkan gundam kecil di sebelah meja belajar Chika.

"O mau ngobrol, ya udah ngobrol aja mah, kakak masih lama kok tidurnya." Ucap Chika kini menutup tirai di kamarnya.

Mama Veranda duduk di kursi dekat meja belajar Chika.

"Menurut kakak, Ara itu anak nya gimana?" Tanya mama Veranda membuat pola abstrak pada kertas dengan pensil.

"Iya ngga gimana-gimana. Kenapa sih tiba-tiba banget bahas anak tengil itu." Jawab Chika kemudian duduk di samping mamanya.

"Emang tengil yah kak? Mama lihat-lihat, dia cute kok, kocak juga malah." Ujar mama Veranda tersenyum.

"Dih, ya mama ngga tau aja kelakuan dia kalau di sekolah macem apa an sih." Sungut Chika.

"Hahaha kamu ini, tapi kalau Ara suka sama kamu, mama dukung loh kak." Ucap Mama Veranda menyudahi gambar abstraknya.

"Mama apa an sih, kan aku sama Ara itu.." Chika tak melanjutkan ucapan nya menggigit bibir bawahnya dan tertunduk.

"Iya mama tau, kalian itu sama. Tapi kalau kebahagiaan kamu ada pada Ara, ya mama dukung lah, daripada kamu sama yang lain endingnya bikin kamu murung lagi kan." Jawab mama Veranda mendekati ranjang Chika dan duduk di tepian ranjang.

Cklek..

"Mama dicari in ke seluruh penjuru rumah eh tau nya disini." Ujar papa Reynaan masuk ke kamar Chika.

"Hehe izin masuk yah kak." Ucap papa Reynaan kepada Chika ketika Chika menghampiri mama nya di tepian ranjang.

"Udah masuk baru izin." Cibir Chika pelan. Mama Veranda tertawa pelan.

"Mama lagi bahas masa depan buat kakak pah, memang nya kenapa sih?" Ujar mama Veranda.

Papa Reynaan kini ikut duduk di tepian ranjang sebelah Chika. Jadilah Chika yang di tengah.

"Ngga kenapa-kenapa kok mah. Berarti papa ikutan rundingan nya yah hehe." Jawab papa Reynaan mencubit pipi Chika pelan.

"Ngga ada yang perlu di rundingin ish." Ujar Chika kini memeluk lengan mama Veranda dan menyenderkan kepala di bahu sang mama.

IN MY DREAM { ChikAra } °END°✔Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt