~i <3 u ~

8K 646 74
                                    

Ara terus mengelus rambut Chika. Malam ini Chika tertidur berbantalkan lengan Ara. Tak apalah jika nantinya tangan Ara kram atau apapun itu asal bidadari bisa tidur nyenyak bagi Ara.

Chika yang merasakan Ara tak kunjung tidur, kembali membuka mata dan menatap Ara.

"Araa" Panggil Chika masih dengan suara seraknya.

"Hm, apa? Ada yang sakit? Atau mau apa hm?" Ucap Ara menatap lembut pada Chika.

Chika menggeleng.
"Tidur Ara, udah malam." Ujar Chika mengusap wajah Ara.

Ara mengangguk dan memeluk Chika dengan erat. Chika pun membalas pelukan Ara. Kini mereka tidur saling berpelukan.

Ketika baru akan menuju alam mimpi, Ara merasakan Chika seperti tidak tenang dalam tidurnya.

Segera Ara membuka mata dan mengecek Chika.

Benar saja, demam Chika semakin tinggi. Chika terus bergerak gelisah.

Ara dengan hati-hati melepaskan tangan Chika yang memeluknya, turun dari ranjang dan mengambil kompresan untuk Chika.

Dengan telaten Ara mengompres Chika, kali ini Chika sedikit lebih tenang.

"Ya Allah, mungkin aku bukan orang baik
Tapi aku percaya kau pasti mendengarkan do'aku ini.
Ya Allah, sembuhkanlah semua luka dan sakit pada bidadari dalam dekapan ku ini
Dan jagalah dia sebaik-baiknya malam ini
Aamiin." Gumam Ara.
Ara pun mencoba kembali tidur memeluk Chika.

Skipp..

Chika berusaha membuka matanya pelan. Tersenyum karena Ara masih setia memeluk dirinya.

"Pasti tangannya kram deh karena semalaman buat bantalan aku." Gumam Chika. Tak sengaja tangan Chika meraba dahinya ada kompresan yang sudah mengering.

"Terimakasih Ara" Ucap nya lalu mengecup pipi Ara pelan.

Chika mengecek jam digital dekat nakas.

"Ara, bangun, sholat dulu." Chika berusaha membangunkan Ara tetapi Ara tak kunjung bangun.

Dengan iseng, Chika menjepit hidung Ara lama. Ara yang kesusahan bernafas pun bangun.

"Hah hah hah ih princess nakal yah sekarang, rasain nih rasain." Ujar Ara melepaskan tangan Chika dan menggelitiki Chika.

Chika tertawa kegelian.

"Awww" Ringis Chika memegangi kepalanya.

Ara langsung menghentikan gelitikannya panik melihat Chika meringis.

"Sakit lagi? Duh ma'af ma'af ma'af sini aku pijit mana yang sakit hm?" Panik Ara segera memijit kepala Chika.

Chika tersenyum licik, balik menggelitiki Ara.

"Hahaha ih curang bangett.. Hahaha" Ara tak bisa menghindar dari gelitikan Chika

"Sana ih sholat dulu. Bawa mukena nya ngga?" Ucap Chika berhenti menggelitiki Ara dan menyender pada pembatas ranjang.

"Bawa kok. Ya udah aku sholat bentar yah." Jawab Ara dan Chika mengangguk.

Sebelum turun, Ara mengecek suhu badan Chika.

"Alhamdulilah, panas nya udah turun." Ucap Ara lalu bersiap ke kamar mandi.

Ara selalu membawa mukena dalam tasnya, kemana pun. Itu sudah menjadi rutinitas dan perintah mutlak dari bunda Shani juga supaya Ara tidak ada alasan untuk tidak melaksanakan Sholat jika memang tidak berhalangan.
Ara melaksanakan Sholat Subuh sebentar.

"Mau dibikinin sarapan apa sama aku?" Tanya Ara menaruh kembali mukenanya pada tas.

"Memangnya kamu bisa masak?" Chika balik bertanya.

IN MY DREAM { ChikAra } °END°✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang