~ Horor (?) ~

5.5K 515 39
                                    

Dalam perjalanan pulang, Ara sedikit bercerita tentang masa kecilnya pada Chika. Dan dengan senang hati, Chika mendengarkan segala celotehan Ara.

"Pas SMP, aku pernah ikut camping. Ayah ngga ada hentinya telvon untuk nanyain kabar aku. Selalu masti in kalau aku makan dengan baik dan ngga melakukan tindakan buruk.

'Inget Ara, kalau mau minum, airnya harus dimasak dulu. Jangan minum dari air sungai.' kata ayah waktu itu.

Aku kan jadi mikir apa mungkin ayah menganggap aku semacam zebra, yang setiap kali ketemu sumber air pasti langsung minum?." Ara bercerita dengan sedikit memperlambat laju motornya.

"Hahaha kan niat ayah bagus Ra jadi kamu ngga aneh-aneh minumnya."

"Iya sih tapi ya gitu lah. Bunda juga ikutan posesif nyaranin aku buat baca-baca doa biar ngga di culik sama kuntilanak pas jurit malam. Padahal campingnya di sekolahan. Dan acara jurit malamnya cuman kek renungan aja."

"Eh tapi sering loh walau cuman renungan tiba-tiba ada yang kesurupan mana massal gitu. Di sekolah aku juga dulu pernah." Ucap Chika.

"Iya sih tapi dulu mereka tuh protektif banget ke aku."

"Mama papa juga gitu ke aku. Apalagi setelah kejadian waktu itu." Chika berkata dengan sendu.

"Eh kamu pernah denger lirik lagu 'daripada sakit gigi lebih baik sakit hati ini' ngga" Ara sengaja mengalihkan pembicaraan agar Chika tidak mellow.

"Em pernah denger sih. Itu kamu kebalik tau ngomongnya."

"Anggap aja lidah aku kesleo tadi. Setiap denger lirik itu, aku pasti selalu keinget sama dokter gigi deh. Dan setiap kepikiran dokter gigi, aku jadi inget film The Last Exorcism of Emily Rose."

"Ah film itu, iya aku tau. Di film itu kan ada adegan orang-orang memegangi tangan dan kaki seorang cewek yang sedang kerasukan di atas tempat tidur. Cewek itu meronta-ronta, menyumpahi semua orang.

Ngga lama kemudian, seorang pendeta datang, merapalkan doa, lalu menyipratkan air suci ke muka si cewek. Cewek itu makin menjadi-jadi. Dengan satu hentakkan, kaki nya terlepas dari pegangan orang yang menahannya dan dia menendang sang pastor sampai mental ke ujung ruangan. Hih serem pokoknya film itu." Chika bergidik ngeri mengingat adegan film itu.

"Nah, seperti itu lah kira-kira apa yang terjadi ketika aku di bawa ke dokter gigi. Ibarat kata, aku itu si ceweknya, pastor adalah dokter gigi, dan orang-orang yang megangin adalah bunda dan beberapa suster." Ujar Ara

"Heh kok gitu?" Tanya Chika heran.

"Iya jadi tuh, waktu kecil, aku bener-bener takut ke dokter gigi. Pernah waktu itu bunda tipu aku biar mau ke dokter gigi dengan menjebak aku pakai ajakan 'Ra, ke Dufan yuk. Disana seru loh ada wahana baru nya.' dengan penuh senyuman."

"Terus?"

"Iya karena aku suka jalan-jalan ke Dufan waktu itu, aku ikut bunda aja dong ke mobil. Di tengah perjalanan, aku mulai sadar ada yang ngga beres karena kita ngga lewat jalan yang biasa mau ke Dufan. Bunda melemparkan senyum palsu dengan bilang 'iya Ara, ini kita lewat jalan pintas biar lebih cepat ke Dufan.' iya udah aku cuman ngangguk aja."

"Hahaha habis itu?"

"Sepuluh menit kemudian, mobil berhenti di depan plang dokter gigi. Aku makin yakin dong kalau bunda sebenernya bohongin aku. Dan aku ngerengek pulang tapi kata bunda 'Dufan sekarang emang ada di tempat dokter gigi Ra. Di dalam ruangan nanti ada istana Bonekanya.' Ya namanya aku masih SD gitu masih polos lah yah jadi gampang aja di kibulin."

IN MY DREAM { ChikAra } °END°✔Where stories live. Discover now