14. Stronger In The Morning (Annalisa POV)

274 46 44
                                    

**
where you are
it's serious, i'm even jealous of the wind that passes by you
even the moonlight glowing on your cheek is annoying me
i wanna be closer to you than that
Dive Into You, NCT Dream.

**

ANNALISA POV

Jam di dinding itu menunjukan pukul dua pagi. Aku menyipitkan mata sejenak karena cahaya dari lampu neon yang terlalu silau, kemudian baru menyadari di mana aku berada sekarang. Sebuah ruangan sempit yang mirip dengan gudang, juga banyak debu yang berhasil membuatku bersin sebanyak tiga kali.

Ah, sial!

Aku ingin mengumpat.

Ketika aku menggerakan tubuh, rupanya orang gila itu mengikat kedua kaki dan kedua tanganku ke kursi. Aku tidak bisa bergerak, tapi setidaknya kewarasanku terkumpul penuh. Apa yang dia mau dariku? Dengan gilanya, dia melakukan penculikan dan membawa aku ke ruangan mirip gudang ini. Bahkan, kami tidak saling mengenal. Sungguh, berapa kali pun aku mencoba mengingat-ingat, aku belum pernah bertemu dengannya.

Satu kali pun.

Suara pintu terbuka membuatku melirik ke sumber suara, lantas menemukan sosok orang gila yang membuatku berada di situasi menggelikan ini. Tak pernah sekali pun, aku berpikir bahwa aku akan diculik dan disekap di dalam gudang berdebu seperti sekarang. Dia terlalu berani, karena lawannya bukan hanya ketiga saudara lelakiku saja. Sebelum aku diculik, Jinandera sudah sempat memberiku peringatan.

Kata dia, ada seseorang yang dengan sengaja melakukan teror dan sering mengawasi sekitar rumahku.

Si peneror yang selama berbulan-bulan ini mengganggu tidur nyenyakku.

"Eh, udah bangun?" tanyanya, terdengar menyebalkan.

"Udah."

"Mau makan apa?" tanyanya, lagi. Dia berdiri di hadapanku, kemudian meraih sebuah kursi kayu dan mendudukan pantatnya di sana. Lalu, "Lo lapar atau enggak, Na? Nama lo Anna, kan?"

Aku menyeringai, menyadari bahwa dia ternyata juga sebodoh mafia yang sempat menculik Serinna. Sorot netraku mengamati cara berpakaian lelaki ini, kemudian aku kembali menyadari bahwa lelaki ini bukan orang sembarangan.

Dia memakai jaket dan kemeja yang mahal, sepatunya limited edition brand milik G-Dragon yang pernah terjual seharga lebih dari empat puluh juta. Tak lupa, dia memakai ikat pinggang dari merk asal Italia yang sudah dapat dipastikan harganya jutaan rupiah.

Ikat pinggangnya mirip dengan ikat pinggang milik Kak Tara. Kakak keduaku itu sangat menggemari dunia fashion dan kemewahan, jadinya aku hafal harga pakaian-pakaian merk terkenal dunia.

"Apa anak orang kaya banyak yang enggak punya otak kayak lo?" tanyaku, nyalang. Aku menghela napas panjang dan, "Lo enggak pantas jadi anak orang kaya, karena otak lo cuma setengah."

Dia tidak terlihat tersinggung, lalu, "Gue bukan cuma anak orang kaya, tapi gue juga anak konglomerat. Lo enggak tahu gue, ya? Kita pernah papasan beberapa kali. Lo serius enggak familiar sama muka gue, hm?"

Kotak memori dalam otakku akhirnya terbuka lebar, kemudian aku menyelam di dalamnya. Aku mengamati wajahnya dari jarak dekat—karena dia duduk tepat di depanku, kemudian mataku melebar ketika aku mengingat sedikit tentang dia. Hanya sedikit, tapi itu berhasil membuatku kehilangan banyak kata.

"Gimana?" tanyanya, pendek.

"Lo... beneran anak konglomerat."|

Dia tersenyum lebar, dengan ekspresi angkuh. "Kenalin, nama gue Navikula Ganjar."

JAENNA: HERO OF THE YEARWhere stories live. Discover now