01. Sampul Kuning & Kisah Asing - #Jaennarendra

2.5K 290 12
                                    

**


JAENNARENDRA POV

Senjanya udah tenggelam sejak satu jam yang lalu, tapi gue masih belum mendapat kabar apa pun dari Youtuber Deka Darsa Jagapati—sahabat gue sejak SMA. Gue melirik jam digital di atas nakas yang menunjukan angka tujuh malam. Gue bahkan belum mengisi perut dan enggak mengindahkan perintah mama untuk makan malam. Suara teriakan mama masih terdengar jelas di kepala gue.

Akhir-akhir ini, gue dipusingkan dengan sebuah paket yang datang dari negeri antah-berantah. Maksud gue, gue bahkan enggak pernah ke negara yang bernama Kuba. Tapi, bisa-bisanya gue dapat paket dari sana. Dan, saat gue buka, isinya adalah buku bersampul kuning dan sekumpulan kartu tarot—yang baru pertama kali gue lihat. Gue enggak tahu tentang hal-hal seperti itu. Konyol, pikir gue. Kartu itu jumlahnya ada dua belas, tapi sekarang hanya sisa sebelas karena yang satu lagi udah gue selipkan ke dalam buku sampul kuning itu.

Buku itu seharusnya udah ada di tangan seorang perempuan bernama Annalisa Asha Hakiim, atau lebih akrab disapa Nana.

Buku sampul kuning itu bukan hanya ditakdirkan menjadi milik gue, namun juga jadi milik perempuan itu. Gue udah bisa dikatakan stalker, karena gue keliling kampus UI selama seminggu full hanya untuk mencari informasi Annalisa.

Katakanlah, gue ini udah mirip cowok enggak benar.

Bagi kalian yang sedang membaca ini, kalian pasti merasa aneh kenapa gue harus melakukan hal-hal enggak benar seperti menjadi stalker hanya untuk mendapatkan informasi seorang mahasiswi semester empat jurusan Ilmu Ekonomi. Bukan hanya kalian, gue pun suka merutuki diri sendiri karena melakukan hal freak seperti itu.

Kalau dipikirkan lagi, gue bisa bertanya tentang dia ke Deka karena mereka adalah senior-junior. Oh, atau, gue bisa langsung minta kenalan dan mengajaknya ngobrol.

Awalnya mau sok gentle begitu, tapi gue takut kalau dia akan kabur. Dia pasti akan ketakutan kalau tiba-tiba disamperin sama cowok asing dan kasih dia sebuah buku sampul kuning. Di tambah kalau gue menjelaskan semuanya. Baru setengah cerita aja, gue yakin dia udah melarikan diri dan enggak mau lagi ketemu sama gue. Karena itu, gue harus melangkah dengan hati-hati.

Sejujurnya gue udah bertemu perempuan itu beberapa kali. Bukan di dunia nyata, melainkan dia selalu muncul di mimpi gue. Kalian boleh mengabaikan fakta aneh ini, karena gue juga masih enggak percaya kalau gadis di mimpi gue ternyata 'hidup'. Gue pikir mimpi gue hanya sekadar bunga tidur biasa. Dan yang semakin aneh, gue bisa ingat tiap detail dari mimpi itu. Gue ingat kalau rambutnya panjang sepinggang dan dicat warna abu-abu, dia suka baca buku, punya senyuman manis, dan juga friendly.

Dalam mimpi gue, Annalisa digambarkan sebagai wanita ramah yang akan membuka pintu lebar-lebar untuk siapa pun yang mau berteman dengannya. Namun, pintu itu dibuka bukan untuk gue. Karena di mimpi itu, meskipun dia digambarkan sebagai sosok friendly, dia menutup pintunya tepat di depan wajah gue saat gue ingin mendekat. Dan, yah... seperti itu aja. Mimpi gue berakhir setiap kali gue berusaha mendekatinya.

Kok, bisa?

Bukan hanya kalian yang kebingungan, gue udah enggak bisa fokus sejak beberapa hari terakhir. Kenapa mimpinya selalu berakhir saat gue ingin mendekatinya? Apakah mimpi itu sebenarnya mengantarkan jawaban, bahwa di dunia nyata, Annalisa juga enggak akan mau bekerja sama dengan gue? Di dunia nyata, Annalisa sepertinya akan menolak kehadiran gue.

Gue sempat dengar dari Deka, kalau perempuan itu dua tahun lebih muda dibawah gue. Kalau melihat umur, semestinya dia enggak akan berani mempermainkan gue. Gue bisa dibilang senior, jadi pastinya dia enggak akan melakukan hal seperti di mimpi.

Tolong, jangan sampai seperti di mimpi.

Penolakan di mimpi aja udah membuat gue tersinggung, apa lagi di dunia nyata? Apa dia mau gue menjungkir-balikan gedung jurusan Ilmu Ekonomi?

Oke, mari gue jelaskan apa aja informasi yang gue dapat selama seminggu menyamar menjadi anak UI—padahal gue enggak kuliah di sana.

Pertama, Annalisa adalah anggota BEM FEB UI yang terkenal karena ambisius. Dia mengakui bahwa dirinya enggak pintar, tapi IPK-nya selalu di atas angka 3,8 karena dia mau bekerja keras. Dia bilang enggak ada orang bodoh, adanya hanya orang malas. Ya, dia benar. Gue setuju untuk yang satu ini.

Kedua, dia anggota aktif di BEM FEB dan cukup rajin meskipun diajak rapat sampai subuh sekalipun. Menurut Deka, perempuan itu termasuk anggota yang bisa diandalkan. Dia enggak pernah meremehkan tugas yang diberikan padanya. Di minta begadang pun akan siap '45, walaupun katanya dia punya penyakit gampang ngantuk.

Ketiga, dia suka baca buku dan memiliki jiwa penasaran yang tinggi. Informasi ini sudah dikonfirmasi oleh Ketua BEM FEB, yang tak lain adalah sahabat gue. Annalisa mudah penasaran dengan sesuatu yang menurutnya masuk akal, tapi dia mengabaikan hal-hal yang akan mengganggu perkembangannya. Dia hanya memikirkan hal-hal penting.

Nomor empat, dunia sesempit itu. Selain adik tingkatnya Deka, perempuan itu adalah kakak tingkatnya Chandara—pacar sahabat gue yang lain. Dengan informasi ini, gue punya dua orang dalam—Chandara dan Deka—untuk mengulik lebih banyak lagi tentang Annalisa. Tapi, nyatanya enggak semudah itu. Orang dalam pun enggak cukup memenuhi semua tanya di dalam kepala gue.

Sebuah kebetulan yang membuat semuanya semakin aneh, tapi juga menarik.

Gue masih belum paham arti kiriman paket dari Kuba itu. Siapa yang mengirimnya? Kenapa ada kartu tarot? Kenapa isi buku itu berisi prediksi-prediksi hidup gue yang juga berkaitan dengan perempuan bernama Annalisa itu? Rasanya hidup gue dan Annalisa bisa dijadikan naskah novel dan difilmkan.

Yah, semacam itu.

Hidup kami seperti saling memberikan pengaruh untuk satu sama lain. Saling terikat diam-diam. Misalnya begini, kalau diibaratkan garis maka kami berdua adalah dua garis yang memiliki titik pertemuan. Gue dan Annalisa harus berjalan bergandengan tangan bersama-sama untuk menyeberang jalan. Kalau enggak bersama, salah satu di antara kami akan dalam masalah.

Isi buku itu justru mirip kutukan di buku cerita anak-anak.

Siapa penyihirnya?

Setelah lelah berjalan mondar-mandir di kamar, gue memutuskan untuk duduk di tepi tempat tidur sambil membuka catatan gue. Sebelum gue memberikan buku bersampul kuning itu ke Deka, gue menyalin semua isinya terlebih dahulu ke buku catatan bersampul merah muda ini—jangan tanya kenapa gue beli buku catatan warna pink. Kita enggak pernah tahu apa yang akan terjadi jadi gue hanya melakukan antisipasi aja dengan menyalinnya terlebih dahulu. Jam digital di kamar gue terus bergerak maju, mengikis waktu. Di luar sana, langit gelap dan bintang-bintang juga mulai melakukan pekerjaannya.

Gue hanya berharap, bahwa perempuan itu punya pemikiran yang sama dengan gue. Kami berdua harus mencari pengirim paket itu dan apa maksud dari prediksi-prediksi yang dibuatnya. Gue juga mau tahu, di mana titik pertemuan antara gue dan Annalisa? Apakah ada di dekat sini, atau lebih jauh lagi?

Dunia gue bahkan udah sesempit ini.


**


#PLAYLIST: 1. Star, Nadin Amizah.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


JAENNA: HERO OF THE YEARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang