02. Stalker dan Segala Urusannya - #Annalisa

1.3K 184 9
                                    

**

ANNALISA POV

Namanya adalah, Nickola Jaennarendra. Jago masak, bisa main gitar dan piano, bisa berpose-pose tampan ala model, sabuk hitam taekwondo, pernah dikirim ke Rusia oleh dosen pembimbingnya—yang membuktikan bahwa dia seorang jenius, dan yang lebih heboh lagi, dia adalah mahasiswanya Kak Rasi—kakak pertamaku, yang bekerja sebagai dosen di Institut Kesenian Jakarta jurusan Seni Musik.

Aku menghela napas sembari mencatat semua informasi ini. Aku mendapatkan semua informasi ini dari Chandara—atau, Dara, adik tingkatku yang kebetulan berpacaran dengan salah satu sahabat Jaennarendra. Tidak tahu siapa namanya, aku tadi lupa bertanya. Memang tidak tahu diri, sudah minta informasi tapi tidak bertanya nama pacarnya. Bahkan, aku lupa mengucapkan terima kasih. Kalau dipikir-pikir, dunia memang sempit, ya? Tidak kaget juga ketika Dara mengatakan bahwa dia mengenal Jaennarendra dari pacarnya. Aku juga bertanya ke Kak Deka tentang beberapa hal, dan sepertinya lelaki itu memang punya banyak sisi yang menarik.

Selain wajah ganteng, sepertinya dia punya talenta lainnya. Karena, aku kurang suka dengan lelaki bertampang ganteng. Percuma, kalau otaknya kosong. Sebelum mengenal Jae secara resmi, kupikir aku harus tahu seperti apa dia.

Kuharap otaknya tidak kosong, karena itu akan membuatku bosan.

Aku sebenarnya tidak tahu kapan akan bertemu face to face dengannya.

Ini semua karena ramalan di dalam buku itu yang membuatku was-was. Bagaimana kalau menjadi kenyataan? Aku sedang tidak ingin main-main. Aku sedang malas membangun romantisme dengan lelaki. Fokusku adalah beasiswa ke Harvard, bukan justru diberi buku sampul kuning misterius dan harus memecahkannya.

Ah, malas tapi aku penasaran.

Aku mengeluarkan buku sampul kuning itu dari dalam laci. Meskipun buku itu sudah beberapa hari di tanganku, namun aku masih belum bisa memecahkan isinya. Kalau aku baca berulang-ulang, buku ini seperti berisi ramalan-ramalan kehidupan antara aku dan lelaki itu. Tapi, kenapa aku harus dengan lelaki itu? Apakah semesta sudah lelah menyimpan rahasia takdir, jadi aku diberi misi khusus untuk menemukan takdirku sendiri?

Apakah aku dan dia akan memiliki hubungan romantis?

Apakah aku akan menikah dengannya?

Aku sebenarnya bisa saja membuang buku ini sejak hari pertama, karena logikaku tidak bisa menerimanya. Sayangnya, Hazen menyuruhku untuk menyimpannya. Adikku itu tidak sengaja memergokiku sedang membaca buku ini, dan dia jadi ikutan penasaran. Asal kalian tahu, Hazen itu jiwa petualangnya lebih besar dariku. Karena itu, dia mengancam akan melaporkan buku ini ke Kak Rasi kalau aku tidak mau mencari jawabannya bersama lelaki itu—Jaennarendra. Padahal Hazen tidak tahu siapa Jaennarendra, tapi beraninya dia berada di pihaknya. Ah, sial! Memangnya sepenting apa jawabannya? Apakah berkaitan dengan hidup dan matiku?

Aku membuka halaman pertama. Yang tertulis di sini adalah, pertemuan pertamaku dengan Jaennarendra. Ramalan-ramalan ini tidak ditulis dengan jelas. Namun, ada sketsa yang bisa memperjelas. Oh iya, ramalan ini ditulis dalam bahasa Indonesia tapi seperti hasil terjemahan jadinya aneh untuk dibaca. Seperti mengobrol dengan Mbak Google Translate. Nah, gambar sketsa pertama adalah keramaian di mana banyak lampu kelap-kelip dan juga sorak-sorai. Sketsa ini tidak berwarna, dibiarkan monokrom. Mungkin, siapa pun dia yang menggambar ini memang menginginkannya seperti itu. Tetap terlihat cantik. Pasti dia ahli sekali. Omong-omong, kalau spekulasiku benar, maka aku akan bertemu dengan lelaki itu di acara Jazz Goes To Campus, sesuai ucapan Kak Deka hari itu. The Hopeless Romantic akan tampil di sana.

Saat sedang asyik mencari jawaban dengan melihat setiap detail sketsa di buku ini, ponselku bergetar menampilkan pop up nama Kak Tara, kakak lelaki keduaku.

JAENNA: HERO OF THE YEARWhere stories live. Discover now