57. Akhirnya

883 43 8
                                    

Maaf aku tak sebaik mereka yang mudah memaafkan kesalahan seseorang
-Larisa-

°°°
"Saudari Nesya, silahkan ikut kami ke kantor polisi." Ungkap Tyo dengan jelas.

Gadis itu mulai gemetar, "apa maksud anda?" Ucap Nesya yang mulai tak terima.

Dua pria dewasa tengah berdiri kalut di belakang Om Tyo, yah mereka adalah pria suruhan Nesya dalam menjalankan segala aksi busuknya.
Nesya memandang nanar keduanya.

"Gak gue gak mau ikut!" Langkahnya semakin mundur.

Farel yang mencoba mencerna dengan baik-baik maksud dari semuanya perlahan mulai mengerti, Farel melirik sebentar ke arah gadisnya, Larisa bahkan tak mampu mengangkat wajahnya.

Farel memutuskan melangkah ke depan agar ia bisa berbicara dengan Nesya, gadis itu sudah tak bisa meneruskan langkahnya yang terhalang dinding, Farel menarik pergelangan Nesya, tangan kanannya ingin sekali menampar gadis itu, namun sekuat mungkin ia tahan dan melampiaskan pada tembok belakang Nesya, "Lo, brengsek!" Ucap Farel penuh penekanan tepat di depan wajah Nesya.

"Lihat Larisa, Lo dengan teganya nyakitin orang yang baru Lo kenal, dia gak salah Nes! Lo berani-beraninya nyentuh cewek yang udah mati-matian berusaha gue jaga! Dan Lo dengan gampangnya hancurin kehidupan dia! Lo bener-bener udah buta!" Dada Farel naik turun mengatakannya.

Suasana semakin menjadi tegang, para murid mulai berbisik karena Farel baru saja menyebut Larisa sebagai ceweknya.

Plak,,
Sebuah tamparan melayang begitu saja, "Dasar Cewek kurang ajar! Anjing! Bangsat Lo Nes! Ucap Clara yang baru saja dari kantin dan melihat situasi kelas seperti ini, gadis itu bisa menebaknya, bahkan jus jeruk yang baru saja di belinya kini mendarat pada wajah Nesya.

"Lo bener-bener bukan manusia! Hati lo udah mati! Lihat sahabat gue! Dia lumpuh gara-gara Lo anjing! Karirnya hancur! Dia salah apa sama Lo sampai Lo tega ambil kebahagiannya! Busuk emang Lo Nes!" Clara tak henti-hentinya menunjuk-nunjuk orang di depannya.

Tyo segera melerai pertikaian itu, membawa Nesya untuk ikut bersamanya, sebelum kata-kata yang tak pantas didengar di lingkungan sekolah semakin menjadi-jadi.

°°°
Hari yang begitu lelah untuk Larisa, gadis itu seolah tertampar dengan keadaan, rasanya begitu menyakitkan ketika dalang dibalik semuanya adalah temannya sendiri, dirinya tak bisa begitu saja diajak berdamai ketika separuh hidupnya sudah hancur.

Gadis itu kini tengah menenangkan dirinya di taman bersama dengan Farel, es krim rasa vanila berada digenggaman nya, namun gadis itu membiarkan es krimnya terus menetes mengotori tangannya.

"Ris," panggil Farel pelan seraya membersihkan tangan gadis itu dengan air mineral yang tadi dibelinya.

Larisa tersadar pelan sebelum akhirnya tersenyum tipis.

"Mikirin apa?"

Gadis itu hanya menggeleng, entah mengapa perasaannya kini tak bisa dijelaskan, bahkan gadis itu lebih tenang jika tidak mengetahui pelaku sebelumnya dibandingkan pikirannya menjadi kacau seperti sekarang.

Kini Nesya tengah mendekam di tahanan, rasanya Larisa bimbang antara tega dan tidak, separuh hidupnya sudah hancur karena ulah gadis itu, disisi lain dia temannya sendiri.

"Rel mau pulang, tapi aku mau coba berdiri bentar kali aja bisa." Larisa merasa benar-benar lelah ketika harus terus-menerus duduk di kursi roda, ia sudah menjalani terapi sesuai jadwalnya.

"Jangan dipaksain ris,"

Larisa tetap mencoba berdiri, gadis itu hanya bertahan satu detik dan akan jatuh di tanah, namun Farel berhasil menahannya.

Farel menghembuskan nafasnya pelan, mendorong kursi roda Larisa dan memutuskan untuk pulang, gadis itu tak berada dalam kondisi yang baik-baik saja, bahkan untuk mampir makan saja tidak mau.

°°°
Setelah sampai di kamarnya Larisa memilih untuk tidur, Farel membenarkan selimut gadis itu, mengusap pelan rambutnya.

"Sweet dream," sebelah tangan Farel ditahan Larisa, gadis itu mengelus pelan punggung tangan lelakinya.

Larisa menatap bola mata lelakinya yang tengah menatapnya balik, terlihat begitu tulus dan teduh, membuat hatinya sedikit tenang.

"Hati-hati di jalan ya, besok anterin aku terapi." Ucapnya seraya mengecup pelan punggung tangan Farel.

°°°
Farel berdiam di kamarnya menatap layar ponselnya, tepatnya melihat notif yang memberitahu bahwa besok gadisnya berulang tahun, hampir saja lelaki itu melupakannya. Kini pikirannya sibuk kejutan apa yang bisa ia berikan ke Larisa, pikirannya benar-benar bingung.

Akhir-akhir ini gadis itu sudah cukup menderita, ia tak ingin mengecewakan Larisa di hari bahagianya besok, Farel mencoba mengingat keinginan gadisnya yang belom tersampaikan, tapi Larisa bukanlah gadis yang suka merengek ingin dibelikan barang-barang branded.

Ditemani suara angin yang mendesah pelan Farel terus sibuk berkelan dengan pikirannya.

°°°
Thanks for reading ❤️

Maaf pendek ya part-nya
Sudah siap part terakhir belom xixi

Next chapter part terakhir ya

See you next chapter

Jaga kesehatan ya teman-teman :)

vote dan komentar nya jangan lupa biar author semangat

Larisa and The Ice BoysWhere stories live. Discover now