4. Tak disangka

3.7K 206 83
                                    

Aku tidak berharap perhatian darimu justru aku hanya berharap rasa ketidak pedulian mu padaku

°°°
Pagi ini adalah hari pertama Larisa bersekolah tanpa mengikuti peraturan OSIS SMA Nusa Bangsa. karena acara MOS telah selesai sejak kemarin. Namun gadis itu masih bergelung nyaman dengan selimutnya rasa kantuk masih enggan untuk meninggalkannya, Larisa baru tidur pukul 12.00 malam karena acara pemotretan di sebuah butik terkenal.
Tapi apalahdaya ketika suara nyaring wanita paruh baya membuatnya terbangun sambil menahan matanya yang masih terasa berat.

5 menit lagi bel akan berbunyi. Namun, Larisa belum mengetahui dia ada di kelas mana karena papan pengumuman masih riuh dengan para siswa. Seandainya dia mempunyai badan yang besar ia akan segera menerobos kerumunan tersebut tanpa repot-repot untuk menunggu.

Perhatiannya teralihkan pada notifikasi ponselnya lantas ia segera membaca pesan tersebut.

Clara:
Monyet Lo dimana sih udah mau bel juga, Lo tau gak kita sekelas seneng banget dah berasa pengen terbang tau gak gue. Kelasnya X-IPA 2 kalau udah Dateng cepet kesini.

Sesekali Larisa membentuk garis lengkung di bibirnya.

Larisa:
Oke gue kesana

Sesampainya dikelas Larisa duduk dengan Clara.
Baru saja Larisa menjatuhkan tasnya diatas meja, obrolan tak penting datang.

"Eh ris kak Farel kelas apa ya?" Tanya Clara sambil sibuk menyuapkan roti kedalam mulutnya.

"Masa bodoh gak tau gue, gak penting juga nyari tuh cowok, bagi dong roti nya gue laper juga tau."

°°°

"Ris, malam ini kmu ada pemotretan di butik temennya mama kamu mau kan?" tanya widyah yang berhasil menghentikan langkah putrinya hendak naik menuju kamarnya.

"Pemotretan fashion ramaja kan Ma?"

"iya lah masak dewasa, oh iya katanya juga sih ada anaknya temennya mama juga yang bakal jadi pasangan kamu kok Ris, dia juga model tapi masih baru Ris, dan tau gak ganteng banget mirip oppa-oppa Korea tau gak."

Larisa menganggukkan kepalanya, sedikit heran dengan mamanya yang menyukai Korea juga padahal sudah berumah tangga.

"Jam berapa pemotretannya ma?"

"Jam 7 malam sayang,"

Langkahnya berlanjut menuju kamar yang sudah dirindukan, ingin membaringkan punggung yang sudah terasa kaku.

°°°

Malam ini begitu tenang, bulan yang tampaknya sedang ingin menemani bintang bersinar dengan indah. Hembusan angin meliukkan pohon- pohon rindang di pinggir jalan, begitu juga lampu menyala menambah penerangan bagi para pengemudi.

Larisa dengan mamanya sedang melaju menuju butik untuk pemotretan ditemani supir keluarga Atmaja.

Papa Larisa memang jarang pulang dikarenakan urusan perusahaan yang mengharuskannya terbang di beberapa negara.

Setibanya di butik sapaan ramah terdengar menyambut mereka.

"Eh jeng Widya, udah Dateng, sini duduk, waah ini Larisa yaa cantik lebih cantik dari di majalah."

"Hehehe sama aja kok Tante." Ucap Larisa sambil tersenyum ramah.

"Yaudah kamu ke ruang ganti dulu gaunnya udah di dalam, pakek yang warna biru dulu ya, ini anaknya tante juga belum datang macet katanya."

Dikuti anggukan Larisa.

Larisa segera masuk ruang ganti dan melihat beberapa gaun yang akan dipakai nantinya, karena tadi Tante wirna menyuruh memakai yang warna biru dulu Larisa segera memakainya, gaun tanpa lengan, mengembang dibagian bawahnya dan hiasan pita besar berwarna biru di pinggang menambah kesan manis. Sudah dibayangkan harganya akan sedikit menguras dompet para peminatnya.

Saat Larisa keluar dari ruang ganti dia juga belum menemukan sosok yang akan menjadi pasangannya.

Sedikit rasa penasaran menghantui pikirannya.

"Waah jeng, anak kmu belum di make up aja udah cantik gini, gimana ntar." Kagum Wirna

"Jeng Wirna bisa aja."

Larisa, kamu duduk dulu ya buat di make up sama pegawainya Tante sambil nunggu anaknya tante.

Tak lama suara pintu terbuka menandakan seorang baru saja masuk.
Larisa tidak bisa melihat siapa yg datang karena ia sedang di make up.

Farel yang baru saja datang langsung duduk di kursi panjang, entahlah kemana perginya dua orang yang tadinya sedang asik berbincang mengenai tas keluaran terbaru.

Larisa telah selesai dengen dandanannya, dia berdiri menghadap cermin, bukan untuk melihat penampilannya melainkan fokus dengan pantulan seorang cowok yang tidak asing di pengelihatannya dengan setelan jas putih yang sedang asik memainkan ponselnya.

Kok mirip ketos nyebelin ya, ucap Larisa dalam hati.

Dengan sangat hati-hati Larisa membalikkan badannya untuk memastikan apa yang dilihat.

"Lo,"  dengan tampang terkejutnya

Sedangkan lawan bicaranya hanya diam saja dengan muka datarnya seperti biasa saja melihat Larisa.

"Iya kenapa?"

Padahal Farel juga sempat terkejut dengan apa yang dilihat tapi dia mampu menyembunyikan raut wajahnya dengan baik.

"Jadi lo yang nanti bakalan jadi pasangan gue pemotretan nanti?"

Seakan Larisa belum percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang.

"Kalau iya kenapa?"

Farel tetap fokus pada layar ponselnya tanpa ada niat melihat cewek yang sedang berdiri dihadapannya.

"Oh jadi kalian udah saling kenal bagus deh klok gitu biar gak canggung ntar, langsung saja ayok daripada nanti kemalaman kan besok kalian sekolah." Ucap Wirna yang sudah kembali dengan widyah sambil menggiring kedua remaja tersebut untuk melakukan pemotretan.

Larisa dan Farel sedang diberi instruksi pose oleh fotografer

Pose pertama Larisa duduk dan Farel berdiri disampingnya.

"Farel rangkul pundak Larisa ya!"

Tanpa ragu Farel langsung saja merangkul pundak larisa.

"Maaf buat tadi disekolah." Bisik Farel pelan

Larisa ingin menolak kata maaf itu namun hatinya tak sesuai dengan jalan pikirannya.

Sudah dua jam mereka melangsungman pemotretan.

"Larisa, ganti gaunnya ya ini yang terakhir kok."

"Iya Tante,"

Tepat pukul 22.00 Larisa baru saja tiba dirumah.
Larisa segera membersihkan diri.
Bayangan Farel yang tadi sempat memeluknya pada pose terakhir berhasil mengahantui pikiran Larisa.

                           ***

Gimana menurut kalian?
Masih berantakan ya maaf baru pertama nulis masih minim kosa kata

Kalau kurang suka komen saja bagusnya gimana

Larisa and The Ice BoysWhere stories live. Discover now