19. Razia

2.3K 92 11
                                    

Setiap orang punya sikap yang berbeda tergantung yang disikapinya saja.

°°°
Kriiing,,,

Suara alarm terdengar sangat nyaring memekakkan telinga, membuat Larisa sangat kesal, pasti ulah Mama nya yang membelikan jam beker baru, lantaran jam Beker sebelumnya sudah lenyap di tangan Larisa, dan mungkin yang satu ini juga akan lenyap.

Braaak,,
Di lemparnya secara kasar jam Beker baru itu pada dinding di seberangnya, jam berwarna biru itu kini sudah hancur tak berbentuk dan seketika terdiam tak mengeluarkan suara nyaring lagi.

Bola mata hitam itu kembali terpejam tak ingin segera beranjak dari tempatnya, menunggu alarm yang kedua berbunyi.

Baru 10 menit ia memejamkan matanya, terdengar suara lebih nyaring daripada jam yang sudah lenyap, menandakan alarm kedua sudah berbunyi.

"LARISAA,, bangun sayang udah siang!"

Teriak Mamanya dari arah dapur, betapa kerasnya suara wanita paruh baya itu terdengar menggema memenuhi atmosfer rumah.

Larisa mau tak mau segera beranjak dari tempatnya, sebelum Mama nya akan menyusul dan teriak-teriak di dalam kamarnya.

"Udah hancur jam Beker nya?" Tanya Mama Larisa, saat putrinya sudah rapi dan bersiap memakan roti selai cokelat buatannya.

"Udah Ma."

Respon yang sangat santai, padahal dia jelas-jelas bersalah atas tindakannya, membuat Mama nya menghembuskan nafas kasar, jengah dengan kelakuan putrinya.

"Larisa berangkat dulu Ma, gausah beliin Larisa jam lagi ntar nasibnya bakalan sama kok Ma sama yang sebelumnya."

°°°

Kelas yang awalnya ramai dengan candaan seketika berubah menjadi hening dan tegang, saat Farel dan Icha memasuki kelas X-IPA 2, membuat penghuninya teringat akan jadwal razia atribut yang dilakukan satu bulan sekali.

"Mampus, gue lupa ada razia." Ucap Larisa yang mulai sadar akan ketidaklengkapan atributnya.

"Kayak gue dong lengkap." Pamer Clara teman sebangkunya dengan bangganya.

"Bodoh amat." Jawab Larisa acuh, pandangan nya kembali fokus pada buku tugas dihadapan nya.

Langkah Farel dan Icha saling beriringan, memeriksa atribut dari bangku pojok dekat pintu, kebetulan guru yang sedang mengajar izin keluar dengan memberikan tugas pada muridnya.

Sejauh ini juga ada beberapa siswa yang atributnya tidak lengkap, mereka di perintah agar berdiri di depan kelas, menunggu lebih lanjut sanksinya.

Larisa dan Clara kini berdiri di bangkunya, lantaran razia sudah sampai di giliran mereka.

"Kaos kaki cuma setumit, gak pakek dasi, rok cuma selutut, mau jadi apa kamu?"
Kata yang cukup pedas keluar dari bibir Icha.

Larisa hanya diam tak menanggapi merasa memang dirinya salah, pandangan matanya lurus ke depan.

"Di tanyain jawab! diem mulu, bisu?"
gertak Icha tangannya menunjuk-nunjuk bahu Larisa.

Jelas saja Larisa tak terima dengan perkataan Icha, apa yang dia maksud mengatakan dirinya bisu.

"Eh gue gak ngomong karena ngerasa gue emang salah! Lo tadi tanya kan gue mau jadi apa? Mau jadi model sukses dan yang jelas punya etika gak kayak mulut Lo yang gak pernah diajarin cara bertutur kata baik."

Plaaak,,,
Satu tamparan mendarat di pipi putih Larisa.

Membuat Farel membelalakkan matanya, apa yang Icha lakukan pada gadis di depannya entah mengapa menarik amarahnya.

Larisa and The Ice BoysWhere stories live. Discover now