32. Weekend

1.9K 91 12
                                    

Semburat kuning sudah naik setinggi tombak, udara segar berhembus ringan membuat mahkluk hidup berwarna hijau mulai menari mengikuti setiap hembusan yang melewatinya.
Akhir pekan mungkin adalah hari yang sangat dinantikan setiap orang terutama bagi kalangan pelajar.

Larisa yang pagi ini tidak ada acara pemotretan memutuskan untuk berguling-guling di tempat tidurnya, gadis itu sejak tadi tak henti-hentinya menghembuskan nafas kasar dan sesekali menatap ponselnya, berharap agar mendapatkan pesan dari kakesihnya.

Statusnya sebagai putri tunggal kadangkala membuatnya kesepian, belum lagi kedua orang tuanya yang selalu sibuk dan jarang sekali keduanya bisa lengkap berada di rumah, seperti hari Minggu ini Mamanya sudah pergi sejak tadi pagi lantaran sebuah panggilan dari kantor, dan papanya belum juga pulang dari perjalanan bisnisnya.

Decitan pintu kamarnya membuat gadis itu buyar dengan pikirannya dan menatap siapa yang datang, senyuman merekah terukir dari garis wajah cantik itu, segera saja Larisa bangkit dan berlari menghampiri Farel yang masih berada di ambang pintu kamarnya, Larisa memeluk erat tubuh kekasih yang dirindukannya.

"Kenapa gak bilang mau kesini?"

Farel hanya diam, ia berbalas memeluk Larisa, menyerukkan kepalanya ke leher gadisnya, mencoba menghilangkan keraguan di pikirannya, menghirup dalam-dalam aroma strawberry yang sekarang mulai menjadi candunya.

Larisa merasa bahwa mungkin saat ini lelakinya tidak dalam keadaan baik-baik saja, namun masalah apa yang membuat Farel terlihat banyak pikiran seperti saat ini.

"Siap-siap gih." Ucap Farel yang kini sudah menarik kepalanya kembali.

"Mau kemana?" tanya Larisa penasaran.

"Aku tunggu di mobil." Farel langsung pergi begitu saja.

"Iih, kok ngeselin sih!" teriak Larisa kesal.

Gadis itu bingung memakai baju apa lantaran ia tak tau akan keluar kemana, diambilnya baju berlengan pendek berwarna soft pink, dan celana berwarna putih yang panjangnya hanya mampu menutupi separuh paha putihnya, sepatu kets berwarna senada sangat cocok di kaki jenjang Larisa.
Gadis itu segera turun dan menemui Farel di mobilnya.

Lamborghini Farel mulai melaju membelah jalanan Jakarta, entah mengapa hari ini tak seberapa sesak seperti biasanya.

"Rel, mau kemana sih?" tanya gadisnya yang mulai kebingungan lantaran Farel memilih masuk ke gerbang tol.

Lelaki itu hanya diam, pandangan matanya fokus ke depan.
Larisa yang diacuhkan memilih menatap apa saja yang dilaluinya, enggan untuk kembali mengeluarkan suaranya.

°°°
Sekitar sembilan puluh menit perjalanan yang di tempuh kedua remaja itu untuk sampai tujuannya.

Larisa yang baru saja keluar dari pintu mobil tersenyum melihat deretan pohon kelapa menjulang tinggi, daun-daun yang lebat akan mampu membuat siapapun yang berada di bawahnya terlindungi dari paparan sinar sang surya, suara deburan ombak terdengar menenangkan di gendang telinga.

Gadis itu mulai berjalan cepat mendekati hamparan pasir pantai Cibeureum Anyer, salah satu panorama indah yang masih berada dikawasan ibu kota bagian barat, suguhan air biru lengkap dengan ombak yang bergulung mampu menyegarkan penglihatan penikmatnya, nama pantai yang masih terdengar sedikit awam dibandingkan dengan pantai lainnya membuat pantai ini tidak terlalu sesak akan pengunjung.

Larisa mengambil duduk tepat di bibir pantai, tak peduli jika celananya akan terlihat kotor lantaran ia tak beralaskan apapun, sudah lama ia tidak menikmati panorama indah sedekat ini.
Farel menyusul gadisnya dengan dua buah kelapa ditangannya, mengambil duduk di samping gadisnya memberikan minuman segar itu pada Larisa.

Larisa and The Ice BoysHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin