31. Pertandingan

2K 107 14
                                    

Sabtu, tepatnya pukul 08.00 WIB, suasana lapangan basket SMA Nusa Bangsa sangat riuh, beberapa suporter datang dari SMA di ibu kota guna mendukung tim basket sekolah masing-masing, tribun penonton yang bisa menampung ratusan orang itu kini terlihat penuh.

Kegiatan pembelajaran hari ini ditiadakan, tujuannya agar para murid fokus memberikan dukungan dan meramaikan suasana pertandingan.

Farel yang kini baru saja berganti dengan seragam basketnya mulai melangkahkan kakinya menuju lapangan, namun sebuah tangan menghentikan pergerakannya, gelang silver itu membuat Farel tau pemilik tangan yang menghentikannya tanpa berbalik menatap pelakunya, sudah dipastikan dia adalah gadisnya.

"Reel,," panggil Larisa.

"Hmm." Sahut lelakinya seraya berbalik menatap lawan bicaranya.

"Semangat ya!" ucapnya seraya tersenyum manis.

Farel mengangguk pelan sebagai jawaban.

"Jangan jatuh lagi, tetep main sportif, yang paling penting jangan deket-deket sama nenek lampir!" tutur Larisa lagi, bibirnya mengerucut di akhir ucapannya.

"Iya cantik." Farel tersenyum tipis, dan menarik gemas pipi gadisnya.

Larisa tersenyum lebar mendengar kata terakhir lelakinya.

°°°
Hari sudah semakin siang, namun karena lapangan basket yang indoor, para penonton tidak merasa gerah sedikitpun lantaran dinginnya AC begitu terasa menyegarkan, mungkin hanya para pemain yang merasa gerah karena pergerakan mereka sendiri dengan bola oren itu.

Teriakan begitu riuh, karena saat ini babak penentu siapa yang akan menjadi juara satu dan dua, juara tiga sudah diraih SMA Garuda.

Waktu pertandingan hanya tersisa 2 menit, dan skor antara SMA Nusa Bangsa dengan SMA Jaya Sakti kini seri, dan para suporter tak ingin jika nanti akan diadakan over time.

"JAYA SAKTI JUARANYA,, JAYA SAKTI JUARANYA!!"

"NUSA BANGSA PEMENANGNYA,,,NUSA BANGSA PEMENANGNYA!!"

Dua kalimat itu saling bersahutan, kedua tim sama-sama memiliki kemampuan yang unggul.

waktu hanya tinggal satu menit, Farel yang kini berada di luar garis pinalti melempar bola basket ke arah ring, dan tepat sekali masuk dengan sempurna, tak berselang lama wasit meniup peluit tanda pertandingan telah usai, dan Tim Nusa Bangsa langsung mendapat three points karena tembakan yang di lakukan Farel, sehingga membuat skor Nusa Bangsa lebih unggul tiga poin dari Jaya Sakti.

Semua masih diam lantaran terkejut dengan tindakan lelaki tampan di detik-detik akhir permainan.
Selang beberapa detik suara riuh terdengar menggema di lapangan, teriakan kemenangan terdengar bukan main, juara pertama diraih SMA favorit di ibu kota.

"Woooh NUSA BANGSA,,,NUSA BANGSA,, NUSA BANGSA JUARANYA,, NUSA BANGSA PEMENANGNYA!!"

Kurang lebih seperti itu nyanyian mereka ketika SMA ini menjadi juara utamanya.

Latihan mereka setiap jam pulang sekolah terbayar sudah, rasa lelah seakan hilang begitu saja.

Larisa yang berada di tribun paling atas menampilkan senyum terbaiknya, sedangkan Clara masih berteriak dengan hebohnya.

Satu persatu para penghuni tribun mulai keluar dengan suara yang sudah serak, lantaran sejak awal hingga akhir teriakan terdengar bersahutan tanpa adanya bantuan pengeras suara.

Farel dari lapangan memperhatikan gadisnya yang sudah keluar, ia akan segera menyusulnya, sebelum Icha menemui lelaki itu lantaran gadis itu sejak tadi masih menatapnya dari tribun dan mungkin ingin turun ke lapangan namun jalan masih begitu sesak.

Sebuah pesan masuk membuat Farel memainkan benda pipih dalam genggamannya.

Larisa:
Rel,, ke taman belakang ya!

Lelaki itu tidak membalas pesan gadisnya, namun kakinya melangkah menuju taman belakang, keadaan sekolah sudah lumayan sepi, para siswa memilih langsung pulang.

Farel kini sudah berada di taman belakang menghampiri gadisnya yang tengah duduk di bangku dan menyunggingkan senyumnya.

"Niih," ucap Larisa menyodorkan air mineral pada lelakinya.

Keadaan Farel yang basah akan keringat membuat laki-laki ini terlihat semakin tampan saja, Larisa tak henti-hentinya memandang kekasihnya.

Hanya keheningan yang terjadi diantara keduanya, Farel yang masih lelah memilih memejamkan matanya dan menyandarkan kepalanya pada bahu gadis disampingnya.

°°°
Sang surya sudah berada di arah barat cakrawala, menandakan bahwa hari sudah sore.

Farel yang baru saja keluar dari mobilnya dan mulai melangkah memasuki rumah bernuansa putih di hadapannya.

Greeeep,,,

Sebuah pelukan datang dari arah belakang, dan tangan melingkar sempurna di perut Farel, membuat langkahnya terhenti.

Harum ini, Farel sangat mengenalnya, parfum beraroma vanilla yang dulu menjadi candunya, tapi saat ini ia berharap jika perkiraannya salah.

"I Miss you." Ucap gadis itu pelan tepat di telinga Farel.

Farel memilih melepaskan tangan yang melingkar di perutnya, dan memilih berbalik menatap siapa yang dengan lancang memeluknya.

Dan ternyata dugaannya benar, dia  Freya Nesya Angelita gadis yang dua tahun lalu menghilang tanpa pamit dan kabar, gadis yang dulu pernah membuatnya tau rasanya jatuh cinta sekaligus tau akan rasanya kehilangan.

Farel tanpa membalas ucapan rindu yang terlontar dari gadis masa lalunya memilih langsung berbalik dan melanjutkan langkahnya, namun sekali lagi gadis itu menahannya.

"Reel,, kamu gak rindu sama aku? Kamu gak lupa kan sama aku?" Ucapnya, sorot matanya menunjukkan ketulusan yang begitu dalam.

Farel menghembuskan nafasnya kasar.

"Rindu, tapi itu dulu." Ucap Farel dingin, ia sadar sekarang ia sudah memiliki gadis yang hatinya harus ia jaga.

"Rel, maaf buat semuanya, aku bisa jelasin semuanya." Ucap Nesya.

"Basi!" jawab Farel singkat dan menusuk hati pendengarnya.

"Reel, ayolah jangan bersikap dingin seperti ini, mana Farel lelaki hangat yang aku kenal, kita bisa memulai semuanya dari awal kan Rel, aku akan memperbaiki semuanya." Ucap gadis itu tetap kukuh.

"Gue udah punya Nes, jadi sekarang Lo pergi!"

Gadis yang bernama Nesya itu kini hancur sudah tatkala lelaki didepannya memanggil namanya bukan lagi seperti dulu yang akan memanggilnya dengan panggilan khusus yaitu 'Sya', belum lagi jawaban Farel yang mengatakan jika dirinya sudah mempunyai gadis lain membuat hatinya kembali teriris.

Tak lama Farel kembali berbalik dan memilih meninggalkan Nesya yang masih berdiri mematung.

°°°
Nuansa langit berwarna gelap terlihat lebih berwarna tatkala bintang bercahaya begitu terangnya, dan purnama menjadi pelengkap diantara keduanya.

Seorang lelaki berdiri di depan balkon kamarnya, menatap apa saja yang ada di depannya.
Farel masih memikirkan kejadian tadi sore, mengapa gadis itu kembali di saat dia sudah mulai bisa melupakannya, ia harus bisa melupakan semua kenangan yang pernah tercipta bersama gadis itu.

Fokusnya hanya satu kedatangan Nesya di hidupnya tidak bisa merubah sedikitpun perasaanya pada Larisa, semoga saja akan seperti itu.

***

Thanks for reading

Aku gak semangat update, habisnya gak ada yang komentar di part sebelumnya :" yang vote juga dikit banget :" padahal yang baca banyak hiks

Sempatkan waktu kalian menekan bintang dan mengetikkan komentar :"

Pendapat buat part ini?

Tandai jika ada typo

See you

Larisa and The Ice BoysWhere stories live. Discover now