13. Terungkap

2.7K 118 29
                                    

Jangan mudah percaya, karena akan mudah tertipu

°°°
Kelas sudah sepi hanya tersisa Clara dan Larisa didalamnya.

"Udah monyet cantik gue, jangan nangis Mulu dong." Ucap Clara menenangkan seraya mengelus punggung Larisa yang terus bergetar.

Teman sekelasnya tidak ada yang peduli dengan Larisa mereka menganggap sepenuhnya gadis itu bersalah, hanya Clara dan Nathan lah yang merasa semuanya tidak benar.

Dan Untung saja pihak sekolah tak mengetahui tentang topik hangat hari ini. Bisa-bisa masalah akan semakin panjang, beberapa guru yang mengajar di kelas X-IPA 2 sempat bertanya pada Larisa karena gadis itu kepergok terus melamun, belum lagi mata sembabnya tak mampu disamarkan dengan apapun.

Bel pulang sekolah telah berbunyi 15 menit yang lalu, Larisa tak mau keluar dari kelasnya dengan alasan ia takut akan pandangan menjijikkan dari siswa yang lainnya.

Clara menggandeng tangan Larisa berniat mengantarnya menuju parkiran, perasaan geram telah hinggap di hati Clara sejak tadi, ingin menampar siapa saja yang sudah memaki sahabat dekatnya, lantas siapakah orang yang tega berlaku sekejam ini pada Larisa, seingatnya Larisa tidak pernah mencari masalah dengan siswa disini, selama dirinya berteman dengan Larisa tidak pernah terjadi insiden seperti sekarang.

Baru beberapa langkah Larisa dan Clara menjauhi kelas, namun apa yang terjadi di luar kelas sungguh di luar dugaannya.

Siswa berbaris dengan cacian yang saling bersahutan, membuat tangis Larisa kini pecah kembali.
Padahal hari sudah semakin sore tapi apa yang mereka lakukan sangat tidak penting, sinar mentari pun tak mendukung aksi mereka karena hawa panas yang terpancar menunjukkan langit saja sudah ingin mengatakan kepalsuan yang terjadi.

"Model murahan kenapa sekolah!"

"Mukanya sok cantik tapi kelakuannya menjijikkan!"

"Gak usah sok cantik, model murahan aja bangga!"

"Gak usah sekolah jadi wanita penggoda saja!"

Kata yang mampu membuat Larisa rapuh.

"DIAM!! KALIAN BISA BERHENTI GAK!! jangan percaya sama foto murahan itu, jangan menghakimi seolah-olah kalian mengetahui kalau itu benar-benar Larisa," teriak Clara kencang, tangannya mengepal ingin meninju mulut-mulut yang telah menghina sahabatnya, bahkan Clara juga ingin mengeluarkan air matanya, namun berusaha ia tahan.

Kini Larisa sudah gemetar, isakannya kembali terdengar, bola mata hitamnya yang baru saja mengering sekarang sudah mulai kembali mengeluarkan air mata, ia terduduk jongkok menutup kedua telinganya rapat-rapat, tak ingin mendengar satu kata pun dari mereka yang memakinya, mulutnya tak sanggup menyanggah kata-kata tidak senonoh dari teman-temannya, ia hanya berharap kebenaran secepatnya terungkap.

Bentakan Clara tidak berhasil membuat teman-teman nya diam, namun semakin menjadi jadi.

"Alah udah tau salah masih aja di belahin."

"Tau tuh cewek gak bener kok di tutup-tutupin."

"Huuuuu"

Icha dengan kedua temannya Dara dan Vivi berjalan kedalam tengah- tengah barisan itu, dengan dua kertas foto dalam genggaman nya ia menunjukkan pada siswa disana.

"Foto itu palsu, bisa kalian lihat sendiri disini, jika itu bukan tubuh Larisa." Terang Icha pada semuanya, dan perlu diketahui tidak ada yang tahu jika awal mula foto palsu itu beredar di papan pengumuman karena ulah Icha sendiri karena dia menempelkannya pagi-pagi buta.

Semua sibuk berebut melihat 2 foto yang ditunjukkan Icha, dengan foto pertama berisikan foto asli model murahan yang belum diganti dengan wajah Larisa, dan foto kedua yang sudah diedit hingga terpampang wajah Larisa.

sebagian siswa manggut-manggut dan pergi begitu saja tanpa ada ucapan maaf sekatah pun dari mereka, dan beberapa siswa lainnya ada yang sempat mengatakan kata maaf.
Icha yang sudah merasa masalah sudah terselesaikan langsung berlalu begitu saja. Meninggalkan rasa penasaran yang belum terpecahkan di hati Clara dan Larisa.

Bagaimana bisa Icha menemukan bukti secepat itu, lebih anehnya mengapa tidak ada satupun siswa yang bertanya berasal dari mana Icha mendapat bukti foto itu.

"Ris, udah bangun mereka udah gak ada, Lo gak pulang?" suara yang biasanya melengking kini berubah melembut tidak ingin menyakiti sahabatnya, cukup sudah hari ini air mata Larisa terkuras.

Dari kejauhan Farel memandang kejadian itu sejak tadi.

"Sshh" desis Farel merasa lega sudah terselesaikan masalah hari ini.

***

Selalu ditunggu vote dan komentarnya :)

Special day for me :')

See you

Larisa and The Ice BoysWhere stories live. Discover now