14.Night

2.8K 127 13
                                    

Membuatmu tersenyum adalah kebahagiaan tersendiri untukku
°°°

Malam ini sepertinya bintang sedang tidak ingin menyapa bulan, terlihat rintikan air turun membasahi tanah, sebuah tangan terulur ingin menyentuh buliran air dari langit, semilir angin terasa menyejukkan menyentuh kulit.

Larisa terdiam di balkon kamarnya menatap langit yang mendung seperti perasaan nya saat ini, telapak tangan nya mulai basah, gadis itu bingung apa yang harus dilakukan, seperti tak ada niatan beranjak dari posisinya saat ini.

Tok,,tok,,tok
Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Larisa.

"Larisa, ada Farel dibawah." Ucap widyah mama Larisa.

Larisa terdiam menatap pintu kamar yang belum ia buka, buat apa Farel berkunjung ke rumahnya, apakah ada jadwal pemotretan? setahunya tidak ada.

"Ngapain dia ma?" tanya Larisa pintu cokelat itu belum juga ia buka.

"Mama juga gak tau Ris, kamu temuin dulu sana, oh ya mama izin keluar sama papa." Balas mamanya seraya meninggalman pintu.

Larisa akhirnya turun menemui Farel, dilihatnya pria itu duduk manis di sofa ruang tamu, tak lupa ponsel dalam genggamannya, Larisa cukup terpukau dengan penampilan Farel malam ini walaupun hanya setelan yang bisa dikatakan seperti cowok pada umumnya, jaket kulit melekat pada dirinya, celana jeans panjang hitam serta kaus polos putih, tapi terlihat berbeda jika Farel yang mengenakannya.

Farel yang tersadar sang tuan rumah telah turun, ia memasukkan ponselnya ke dalam saku celana, menatap gadis didepannya, mata itu sedikit sembab, Larisa tak seceria biasanya, membuat Farel sedikit merasa risau.

"Ngapain kesini, tumben?" tanya Larisa mengambil duduk berhadapan dengan Farel.

"Ngajak keluar." Jawab Farel, sedikit ragu ia mengatakannya.

"Kemana?" Larisa heran apa benar ini Farel, pria sangat dingin yang sedikit ia kagumi belakangan ini.

"Gue tunggu di mobil." ucapnya sambil beranjak.

Larisa menggelengkan kepalanya, merasa heran dengan pria yang baru saja pergi, baru kali ini ia menemui manusia semacam Farel, segera saja ia mengganti pakaiannya dengan sweeter soft pink dan celana panjang putih, malam ini sengaja ia menggunakan sweeter, karena udara di luar mungkin lebih dingin dari biasanya lantaran hujan yang baru saja reda.

Mobil Farel mulai membelah ibu kota, jalanan terlihat masih basah membuat siapa saja harus berhati-hati, angin bertiup lumayan kencang bisa ditebak akan terasa dingin ketika menembus pori pori kulit.
Larisa menolehkan pandangannya pada kaca mobil, keluar dari rumah membuatnya terhibur melupakan kejadian di sekolah tadi yang cukup menguras air mata.

Ujung mata Farel kadang kalanya memperhatikan Larisa, sifat pembangkang gadis itu hari ini tak terlihat, aneh rasanya melihat dia menjadi pendiam, mengapa rasa perhatiannya bisa ia berikan pada Larisa apakah hatinya sudah terbuka untuk gadis lain? mungkin saja, bahkan rasa peduli pada Larisa semakin hari semakin bertambah.

Lampu menyala dengan bermacam macam warna, beberapa wahana permainan sedang beroperasi, suara perbincangan dan tawa terdengar dari beberapa sudut, begitu juga aroma berbagai makanan menyeruak ke rongga penciuman, membuat Larisa memandang sekelilingnya, ukiran senyum terlihat di wajah cantik gadis ini, tak luput Farel juga merasa senang melihat Larisa terhibur dengan tempat yang dipilihnya, pasar malam.

"Waah, kesana ayok!" ajak Larisa sambil menarik tangan Farel.

Farel hanya mengikuti langkah Larisa yang membawanya entah kemana, gadis itu terlihat begitu antusias, tidak ada raut kesedihan diwajahnya.

Teriakan histeris terdengar saat sirkus mulai menjalankan aksinya, seorang lelaki yang berjalan di atas seutas tali tanpa pengaman apapun dan tidak ada alas atau matras yang akan menyelamatkan tubuh lelaki itu ketika jatuh, membuat siapa saja bergidik ngeri melihat aksinya, lain hal nya dengan Farel yang sejak tadi tidak melihat ke arah sirkus melainkan lebih fokus pada gadis disampingnya yang menampilkan raut wajah lucu saat ketakutan.

Keberhasilan lelaki itu membuat siapa saja kagum, tepukan terdengar meriah memenuhi ruangan.

Langkah Larisa kini membawa Farel ke depan tiket bianglala yang sedang berputar, gadis itu kelihatan tak sabar ingin berada di salah satu kotak bianglala, menikmati pemandangan dari atas yang akan menyegarkan mata bengkaknya.

Dan benar saja ketika kedua remaja itu telah berada disalah satu puncak tertinggi bianglala yang sengaja diperlambat saat siapa saja dalam posisi itu membuat Larisa terkagum-kagum akan keindahan pemandangan yang terlihat lebih indah jika ditatap dari atas, senyuman yang sejak tadi terukir tak pernah luntur, membuat Farel ikut tersenyum olehnya.

Sekarang mungkin ia sadar jika dirinya sudah jatuh hati pada gadis didepannya, gadis yang mampu membuatnya lupa akan masa lalunya, gadis yang mampu membuatnya tersenyum dan khawatir saat didekatnya.

Hanya saja apakah Larisa juga jatuh hati padanya atau mungkin sebaliknya.

Sudah satu jam lamanya kedua remaja itu berkeliling menikmati keindahan malam dengan nuansa romansa yang indah.

"Farel laper." rengek Larisa sambil menepuk-nepuk perutnya yang sudah berdemo.

Tak ada sahutan dari cowok disampingnya membuat Larisa geram dengan hal itu, tanpa memperdulikan Farel disampingnya Larisa segera berlari menuju tukang bakso yang sejak tadi sudah mengguga untuk segera dikunjungi, tempat duduk beralaskan tikar, keadaan ramai pasar malam dan tak lupa Kilauan lampu yang sangat indah membuat Larisa baru pertama kali merasakan situasi ini, dan rasanya sungguh menyenangkan.

Lelaki itu mau tak mau mengikuti langkah Larisa, ikut duduk disampingnya.

°°°
Malam sudah semakin larut, hawa dingin sudah sangat terasa menusuk Indra peraba, kedua remaja itu sudah menyelesaikan makan malamnya.

Menatap sepinya jalan dalam keheningan, membuat Larisa sedikit canggung, diliriknya lelaki yang sedang sibuk menyetir disampingnya, hidung mancung, alis tebal, bulu mata lentik membuat siapa saja akan terpesona pandangan pertama.

"Apa lihat-lihat?" ucap Farel seraya menatap Larisa.

"Pede banget bang" balas Larisa sontak saja ia mengalihkan pandangannya, kini hatinya berdebar, sedikit merasa malu telah tertangkap basah lelaki disampingnya.

"Udah jelas jelas ketangkep basah, masih aja ngeles neng," tangannya terulur mengacak pelan rambut Larisa.
"Udah ingat cara tersenyum kan?" lanjut Farel, kini pandangannya kembali fokus ke depan.

Larisa hanya diam, bingung harus berkata apa.

Keheningan kembali terjadi, Namun segera berakhir saat Larisa sudah berada di depan rumahnya.

"Makasih buat semuanya" ucap Larisa ragu-ragu, dirinya sudah keluar dari mobil.

"He'em" singkat Farel, derum mobil terdengar, dan mulai menghilang dari pandangan Larisa.

°°°
Jangan silent reader dong :(
Komen yang banyak ya :)

Follow akun ku ya
Makasih

Larisa and The Ice BoysWhere stories live. Discover now