54. Tamu sialan

863 55 20
                                    

Sudah kubilang sifatku hanya akan hangat saat bersamamu
-Farel-

***
Di tengah derasnya hujan di luar sana, lagi-lagi terdengar suara ketukan pintu atau bahkan bel rumah Larisa.

Bel berbunyi tak santai tanpa jeda, orang yang bertamu seakan ingin menulikan pendengaran penghuni di dalamnya.

Farel beranjak dari duduknya dengan sedikit kesal, langkahnya begitu lebar, kedua tangannya mulai membuka pintu di depannya, sapuan rintik kecil berhembus menerpa wajah dinginnya, dua sosok lelaki dengan jas hujan berwarna hitam tengah berdiri tegak di depan pintu, kehadirannya di tengah hujan bak malaikat pencabut nyawa di dalam drama.

Dua lelaki itu mengangkat wajahnya, "kulkas!" Ucapan yang begitu kompak.

"Eh sih Clara bener gak sih ngasih alamat ke kita?" Tanya Kevin spontan.

"Kok ada mayat idup disini." Lanjut Surya semakin bingung.

Pletak,,

Farel menjitak kepala Surya, tangannya sudah gatal sejak tadi, "Alamat nya bener, yang salah itu otak Lo!"

Surya dan Kevin mendadak terdiam, dengan langkah yang serempak mereka menerobos pintu ingin memasuki rumah Larisa, namun lengan kokoh itu menahannya, "lepas dulu jas hujannya!"

Dengan aksi kilatnya jas hujan serba hitam itu terlepas, Surya dan Kevin segera menerobos masuk, menatap lekat seorang gadis yang tengah menatap bingung, "kak Kevin, kak Surya." Sapanya bergantian dengan raut yang masih kebingungan.

"Weh beneran nih Clara gak bohongin kita!" Tanpa disuruh Surya duduk di sofa berhadapan dengan Larisa, meletakkan keranjang buah yang dibawanya.

"Nih Ris, kakak Surya bawain pisang, kata Clara Lo suka banget ya sama pisang."

Jangankan suka, mendengar nama buah itu disebut saja rasanya perutnya mual, Clara benar-benar mengesalkan!

"Kakak Kevin juga bawain anggur nih."

Akhirnya gadis itu menghembuskan nafasnya setidaknya kulkas rumahnya tak akan dipenuhi pisang saja.

Gadis itu tersenyum ramah, "Makasih kak,"

Manik Surya menatap lekat lelaki yang kini duduk di samping Larisa, lelaki yang dengan santai menggenggam jemari putih Larisa.

"Lo ngapain disini Rel!" Tanya Surya tak santai.

"Jengukin pacar gue."

Seketika dua lelaki itu mendongak, matanya membulat sempurna, "jadi Lo bener gak homo?" Ucap mereka serempak.

Pletak

Tangan Farel mendarat sempurna di ubun-ubun kepala Surya, entah mengapa melihat wajah temannya itu membuat tangan Farel gatal ingin menghabisinya.

"Lo ngomong yang serius Rel, yakali bidadarinya Nusa Bangsa mau pacaran sama mayat idup kayak Lo!" Lanjut kevin.

Farel hanya bergumam pelan menanggapi Kevin, maniknya kini menatap gadis yang sejak tadi terdiam disampingnya, menatap dengan kagum gerombolan anggur merah yang nampak masih segar di atas meja.

Larisa and The Ice BoysDonde viven las historias. Descúbrelo ahora