7. Telat lagi

3.3K 173 48
                                    

Terkadang kesalahan yang terulang itu dianggap tidak wajar

°°°

Suara dering ponsel berhasil mengganggu tidur lelap Larisa, dengan malas tanganya meraih ponsel diatas nakas. Bahkan sempat menjatuhkan beberapa barang.
Ditariknya tombol hijau keatas suara nyaring langsung terdengar.

"LARISA BEGO LO KEMANA UDAH MAU BEL GAK NONGOL-NONGOL!" teriak Clara kencang mengalahkan suara gaduh didalam kelas.

"bacot, gue mandi dulu." Terdengar jawaban Larisa yang kelewat sangat santai.

"BEGO LO BARU BANGUN PARAH LO NYET."

"Iya situ ibunya monyet."

segera Larisa memencet tombol merah sebelum telinganya tak bisa digunakan lagi untuk mendengar.

Larisa mengendarai mobilnya diatas rata-rata, bahkan koar-koar pengemudi lainnya tak dihiraukan. Diliriknya jam tangan menunjukkan pukul 7:30, dia sudah telat 30 menit.

Langkahnya memasuki gerbang terhenti saat Farel dan Icha tengah berjaga didepan gerbang.

Sial itu orang-orangan sawah kenapa pindah ke sini.
Batin Larisa

"Stop!" tahan Farel.

"Apa nyuruh-nyuruh berhenti gak ada lampu merah kok ngeberhentiin orang." Balas Larisa tangannya sibuk merapikan tatanan rambutnya, entah manusia apa gadis ini tak mempunyai rasa takut dan bersalah sedikitpun.

"Eh bocah Lo tuh telat main masuk aja." Kini gadis disamping Farel mulai membuka suara.

"Iya deh situ yang udah emak-emak, ngatain gue bocah." Jawab Larisa santai.

Icha yang mulai geram mengepalkan tangannya ingin segera menampar gadis di depannya, namun sebuah tangan kokoh menahannya.

"Gausah main fisik!"
Farel mulai memandang penampilan Larisa.

"Kemana dasi Lo?"

"Lupa." Sikap tenang masih tinggal di gadis itu.

"Kenapa telat?" Farel masih bersabar menghadapi gadis pembangkang di depannya.

"Kesiangan, tanya Mulu elah situ wartawan?"
Beraninya Larisa berkata seperti itu sedangkan disini sudah jelas jelas dia yang selah.

"Ditanyain jawab yang sopan! udah telat atribut gak lengkap!" tandas Icha.

Sebelum adu mulut semakin panjang Farel mengajak Larisa ke ruang OSIS untuk memberikan sanksi yang pas dengan perbuatannya.

"Apa sih Lo main narik-narik orang."
Gadis ini tengah merenggut sesekali mencoba melepaskan genggaman Farel.

Catatan buku pelanggaran telah ada didepan matanya, tanpa ragu ia menuliskan nama lengkap dengan tanda tangan gadis itu, bahkan tulisannya sangat rapi seakan tidak ada keraguan atas tindakannya.

"Bersihin toilet sekarang!" putus Farel pada akhirnya.

"Eh Lo kira gue tukang OB disini, gue mau belajar bukan disuruh bersih- bersih."
Larisa masih dengan keras kepalanya menentang perintah Farel.

"Bersihin atau panggilan ortu."

"Gak adil boy, gue baru telat sekali, cuma 30 menit lagian telatnya, aah Lo mah gak bakat ngasih hukuman sok sok an ngasih hukuman."

"Tinggal pilih!" tanpa mengalihkan pandangannya pada Larisa.

"Okeh gue bakalan bersihin toilet, puas!!" teriak Larisa tepat didepan Farel.

"Yaudah sana bersihin!"

Langkah beratnya menuju toilet menimbulkan suara ketukan sepatu dengan tanah begitu keras. Diikuti cowok dingin dibelakangnya yang sejak tadi menatap tingkah gadis aneh didepannya.

"Nih bersihin!" ucap Farel sambil menyerahkan alat kebersihan berupa ember dan pel lantai.

Larisa menerimanya dengan ogah-ogahan.

"Ngapain Lo masih disini?" sungut Larisa saat mengetahui cowok dingin itu tak beranjak dari tempatnya, berdiri dengan tangan dimasukkan saku celana bersenderkan dinding dekat toilet.

"Mau awasin Lo biar gak kabur." Sedikit menatap Larisa lalu kembali fokus dengan ponselnya.

Niatnya ingin melarikan diri pupus sudah. Hembusan nafas kasar terdengar dari gadis yang mulai menyiram lantai dengan air dipenuhi banyak busa, entah berapa botol sabun yang dituangkan, kini bukan terlihat seperti ingin mengepel namun seperti memandikan lantai dengan busa.

"Lo mau ngepel lantai apa main busa?"
Farel yang sejak tadi diam kini mulai membuka suara tidak tahan dengan tingkah aneh Larisa.

"Gausah berisik terserah gue." Tangan gadis itu mulai sibuk menggesekkan kain dengan lantai bahkan sesekali menutup hidungnya menghindari bau tak sedap.

Entah sudah siraman air yang ke berapa namun busa di lantai tak kunjung hilang bahkan semakin banyak, lantai yang tadinya berwarna nila sekarang sudah tertutup menjadi putih.

"Nih busa bandel banget sih lebih bandel daripada gue." Celoteh Larisa tangannya bahkan sudah terasa keram.

Braak,,, akhh,,,

Suara ember terbentur lantai diikuti rintihan gadis yang kini terduduk dengan cara tidak manis membuat pinggang nya sakit.

Farel yang tadinya sibuk dengan game ditangannya kini beralih menatap kejadian didepannya senyuman tipis terukir diwajah dinginnya sangat tipis bahkan siapa saja tidak akan melihatnya.

"Bego jangan dilihatin doang, bantuin napa." Sesekali meringis meratapi kondisinya bahkan seragamnya kini telah basah tersiram ember yang tadi sempat dalam genggamannya, bau pel-pelan menganggu indra penciuman membuat siapa saja enggan berdekatan dengan Larisa.

Farel melepaskan jaket denimnya memakaikan pada Larisa, menggendong gadis itu ala bridal style yang sontak membuat perhatian murid SMA Nusa bangsa karena saat ini adalah jam istirahat membuat para murid berteriak heboh.

"Waah kejadian langka abadikan kuy!"

"Eh kak Farel akuuu, kenapa gendong cewek itu sih."

"Couple model gak sih?"

Larisa kini berusaha menyembunyikan muka nya pada dada bidang Farel, membuat sang empu geleng-geleng kepala.

***

Ditunggu komentarnya ya

Love you

Larisa and The Ice BoysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang