42. Tanpa Dia

1.4K 88 16
                                    

Pagi ini cuaca cukup cerah, bentangan langit biru berpadu indah dengan putihnya awan.

Pagi yang berbeda dari biasanya, warga SMA Nusa Bangsa digemparkan dengan kabar bahwa tim basketnya akan kembali bertanding di kota lain, para siswa maupun siswi tengah berada di depan kelasnya masing-masing, tak ingin melewatkan kepergian tim basket kebanggaan mereka.

Disisi lain seorang gadis tengah menatap sayu lelaki di depannya, seolah tak rela jika harus berpisah, tepatnya di taman belakang sekolah.

"Ris, yang lain udah nunggu." Ucap Farel ingin segera beranjak ke halaman depan.

"Bentar," tangan Larisa bergerak pelan menggenggam telapak tangan lelakinya, tangan yang terasa hangat, ia akan rindu dengan itu.

Farel tak tega melihat pandangan sayu gadisnya, ia menarik tubuh Larisa agar masuk ke dalam dekapannya, memeluknya erat.

"Cuma seminggu Ris, gak lebih." Ucap Farel kembali mengingatkan jika dirinya tak lama.

Larisa melepaskan pelukannya, menatap wajah dingin kekasihnya, jemarinya terangkat menyentuh pipi Farel, mengelusnya pelan, lantas berpindah ke hidung dan berakhir di bibir kekasihnya menyentuhnya lama.

"Kenapa?" tanya Farel mengerutkan dahinya.

"Pengen lihat kamu senyum." Larisa menurunkan tangannya.

Farel menghembuskan nafasnya pelan, permintaan yang sangat sederhana menurutnya.

Bola mata hitam Larisa menatap lekat-lekat wajah lelaki didepannya, jantungnya tengah berdegup cepat, berharap agar Farel mau menuruti permintaannya.

Perlahan namun pasti Farel mulai menarik sudut bibirnya lantas tersenyum tulus di depan gadisnya, garis wajah dinginnya seolah sirna terkalahkan dengan senyumannya.

Larisa meremas-remas jemarinya, senyuman itu terlihat begitu tulus dan mampu membuat hatinya meleleh, degup jantungnya semakin berpacu cepat, kekasihnya terlihat berkali-kali lipat semakin tampan saja.

"Udah?" tanya Farel yang kini sudah menormalkan kembali raut wajahnya.

Larisa mengangguk pelan.

"Aku ke depan ya?" tanya Farel sekali lagi.

Lagi-lagi gadis itu mematung di tempatnya dan hanya mampu menganggukkan kepalanya, apakah efek senyuman kekasihnya membuat tubuhnya menjadi susah bergerak seperti ini.

"Rel,," panggil gadis itu sebelum Farel menghilang dari pandangannya.

Farel berbalik, menaikkan sebelah alisnya.

"Semangat ya! jangan telat makan, sering-sering kasih kabar! Jangan deket-deket sama cewek lain di sana!"

Lagi-lagi Farel tersenyum hangat lantas menganggukkan kepalanya, tubuhnya kini kembali berbalik dan meneruskan langkahnya menuju halaman depan.

°°°
Mobil berwarna putih yang telah disiapkan pihak sekolah kini sudah bersiap berangkat mengantarkan tim basketnya menuju bandara, pak Bambang selaku pelatih basket SMA Nusa Bangsa ikut mengantarkan anak didiknya. Perlahan namun pasti mobil tersebut mulai menjauhi halaman sekolah.

Para murid yang tadinya berada di depan kelas untuk menyaksikan keberangkatan tim basket, kini mereka mulai memutuskan masuk ke dalam kelas, meskipun untuk hari ini dan satu Minggu ke depan mereka akan free, namun tetap saja mereka harus berada di dalam kelas, bahkan ke kantin saja hanya diperbolehkan saat jam istirahat.

"Jtaak,," sebuah buku tulis terlempar mengenai dahi Larisa, siapa lagi pelakunya jika bukan teman sebangkunya.

"Bengong mulu, gak liat kelas rame kayak pasar Lo diem aja kayak patung, kesambet gue gak ikut-ikut, denger-denger sih setan suka tipe kayak Lo gini!"

Larisa and The Ice BoysWhere stories live. Discover now