3. day two

3.9K 226 101
                                    

Seberat apapun harimu jalani, bukan hindari.

°°°

Hari ini adalah hari kedua Larisa mengikuti MOS, dia tidak begitu semangat mengikutinya, jujur saja ia masih kesal dengan kejadian kemarin.

Semua peserta MOS telah berkumpul di aula untuk mendengarkan pengarahan dari ketua OSIS.

"Sumpah itu kak Farel ganteng banget, tatapan matanya cool deh."

"Betah gue maah kalok punya Ketos kek gini."

"Eh kayak pernah liat kak Farel di majalah deh."

"Eh iya, gue juga kemaren beli majalah fashion terbitan baru gitu terus mirip banget deh sama kak Farel."

"Sejak kapan ya kak Farel jadi model?"

Suara kaum hawa yang sudah tergila-gila oleh Farel.
Dan benar saja Farel memang model fashion remaja namun dia tak sepopuler Larisa karena ia baru saja terjun di dunia tersebut dalam artian Farel dipaksa bundanya untuk menjadi model di butik yang sudah sangat populer.

°°°
Cuaca sore ini tidak begitu cerah, langit mulai berwarna gelap, mungkin hujan ingin segera turun untuk menyapa bumi, membasahi tanah yang sudah mulai mengering.

Larisa seketika menyesal kenapa tidak membawa mobil sendiri, dia tadi lebih memilih berangkat bersama papanya. Dan sekarang dia tidak bisa menghubungi pria tersebut lantaran ponsel yang sejak tadi di genggamnya sudah tak bernyawa.

Keadaan sekolah sudah mulai sepi mungkin hanya anggota OSIS saja yang masih disekolah untuk rapat persiapan penutupan kegiatan MOS besok.

Mobil Lamborghini telah melaju keluar gerbang SMA Nusa bangsa tentu saja Farel melihat Larissa yang sedang menunggu bis di halte depan sekolah dengan tampang muramya.

"Ikut?" tawar Farel.

"Nggak."

Tepat setelah Larisa menolak ajakan Farel, langsung saja dia menjalankan mobilnya.

"Iiih tuh cowok nyebelin banget sih gak tau yaaa perasaan cewek lagi jual mahal, harusnya maksa dikit gitu nyesel gak langsung ikut." gerutu Larisa karena reaksi Farel yang pergi tanpa memaksanya.

Rintik hujan telah turun menyapa bumi, entah berapa kali mereka jatuh ke tanah tetap saja rintikan itu tetap ingin jatuh dan jatuh.

°°°

"Hari ini adalah hari kalian terakhir mengikuti acara MOS, dan tugas kalian sebelum penutupan MOS adalah mendapatkan tanda tangan kakak OSIS sebanyak banyaknya." Terang Farel.

Semua murid sudah berhambur untuk mencari kakak-kakak OSIS kebanyakan mereka lebih memilih meminta tanda tangan sang ketua OSIS, meskipun harus mendapat tantangan, mereka rela asal mereka bisa dekat dengan sang Ketos yang dingin namun tampan.

"Monyet Lo gak pengen minta tanda tangan kak Farel?" tanya Clara sesekali membenarkan tatanan rambut pada layar iPhone nya.

"Ogah banget Ra ngapain gk penting banget." Tatapan gadis ini tetap kosong bingung apa yang akan dikerjakannya saat ini.

"Yaudah terserah Lo deh Ris, gue mau samperin kak Farel dulu deh lumayan dapat tanda tangan model cogan, kapan lagi cobak."

Larisa tengah mencari kakak OSIS lainnya, dan dia sangat menghindari dengan sang waketos Icha.
Namun kini sosok cewek yang dihindari sedang berjalan berlawanan arah dengan dirinya.

Bahu itu seakan dengan sengaja terulur kedepan menyambut lawannya.

"Aakkh Lo sengaja ya nabrak gue!" sungut Larisa karena dirinya terjatuh akibat dorongan Icha.

Icha tersenyum sinis mendapati lawannya telah jatuh tersungkur ke tanah.

"Kalau iya kenapa?"

"Gue punya salah apa sih sama Lo?"

Larisa bangkit, membersihkan seragamnya yang sedikit kotor.

"Lo tanya salah apa? Salah Lo itu banyak dan asal Lo tau jangan pernah deketin Farel!!"

Gadis itu bingung sedikit berfikir dengan ucapan terakhir lawannya.

"Eeh kapan sih gue deketin Farel?"

"Lo itu bener bener bodoh ya!! gue kemarin lihat Farel nawarin pulang bareng ke elo."

Kini Icha tak perduli dengan jabatan waketos nya yang mungkin akan tercoreng, ia masih tetap ingin berdiri angkuh, memancing emosi Larisa.

"Terserah apa kata Lo."

Larisa segera pergi meninggalkan Icha, namun baru selangkah rambutnya sudah ditarik kasar oleh Icha membuat dia merintih kesakitan

"Akhhh sakit bego lepasin!!"

Tanganya berusaha melepaskan tarikan Icha, namun tenaganya tak sebanding, sehingga membuatnya geram dan ikut menarik Surai hitam lawannya.

Sontak kedua remaja itu menjadi tontonan murid SMA Nusa bangsa.

Tak jarang juga mereka meneriaki nama Icha dan Larisa layaknya sedang melihat adu tinju di dalam ring dan mendukung salah satunya.

Tentu saja suara bising tersebut menarik perhatian Farel, sebelumnya pria itu tak berniat ikut campur jika hanya adu mulut, namun apa yang mereka lakukan adu fisik didepan murid Nusa bangsa.

"Apa yang kalian lakukan?"

Icha yang sudah bisa menebak pemilik suara itu segera melepaskan tangannya dari rambut Icha, dengan tampang seperti teraniaya nya mencoba memperburuk penampilannya, tangan yang sengaja bergelayut manja di lengan Farel membuat siapa saja ingin mual melihat aksinya.

"Itu tuh Rel, Larisa narik rambut gue, gue gak terima dong gue tarik balik dia."

Larisa membulatkan matanya, mencoba mengkoreksi perkataan Icha yang sudah jelas-jelas diluar fakta.

"Eeh gak usah fitnah deh Lo bukannya Lo duluan yang narik rambut gue, jangan percaya sama omongan nenek lampir kayak dia!"

Farel menghembuskan nafas dengan kasar, entah siapa yang benar, melirik penampilan kedua remaja itu.

"Larisa, Lo itu dari hari pertama sampai hari terakhir MOS bikin ulah Mulu, bisa sopan santun dikit gak sama kakak kelas!" ucap Farel penuh penekanan pada akhirnya.

"Eeh gue gak bakal bikin ulah sama dia kalau dia gak memulai, emang dia duluan tadi yang mulai!!" bentak Larisa dia tak terima, bahkan matanya kini mulai berkaca-kaca di depan semua siswa seakan dirinya lah yang bersalah.

"Sekarang Lo minta maaf sama Icha!"

"Gak bakal selagi gue gak salah sama dia gue gak bakal minta maaf sama dia." Tangan nya menunjuk tepat di wajah Icha.

Larisa segera berlari meninggalkan mereka, persetan dengan penutupan MOS dirinya telah terlanjur kesal terutama dengan Farel yang lebih mempercayai Icha yang sudah jelas- jelas dia yang salah.

***

Tinggalkan jejak 👣
Ditunggu komentarnya❤️

Larisa and The Ice BoysWhere stories live. Discover now