11. insiden

3K 129 23
                                    

Jika suatu saat nanti aku sudah lupa denganmu aku harap kamu tidak datang untuk merubah keputusanku

°°°
Mungkin sebagian orang suka dengan hari Minggu, hari dimana orang bisa berhenti mengerjakan aktivitasnya.

Namun tidak untuk model muda seperti Larisa, hari Minggu adalah hari dimana dirinya harus menekuni hobi sukses itu, seperti saat ini gadis itu tengah sibuk mempersiapkan diri untuk pemotretan 15 menit lagi, Padahal sang Surya baru saja memunculkan Sinar terangnya.

Kali ini dia diminta agar mengenakan kaus putih polos lengan pendek yang hanya mampu menutupi tiga perempat perutnya, celana Levis dengan panjang 10 cm dari atas lututnya yang sangat pas dengan kaki jenjangnya, jaket diikatkan pada pinggang ramping itu menambah kesan manis Larisa.

Walaupun terlihat seperti setelan pada umumnya namun bisa dipastikan harga kaus hingga jaket yang di pakai Larisa mampu menguras isi dompet pembelinya. Ditambah sepatu sneaker putih yang sangat bermerek.

Larisa melakukan berbagai pose dalam pemotretan.
Tak lama pintu kaca itu terbuka berbagai sambutan terdengar ramah kepada seseorang yang baru saja masuk, namun suara riuh itu tak mengalihkan fokus Larisa pada pemotretannya.

Lelaki itu duduk diatas sofa, menatap tajam kearah Larisa, entah mengapa melihat perut gadis itu menjadi tontonan para kru membuatnya marah, mata coklatnya mencoba mencari pemandangan lain agar amarahnya sedikit teredam.

Larisa baru saja menyelesaikan pemotretannya.

"Farel, ganti bajunya." Panggil salah satu kru membuat Larisa mengedarkan pandangannya mencoba mencari seseorang yang namanya tak asing bagi pendegarannya.

"Ganti baju Lo!" ucap Farel, tepat disamping Larisa.

Larisa hanya diam, memandang Farel yang kini sudah berlalu dari hadapannya.

Sesi pemotretan berlanjut dengan model pria tampan yaitu Farel.

Larisa beranjak dari tempatnya, ingin segera pulang memanfaatkan hari minggunya dengan baik, tidak mengambil pusing mengapa Farel disini, namun sang manager memanggilnya, membuat langkahnya terhenti.

"Eh Ris, tunggu dulu tinggal satu gaun lagi." Ucap manager Larisa.

Helaan nafas kasar terdengar, gadis itu sedikit menggerutu kesal, namun mau tak mau langkah beratnya tetap berjalan menuju ruang ganti.

Farel yang baru selesai menyelesaikan pemotretannya kini duduk bersandar di sofa meneguk air yang begitu segar masuk tenggorokan,  ujung matanya tak lepas dari Larisa, bahkan dengan sengaja Farel memotret Larisa dengan ponselnya.

30 menit telah berlalu, Larisa sudah benar-benar selesai dengan pemotretan nya.

Padahal dia berpikir diakhir pemotretan akan berpasangan dengan Farel namun ternyata tidak, entah mengapa kenyataan itu sedikit membuatnya kecewa.

Kedua remaja itu berjalan menuju parkiran tanpa ada tegur sapa, suara derum mobil saling bersahutan dan mulai membelah jalanan dengan posisi mobil Larisa lebih dulu diikuti Farel.

Kini mereka telah memasuki area kompleks, memang rumah mereka berada satu kompleks hanya beda blok saja tetapi bisa dibilang jarak rumah keduanya tidaklah dekat.

Farel mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, namun seorang anak kecil menggenggam boneka beruang itu menyebrang dengan sembarangan tanpa melihat mobil Larisa yang tengah melaju, sepelan apapun mobil Larisa melaju tetap saja tidak bisa menghindari anak itu, lantaran jaraknya sudah sangat dekat, dan membuat tabrakan terjadi.

Jtaak....
Suara benturan kepala Larisa dengan stir mobil membuat jidat putihnya kini memar dan sedikit mengeluarkan darah, dengan ragu ia mengangkat kepalanya melihat kondisi gadis kecil yang ditabraknya, tangannya gemetar takut jika terjadi sesuatu dengan gadis kecil itu, dengan ketakutannya Larisa membuka pelan pintu mobil, tubuhnya melemah melihat gadis kecil yang kini kakinya berdarah sedang dalam pelukan Farel.

Hiks,,,hiks
"sakit kakiku kak," suara gadis kecil itu, suara isakan mulai terdengar semakin keras.

"Maafin kakak ya dek, kakak gak sengaja beneran." Ucap Larisa lembut dengan mata yang mulai berkaca-kaca merasa bersalah dengan tindakannya, mengelus Surai hitam gadis kecil itu.

"Ayo kakak antar ke rumah sakit." Larisa sudah bersiap membawa gadis kecil itu kedalam mobilnya.

Namun langkah mereka ter-urungkan saat wanita paruh baya menghampiri ketiganya.

"Mama, kakiku sakit." Ucapnya sambil terisak, gadis kecil itu berpindah ke pelukan mamanya.

"Kamu bisa nyetir gak sih! kalok gak bisa nyetir gak usah sok-sok an bodoh! mau saya laporin ke kantor polisi?" kata wanita paruh baya itu, sorotan matanya horor menatap Larisa, yang ditatap hanya menunduk kalut dengan situasi yang terjadi, membuat Farel angkat bicara padahal sudah jelas-jelas bukan salah Larisa.

"Maaf sebelumnya Bu, bukan sepenuhnya salah temen saya, melainkan anak ibu yang bermain di tengah jalan, Ibu sendiri kemana anaknya gak dijagain, saya saksi disini kalau Ibu laporkan ke polisi silahkan." Kata Farel dengan tenang kali ini sorot matanya sedikit menahan amarah lantaran kesal dengan wanita paruh baya itu.

"Eh eh siapa yang bilang bakal laporin dia ke polisi sih den, bukannya kamu model yang tampan itu yaa, namanya Farel kalau gak salah." Ucap wanita itu dengan terkagum tidak dipedulikan anaknya terus terisak menahan sakit dalam dekapannya.

Dalam hati Larisa sekarang kesal, apa wanita itu tidak sadar kalau dirinya juga model, apa memar diwajahnya membuat penampilannya berbeda, dan apa yang wanita itu katakan tidak melaporkannya pada polisi? padahal baru beberapa menit wanita itu berucap akan melaporkannya, oke kali ini Larisa harus berterima kasih pada Farel.

Farel hanya diam enggan menjawab pertanyaan wanita paruh baya itu.

"Yasudah kalau gitu saya permisi dulu." Pamit wanita itu merasa malu bersama anaknya.

Kepergian dua wanita itu membuat Larisa sadar akan kondisi dirinya, langkah pelan menuju mobil yang kini masih terpapar ditengah jalan, diikuti Farel dibelakangnya, menyuruh Larisa agar duduk di kursi samping pengemudi, kali ini gadis itu tak memberontak kepalanya berdenyut akibat benturan keras dengan stir mobil.

Farel menepikan mobil Larisa lantas menyuruh gadis itu tetap diam di mobil.

Langkah gusarnya mencari keberadaan toko terdekat, membeli es batu beserta kapas, entah mengapa dirinya takut terjadi sesuatu akan gadis itu.

Larisa terlelap, hingga tak sadar jika Farel telah berada disampingnya, menempelkan bongkahan es pada memar Larisa membuat sang empu terbangun karena sensasi dingin yang mendadak timbul.

Namun gadis itu kembali memejamkan matanya, tak ingin menatap lebih dalam mata coklat teduh itu.

"Gue bisa pulang sendiri." Ucap Larisa yang menyadari Farel akan menyalakan mobilnya, setelah mengompres memar di mukanya.

Farel memandang Larisa sebentar, ingin memastikan bahwa dia memang baik-baik saja.

"Yaudah." Lantas lelaki itu langsung membuka kenop mobil dan keluar menuju mobilnya.

Bagaimana bisa ada sosok seperti itu, dengan teganya meninggalkan dia sendiri, sekarang Larisa tau Farel bukan seperti cowok lainnya yang akan memaksa untuk mengantarkan pulang.

***

Pasti ditunggu dong komentar dan vote nya

Larisa and The Ice BoysWhere stories live. Discover now