SEPULUH

32 6 0
                                    

Hayyyy aku kembali...
Selamat membaca
Semoga jumat mu berkah
Salam temu dari ku







Keesokan harinya Mella sudah direcoki sang Mama. Mulai dari ia harus sholat subuh terkantuk kantuk. Baru saja mau menikmati alam tidurnya usai shalat Subuh suara Aisyah sudah kembali menggema. Ia menyuruh sang putri untuk membantunya membuat nasi goreng.

Dan berakhirlah sekarang Mella di dapur Umi Daniya. Bersama Umi Daniya Mella membantu menyiapkan sarapan untuk semua penghuni rumah. Beh berasa udah jadi Mantu pikir Mella. Pasalnya Aisyah membuat nasi goreng lebih banyak dari biasanya ternyata memang untuk diberikan tetangga. Ucapan trimakasi kata Aisyah.

Usai semua makanan tersusun, kyai Irsyad Farraz dan Fatih keluar dari kamar masing-masing. Kyai Irsyad duduk di ujung Meja dengan Umi daniya disampingnya disusul Mella yang juga duduk di samping Umi Daniya. Kemudian Farraz duduk dihadapan Mella dan Fatih duduk dihadapan sang Umi.

"Niat banget buk cari gratisan. Sampek jam segini udah nongol di rumah orang." Tegur Farraz saat netranya menangkap rambut hitam legam milik Mella yang diikat seperti biasanya.

"Farraz!" Tegur Umi daniya.

"Hehehe canda mi..abisnya tumbenan banget ni anak jam segini udah disini mau numpang sarapan sekalian?"

"Malah nasi goreng ini dari mamanya Mella lo..kamu itu kalau ngomong asal terus..."

Mella menatap Farraz dengan senyum smirk miliknya.

"Namanya juga nyogok Mi." Jawab Farraz lagi.

Mendengar jawaban Farraz yang kurang ajar tanpa pikir panjang Mella menginjak kaki yang ada didepannya.

"Farraz!"
"Assh...!!!!"

Suara Kyai Irsyad bertepatan dengan ringisan dari seseorang yang duduk di depan Umi Daniya. Mella membelalakkan matanya. Kaki yang ia injak ternyata bukan milik Fatih tapi milik si muka tembok.

"Kenapa bang?" Tanya Farraz pura pura tidak tahu padahal ia sedang mencoba untuk menahan tawa melihat Mella yang ikutan meringis karena injakannya salah sasaran.

"Tidak." Jawab Fatih tetapi matanya menyorot tajam ke arah Mella. Mella yang di tatap seperti itu hanya menundukkan kepalanya tidak berani menatap Fatih.

Setelahnya satu keluarga ditambah orang asing Mella mereka sarapan dengan khidmat. Hanya ada denting sendok yang beradu dengan piring. Tak ada satupun yang mengeluarkan suara. Mella pun yang biasanya harus adu mulut ketika sarapan bersama Mamanya juga ikut diam. Entah kenapa baginya sarapan sembari adu mulut dengan mamanya lebih menyenangkan dari pada harus diam seperi ini. Fiks Mella tipe orang yang tidak bisa diam ketika makan.

Selesai sarapan Mella membantu Umi Daniya mencuci piring yang mereka gunakan untuk makan tadi. Sebenarnya umi Daniya sudah melarang gadis itu tapi kalau tidak keras kepala bukan Mella namanya. Jadi Umi Daniya memilih mengalah dan membersihkan meja makan.

Usai keluar dari Dapur Mella hanya mendapati Kyai Irsyad dan Fatih yang duduk di ruang tamu sepertinya dua laki laki berbeda generasi itu sedang menunggunya. Mella bergegas mengambil tasnya merapikan sedikit poni dirambutnya dan berjalan ke ruang tamu.

"Sudah Ning?"

"Sudah om Kyai.."

Kyai Irsyad menganggukkan kepalanya. Lalu berjalan ke luar rumah diikuti Fatih dan Mella. Mella melirik Fatih sebentar. Tapi aura intimidasi dan permusuhan begitu kentara di wajah laki laki itu.

Ingin rasanya Mella melebarkan bibir yang datar itu agar terbentuk senyuman. Diperjalanan Mella tak sengaja melihat kaca yang ada di dalam mobil. Di kaca itu menampilak Fatih yang serius menyetir mobil tanpa ada seutas senyum yang terpatri dibibir laki laki itu.

P A M E L L A (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang