LIMA BELAS

30 4 0
                                    

Selamat membaca

pamella mencibik kesal mendengar ocehan yang keluar dari mulut laki laki lemes disampingnya ini. Ia jadi heran bagaimana bisa Farraz yang super tengil bisa menjadi farraz yang super alim ketika di rumah.

"Psuttt..pssuttt.." oliv yang duduk dibelakang Mella menebuk bahu Mella pelan.

"Apa? Ikan pesut? Kagak bawa gue"

" Bukan anjir. Oppa gue ngomong apa ke elo sampek bisik bisik segala." Tanya Oliv kepo.

"Gak denger gue maklum kakeklo ngomong nya udah cadel." Jawab Mella.

Anggi tertawa pelan mendengar jawaban Mella. Sedangkan Oliv memonyongkan bibirnya tidak puas dengan jawaban yang ia dapatkan.

Sudah satu jam empat puluh lima menit kelas mereka di isi keheningan sebab pak Santoso salah satu guru tergalak disekolah sedang menerangkan rumus garis singgung lingkaran.

Mella bahkan sudah mual matanya berair hingga medadak pusing kepala melihat pak Santoso yang tidak berhenti membuat coretan di papan tulis. Mella mengamati teman temannya ternyata sama saja semua teman temannya sudah telee mendengar ocehan pak santoso ia melihat ke arah Farraz yang tengah tertidur dengan tangan yang dijadikan bantal. Mella mengalihkan tatapanya pada dua sahabatnya sedang asik bergosip ria. Mella menggeleng pelan hingga akhirnya netranya menangkap seorang laki laki paling culun sekaligus paling pintar dikelasnya tengah memperhatikan penjelasan dari pak Santoso.

"Gila,,tu orang gak mampus apa otaknya.." gumam Mella sembari memperhatikan Doni si culun. Setelah puas memperhatikan keadaan sekitar Mella merebahkan kepalanya diatas meja percuma ia dengarkan hingga bel istirahatpun semua rumus tak akan masuk dikepalanya. Jadi lebih baik ia manfaatkan waktu yang ada dengan tidur.

###====###====###====###====

Hari ini Fatih hanya melihat lihat kantor abinya saja lalu kembali ke ruangan CEO, ruangan yang akan ia tempati mulai besok. Setelah mengecek beberapa berkas yang ada, Fatih di kenalkan pada rekan bisnis abinya.

Meskipun sejak pagi ia sudah berkutat dengan berkas, keliling perusahaan, hingga berkenalan dengan rekan bisnis abinya pesona Fatih tak pernah luntur. Laki laki berusia 27 tahun itu semakin tampan dengan stelan jas berwarna abu abu yang dipadukan kemeja hitam di dalamnya. Tak sedikit pula rekan bisnis Kyai Irsyad yang menawarkan Fatih untuk menjadi calon menantu mereka. Fatih hanya tersenyum untuk menanggapi hal itu dan juga sebagai tanda menghargai, sebab dihatinya sendiri sejak beberapa hari yang lalu diam diam sudah ada nama yang menyelinap. Ada nama yang diam diam mulai ia utarakan pada Tuhannya.

Setelah bertemu dengan rekan bisnis abinya diluar kantor. Fatih menghentikan mobilnya di sebuah perpustakaan daerah yang dekat dengan masjid agung. Melirik jam tangan rolex yang melingkar ditangan kirinya masih menujukkan jika waktu asyar masih satu jam lagi. Fatih melangkahkan kaki jenjangnya ke bangunan besar disamping masjid agung.

Fatih mengamati rak berjejer yang dipenuhi buku buku, iat terus melangkahkan kakinya hingga di rak yang bertuliskan ensiklopedia islam, saat tengah memilih buku yang akan dibaca matanya tak sengaja melihat dua orang gadis tengah berdebat ringan membahas sesuatu Fatih terus memperhatikan salah seorang dari dua gadis itu tanpa sadar bibirnya ikut membentuk lengkungan melihat gadis itu tertawa kecil. Tawanya membuat kaki fatih berjalan menuju gadis itu.

"Ehem.." fatih berdeham untuk mengalihkan perhatian gadis itu.

"Loh ka fatih? Disini?" Tanya Tsabita. Ya gadis yang sejak tadi diperhatikan Fatih adalah Tsabita. Gadis yang dalam sejenak mampu mengalihkan semua fokusnya. Sebenarnya tsabita tadi hampir tidak mengenali putra Kyai Irsyad sebab pakaian yang dikenakan sangat berbeda dengan koko yang dikenakan Fatih ketika mengajar dimasjid kompleks.

P A M E L L A (END)Where stories live. Discover now