EMPAT BELAS

28 5 0
                                    

"Ayo..!"  Ajak Fatih pada pamella. Laki laki itu bahkan sama sekali tidak menoleh ke arahnya.

Pamella pasrah ia berjalan dibelakang Fatih. Mengumpatpun rasanya percuma. Entah kenapa perlakuan Fatih dan Farraz kepadanya sangat berbeda jika dibandingkan dengan perlakuan keduanya terhadap Tsabita.

Semua semakin terlihat jelas sejak malam ini. Bukannya apa masa iya hanya karena Tsabita lemah lembut sedangkan ia terkesan urakan dan bar bar membuat dua laki laki itu berbeda.

Iseng iseng cari perkara entah kenapa mulut Mella tiba tiba gatal untuk mengeluarkan suaranya.

"Lucu ya,,perempuan yang terlihat sholehah pasti diperlakukan sebaik mungkin dan sesempurna mungkin. Beda lagi kalau sama perempuan yang terlihat nakal. Bahkan laki-laki terkesan seenaknya dan nggak peduli." Ucap Pamella

"Bagaiamana laki laki bisa menghargai perempuan yang seperti itu sementara sang perempuan sendiri tidak menghargai dirinya." Jawab Fatih acuh. Sebenarnya laki laki itu sadar jika Mella baru saja menyindir perbuatannya beberapa menit yang lalu.

"Hahaha..bersikap kok mandang fisik, katanya ustad tapi mau bersikap menghargai saja masih milih milih.." jawab Mella sembari tertawa garing.

Membuat Fatih menatap ke arah gadis itu dengan tatapan tajam tapi sulit untuk di artikan.

"Apa?!"

"Sudah sampek."

"Ooh.." jawab Mella seadanya kemudian pergi meninggalkan Fatih begitu saja tanpa salam.

"Ck, bagaimana mau di hargai sedangkan kamu tidak menghargai orang lain sama sekali." Gumam Fatih pelan. Lalu meninggalkan pelataran rumah Pamella.

Tanpa Fatih tahu setelah pamella menutup pintu rumahnya gadis itu tidak langsung menuju ke kamarnya. Ia memilih berdiri didekat jendela menyibak tirainya dan memandangi laki laki yang membuatnya naik darah sejak tadi.

"Liatin apa?" Tanya Aisyah sembari menepuk bahu putrinya.

"Orang sombong ma." Jawab Mella

"Mana?? Mama mau lihat."

Mella minggir dan memberi celah pada mamanya untuk melihat siapa orang yang dimaksud putrinya. Aisyah celingukan sendiri sebab tidak ada seorang pun di sana.

"Mana mel? Mella??mana mam-" ucapan Aisyah terhenti karena melihat putrinya yang sudah berjalan menuju kamar.

"Makan dulu!!nanti maghnya kambuh." Teriak Aisyah mengingatkan putrinya untuk makan malam sebab jika tidak sudah bisa dipastikan tengah malam nanti akan ada kehebohan di rumahnya jika sang putri tidak makan.

"Hem.." jawab Mella ogah ogahan ia masuj ke kamarnya merebahkan tubuhnya yang lelah.

= = = = = = = # = = = # = = = = =# = =

Keesokan harinya pamella berangkat ke sekolah sendiri sebab Blacky nya sudah sembuh dan keluar dari bengkel. Mella keluar dari kamarnya hari ini rambutnya ia gerai hingga leher jenjangnya tertutup. Ia juga memasangkan bando berbentuk pita dikepalanya sehingga menjadikan dirinya semakin anggun jika mulut bar-barnya terdiam.

"Papa!! Tumben bisa sarapan..biasanya udah ke kantor." Ucap Mella menghampiri papanya yang sedang duduk di meja makan dengan koran yang Ridwan baca.

"Hem..hari ini longgar jadi bisa sarapan sama kamu dan mama.." jawab Ridwan sembari melipat koran yang ia baca tadi. Ridwan menatap istrinya yang sedang menyiapkan sarapan untuk mereka bertiga. Ia tersenyum samar perempuan yang dulunya tomboy dan menolaknya berkali kali akhirnya luluh juga.

"Kalo kangen ngomong! Jangan diem aja dong pa!" Gereget Mella yang sejak tadi melihat papanya senyum senyum sendiri ketika melihat Aisyah.

"Udah, tadi malam udah puas gak cuma bilang kangen doang." Jawab Ridwan santai sembari menatap sang istri yang terlihat malu malu.

P A M E L L A (END)Where stories live. Discover now