DUA PULUH LIMA.

3 0 0
                                    

HAPPY READING!!!!!

Setelah menghabiskan nasi goreng milik Mella Fatih memesan taksi online untuk mereka pulang.

Limabelas menit menunggu akhirnya taksi yang dipesan Fatih datang juga. Mella masuk ke kursi penumpang sedangkan Fatih duduk disamping kemudi.

"Sesuai aplikasi ya pak.." ucap Fatih pada supir taksi.

"Siap mas.."

Setelahnya mobil melaju dalam keheningan hingga menuju komplek perumahan mereka. Beberapa kali Fatih memoleh kebelakang untuk memastikan gadis labil yang tengah memejamkan matanya itu baik baik saja.

Beberapa kali Fatih mendengar ringisan yang keluar dari mulut Mella, namun mata gadis itu masih saja terpejam.

"Sakitnya gak berkurang ya?" Tanya Fatih pada akhirnya. Mella hanya menjawab dengan gelengan.

"Adiknya kenapa mas?" Tanya sopir taksi itu.

Mata Mella yang tadinya terpejam rapat spontan terbuka mendengar pertanyaan dari sopir taksi yang bilang jika ia adik Fatih.

"Njir!!emang gue mungil banget ya sampek dikatain adiknya pak Ustad..". Dewi batin Mella berkomentar.

"Perutnya nyeri pak..bisa lebih cepat sedikit." Jawab Fatih sopan.

Sopir taksi mengangguk kan kepalanya kemudian menambah kecepatan mobil yang dia kendarai. Dua puluh menit berlalu kini Fatih dan Mella sudah tiba dirumah Mella.

Mella menatap Fatih ketika laki laki itu ikut turun bersamanya.

"Ngapain?" Tanya Mella.

Fatih diam tidak menanggapi pertanyaan Mella, ia melewati gadis itu begitu saja dan mengetuk pintu rumah Mella.

"Kumat Batunya!!" Mella ikut menyusul Fatih yang tengah mengetuk pintu rumahnya.

Tookkk..tokkk...tokk..

"Loh Nak-" ucapan Aisyah terhenti ketika melihat wajah pucat putrinya. "Ehhh ini Mella kenapa ini???" Tanya Aisyah panik.

"Mens ma.." ucap Mella pelan kemudian berlalu meninggalkan Fatih dan Aisyah.

"Ya Allah!!berarti tadi Mella merepotkan banget ya nak Fatih??" Ucap Aisyah menunjukkan raut tidak enaknya pada Fatih.

"Mella tuh kalau hari pertama mens manjanyaaaa masyaallah banget!!nakalnya aja sampek ketutup sama manjanya..." jelas Aisyah membuat Fatih mengerti kenapa gadis itu sejak tadi merengek saat bersamanya.

"Ya udah mampir dulu yukk.."

"Eh gak usah tan...Fatih langsung pamit aja. Oh iya ini obat nya Mella.." ucap Fatih sambil menyerahkan obat dan nasi goreng yang ia bungkus tadi pada Aisyah.

"Makasii loh, Mella nya udah diantar ke rumah dibelikan obat segala.."

"Sama sama tante..Fatih pamit dulu..assalamualaikum.." pamit Fatih.

"Waalaikumussalam"

Sesampainya di rumah, Fatih langsung membersihkan dirinya dan menunaikan sholat isya. Selesai dengan ibadahnya, Fatih membuka laptop untuk menyelesaikan pekerjaan yang ia tunda sebab fiting baju pengantin tadi siang.

Mengenai fiting baju tadi siang tiba tiba fokus Fatih jadi berubah apalagi mengingat sosok gadis yang akan menjadi pagar ayu pernikahannya tadi.

Cantik, pujian yang ia ucapkan tadi memang untuk sosok gadis itu, gadis lemah lembut yang cerdas dan mampu membuat Fatih terpesona akan semua hal yang ada pada diri gadis itu. Fatih tidak munafik, kalau boleh ia berkata jujur tadinya Fatih ingin menjadikan Tsabita sebagai istrinya. Tapi sayang nasi telah menjadi bubur semua terjadi begitu cepat. Ingin sekali Fatih menghapus bayangan gadis itu dari fikirannya tapi tetap saja tidak bisa.

"Umi boleh masuk?" Tanya Dania yang membuka sedikit pintu kamar putra sulungnya. Membuat lamunan Fatih juga ikut buyar.

"Umi..boleh mi.." jawab fatih

"Tadi kemana? Kok pulangnya gak bareng sama Mesya sama Farras?"

"Nemenin Mella nyari obat mi."

"Tumben. Biasanya kan kamu acuh sama Mella."

"Farras cerita ke umi?" Tanya Fatih.

"Farraz cuma bilang kalau kalian berdua perlu bicara. Umi cuma mau pesen ke kamu mas,,umi tahu ada perempuan laib yang diam diam kamu kagumi." Jelas Dania membuat Fatih terkejut, namun ia berusaha sebaik mungkin untuk bersika biasa saj.

"Umi-"

"Mas,,umi ini uminya mas Fatih,,umi tahu apa yang putra umi rasakan,, termasuk kamu memuji perempuan lain dihadapan calon istri mu sendiri."

"Maafin Fatih mi.." ucap Fatih sembari menggenggam kedua tangan Dania

"Jangan ke umi minta maafnya,,tapi ke Mella, calon istri kamu. Umi cuma mau bilang segera hapus perasaan kagum kamu ke perempuan itu dan belajar lah mencintai calon istrimu atas segala kekurangannya." Ucap Dania panjang lebar yang diakhiri dengan menepuk pipi Fatih pelan.

"Jujur,,Fatih ragu dengan pernikahan ini mi, Fatih takut jika nantinya Fatih tidak bisa membimbing istri Fatih mi apalagi.."

"Suttttt,,,ragu menjelang pernikahan itu wajar mas,,tapi mas harus optimis untuk bisa membimbing istri mas. Dan jangan biarkan perasaan itu tumbuh dihati kamu, sebab cinta yang kamu miliki hanya oantas untuk istrimu"

"Mella itu gadis yang baik..umi melihat kebaikan dalam diri gadis periang itu." Ucap Dania menerawang kedepan.

"Dulunya umi ingin sekali memiliki seorang putri yang menjadi adik kalian tapi hingga sekarang Allah belum menghadirkan putri kecil untuk umi dan abi, sampai saat itu datang gadis manis yang berusia lima tahun, meskipun usianya baru lima tahun tapi Mella kecil sangat pemberani dia selalu merecoki adekmu hingga menangis..makanya sampek sekarang Farraz selalu kesal dengan Mella. Tapi dimata abi dan umi Mella itu menggemaskan hingga rasa sayang umi dan abi kepadanya tumbuh secara alami. Setiap ngambek sama orangtuanya pasti lariny ke sini,,terus mengadu hal hal kecil yang membuatnya jengkel."

"Umi dan abi sayang dengan gadis bar bar itu?"

Dania terkekeh sebentar ketika Fatih menjuluki Mella gadis bar bar dan itu memang benar adanya.

"Bar barnya Mella tuh bikin umi sama abi terhibur mas,,kalau kamu kan kaku adikmu juga gitu..tapi lebih kaku kamu sih..udah ah umi ngantuk mau tidur,,pesan umi jangan sakiti Mella ketika ia menjadi istrimu kelak."

Fatih tersenyum mendengar nasehat uminya. Setelah kepergian Dania Fatih memilih untuk menyelesaikan beberapa pekerjaannya sebab mulai besok selama satu minggu ke depan Fatih mengambil cuti pernikahannya.

Dua jam berkutat dengan laptop dan berkas kantor akhirnya pekerjaan Fatih selesai juga. Tapi entah kenapa ia belum mengantuk justru malah memikirkan Mella yang tiba tiba melintas dipikirannya.

Gadis yang ia temui karena brownis yang ia tabrak, gadis yang tidak memiliki sedikitpun hal yang membuatnya terpikat bahkan selalu membuatnya jengkel. Entah itu dari pakaian yang dikenakan, cara bicara serta umpatan yang selalu keluar dari mulut gadis itu membuatnya tidak peduli sama sekali. Tapi entah kenapa sewaktu Mella merasakan nyeri haid diperutnya membuat Fatih sedikit khawatir pada perempuan itu. Wajah yang biasanya tengil dan selalu melunjak berganti tatapan yang menggemaskan dan tingkahnya yang manja justru membuat Fatih merasa Mella itu tidak nakal sama sekali. Tapi tetap saja kata tidak nakal hanya terjadi pad saat gadis itu kesakitan seperti tadi.

LANJUTTTT?????

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 22 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

P A M E L L A (END)Where stories live. Discover now