4

16.1K 5.1K 2.9K
                                    

Tiga jam Sunwoo sibuk bergelut dengan pikirannya. Perkataan Renjun tadi siang membuat tanda tanya besar di kepalanya. Jeno dan Haechan sekubu dengan pembunuh? Korbannya teman Renjun? Teman Renjun yang dimaksud si Bomin atau ada yang lain? Itu yang membuat dia bingung, apa iya salah satu temannya pernah membunuh seseorang di masa lalu?

Masa iya Jisung? Jihoon benci banget tuh sama dia, entah karena masalah Bomin atau hal lain. Pokoknya mereka berdua kalau disatukan pasti berkelahi atau main sindir-sindiran.

Yang memberi tahu kalau Bomin kecelakaan mereka berdua. Sunwoo tidak tahu siapa yang benar, tapi penjelasan Jihoon sangatlah meyakinkan. Bomin sangat hati-hati saat menyetir. Berarti kecelakaan Bomin bukan karena lalai, tapi karena ulah seseorang.

Ditambah lagi penjelasan dari Eric yang katanya mendapat info dari temannya. Itu memperkuat opini dari Jihoon, tinggal mengumpulkan bukti untuk menyelesaikan masalah tersebut.

"Sunwoo, bengong aja lo!"

Yangyang berseru dari telepon. Sunwoo sampai lupa kalau dia, Yangyang, dan Chani sedang video call-an.

"Gue lagi mikirin masalah Bomin, berasa nyasar di hutan. Susah cari jalan keluarnya," keluh Sunwoo frustasi.

"Gak usah dipikirin, udah malem waktunya istirahat," balas Yangyang.

"Iya deh..."

"Besok gue balik dari kampung, tapi jangan bilang siapa-siapa," kata Chani.

"Kenapa gak bilang? Siapa tau mereka mau kumpul nyambut kedatangan lo."

"Jangan dulu, untuk saat ini gue gak mau ketemu mereka."

"Gue juga," sambung Yangyang.

"Kenapa dah? Lo berdua takut dimusuhin Jisung dan kawan-kawan karena masih temenan sama gue? Santai aja kali, lo liat Eric. Dia malah main sama temennya yang lain."

"Kita mau cari Jungmo, lo tau sendiri dia gak keliatan setelah Jongho kecelakaan," jelas Yangyang.

"Hmm, bener juga sih... menurut lo dia kemana?"

Dari layar, Chani tersenyum penuh arti. "Entahlah, mungkin dia kerjasama bareng seseorang. Yoshi misalnya?"

"Lah, kenapa jadi Yoshi?"

"Dulu Yoshi punya motor dan mobil, sekarang dia gak punya karena dia jual. Pertanyaannya, kenapa dia jual motor dan mobilnya tiba-tiba setelah Bomin kecelakaan?"

"Masa iya si Yoshi takut...?"

"Setelah ada kecelakaan, orang lain bakal lebih hati-hati dalam nyetir. Tapi si Yoshi malah takut nyetir lagi, dia gak ada hubungannya sama kecelakaan Bomin, kan?"
















































Hyunjin menatap datar Bomin yang terbaring lemah tanpa menunjukkan tanda-tanda untuk bangun. Hampir enam bulan dia koma setelah kecelakaan hari itu, dokter pun tidak tahu kapan dia akan bangun.

Dia tahu apa yang terjadi, dia tahu. Dia tahu siapa yang salah, dia juga tahu siapa yang benar.

Hanya saja, dia tak ingin mengatakannya. Dan dia lebih memihak Jisung daripada Bomin.

"Bomin, gara-gara lo, pertemanan kita yang terjalin lebih dari lima tahun hancur. Kita semua kepecah. Andai aja lo gak pergi ke cafe untuk ketemuan sama dia, situasi sekarang gak akan kayak gini.

"Tapi, gue penasaran. Apa sih yang lo bicarain sama dia? Sepenting itu sampai batalin liburan? Gue kepo sumpah, kapan lo bangun? Betah amat tidurnya."

Jam menunjukkan pukul 22.00, Hyunjin harus pulang. Ibunya pasti khawatir karena sebelumnya dia bilang akan pulang pukul 20.00.

Dia tersenyum tipis kepada Bomin, rasanya lega sekali berkunjung kesini.

"Maaf, Min. Gue gak bisa bantu banyak. Lagipula, bukannya ini setimpal atas perbuatan yang pernah lo lakuin dulu?"


























































Jaemin kesal, kenapa Haechan datang ke rumahnya selarut ini? Memangnya rumahnya itu pasar malam? Mana tatapannya sayu sekali, dia butuh teman curhat apa gimana?

"Baru inget gue?" Tanya Jaemin tak menunjukkan ekspresi senang akan kehadiran temannya yang sudah lama menjauhkan diri.

"Jaemin ganteng fans nomor satunya soto, gue bukan gak inget ssma lo, tapi gue jaga perasaan yang lain. Lo mau gue ciptain keributan di antara kubu lo sama kubunya Jeno? Duh, berasa diperebutkan sampe gak tau mau pilih yang mana."

Nah kan, tatapan sayu Haechan hanyalah tipuan. Buktinya sifatnya sama saja, tidak jauh beda dari biasanya.

"Baikan yuk, gue tersiksa kepecah begini. Hidup gue bagaikan-"

"Stop! Gue gak mau denger satu kalimat pun dari mulut lo, gue kecewa sama lo, Chan."

"Ya ampun, Jaemin. Kalimat lo kayak habis diselingkuhin aja."

"Sembarangan! Pulang lo, jangan ganggu ketentraman orang."

"Eh, dengerin dulu napa. Gue kesini mau gibahin orang, gue jamin lo bakal berpikiran sama setelah gue kasih tau ini ke lo."

Tumben sekali Haechan serius begitu, apa kali ini ada hal penting? Tapi, Jaemin kan gengsi menerima Haechan sebagai tamu di rumahnya, mengingat mereka tak pernah bertemu sejak kecelakaan Bomin.

"Gue males kalau ngomongin geng lo," kata Jaemin memutuskan untuk tetap menolak kedatangan Haechan.

"Bukan tentang mereka sumpah, ini tentang yang lain. Tentang Hyunjoon."

"Orangnya lagi di Jerman, gak usah lo bawa-bawa."

"Dia udah balik."

Jaemin terbelalak, Hyunjoon sudah pulang? "Gak usah bohong, lo bilang gitu supaya gue bolehin masuk kan?"

"Gue serius, gue liat dia ke rumahnya Sanha tadi siang. Terus mereka berdua ke rumah sakit jenguk si Bomin. Apa lo gak penasaran kenapa dia pulang mendadak begitu? Lo tau sendiri Hyunjoon itu kayak gimana."

"Chan..."

"Selain Hyunjoon, gue juga liat orang lain di rumah sakit. Dia ngeliatin Hyunjoon sama Sanha dari jauh, habis itu pergi gitu aja. Gue kaget karena tiba-tiba dia ada di kota ini."

"Habis itu?"

"Dia pergi sama cowok pake kacamata, kayaknya temen baru lo deh."

"Renjun?"

Haechan mengangguk. "Maaf sebelumnya, gue curiga sama temen lo itu. Selama ini dia suka kepo masalah Bomin gak?"

"Dia temennya Bomin, tapi dia gak pernah tanya lebih lanjut soal kecelakaannya. Dia cuma tau Bomin kecelakaan, dia gak dikasih tau tentang masalah kita. Emangnya kenapa sih?"

Agar tidak ada yang mendengar, Haechan mendekat lalu berbisik.

"Orang yang bareng Renjun itu si Jongho, Jaem. Jongho udah pulih."

LI(E)AR | 00 Line ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang