17

9.2K 3.5K 2K
                                    

"Setelah tabrak Junkyu sama tembak Jaemin, lo mau bunuh siapa?"

"Orang yang punya banyak info."

"Ya siapa? Calon korban lo banyak."

"Lo bakal tau nanti. Malam ini gue mau bunuh dia dulu, dia bikin gue kesel."

Entah siapa yang akan dia bunuh, semoga saja tidak membawa hal buruk kepada mereka. Nanti imbalan untuk mereka hilang dong.

Namanya juga pembunuh bayaran, wajar saja menerima imbalan. Mereka rela mengorbankan pertemanan demi uang.






























































"Ric, kematian Seungmin, Felix, Jaemin, dan Junkyu bukan sekedar kebetulan aja. Pasti ada yang rencanain, ditambah lagi Bomin koma dan Jongho di Amerika sana."

"Lo kemana aja, San? Gue mah udah sadar sejak Bomin koma."

"Gue kemana? Di rumah aja tuh."

"Gak gitu..."

Untung Eric ingat dia berada dimana alias di rumah Sanha, kalau kelepasan teriak nanti menganggu mama Sanha yang sudah tidur.

Sekarang jam sepuluh malam omong-omong, Eric mah santai karena orang tuanya memperbolehkan dirinya main. Berbeda dengan Soobin yang disuruh pulang karena adiknya ingin meminjam laptop, tapi Soobin lupa meletakannya dimana. Kalau pulang nanti, adiknya Soobin pasti mengacak-acak kamarnya. Habis itu gelud lah mereka berdua.

Tiada hari tanpa bertengkar, entah adu mulut, pukul-pukulan, lempar-lemparan, tidak bisa akur deh pokoknya. Yang satu enak untuk dikerjain, yang satu jahil gak ketulungan. Sekalinya akur sering disangka kerasukan hantu.

Back to topic. Sanha sebenarnya merasa ada yang tidak beres, tapi dia tidak tahu apa yang tidak beres. Eric juga begitu, tapi dia sama saja, tidak tahu juga.

"Udah denger kabar tentang Woobin? Sunwoo bilang dia ketemu Woobin di restoran. Gue lupa kapan, antara kemarin atau dua hari yang lalu."

"Woobin yang itu? Gue baru tau, terus terus?"

"Kurang tau juga, San. Sunwoo gak bilang apa-apa. Aneh gak sih?"

"Bukan aneh lagi, tapi emang aneh. Sejak kapan Sunwoo main rahasia-rahasiaan?"

Yang Sanha ucapkan benar kok. Sunwoo itu jarang menyimpan rahasia karena dia tidak memiliki apapun untuk dirahasiakan. Baru kali ini dia menyimpan rahasia, patut dicari tahu nih.

Mereka harus tahu supaya readers juga tau, betul tidak?

"Abaikan Sunwoo, kita pikirin gimana caranya kita nyatu lagi."

Sanha mendengus. "Satu-satunya cara supaya kita bisa nyatu lagi ya cuma Jihoon baikan sama Jisung. Mereka berdua itu kayak api, api ketemu api gak bakal selesai. Kita itu kepancing sama omongan mereka berdua, belum lagi ego lebih besar daripada kesadaran diri."

"Kalau temen-temen kamu bermasalah tinggalin aja mereka."

Sanha dan Eric kaget mendengar ucapan mama Sanha. Rupanya mama Sanha mendengar pembicaraan mereka sejak tadi, hanya saja mama Sanha memilih diam di pintu memperhatikan keduanya.

"Kamu itu terlalu setia jadi temen, kenapa harus? Temen-temen kamu aja gak setia, lebih baik pergi."

"Mama apaan sih? Sanha gak bakal lari dari masalah, mama juga gak tau betul Sanha orangnya gimana."

"Terserah, jangan salahin mama kalau kamu nyesel gara-gara gak tinggalin mereka. Mending kamu fokus ke diri kamu sendiri."

"Maaf, tante," sela Eric. "Omongan Sanha ada benarnya, kita gak mungkin lari dari masalah. Banyak yang harus kita selesaikan, kita-"

"Kalian pikir saya gak tau?" Potong mama Sanha. "Saya tekankan, percuma. Dan kamu Sanha, mama udah kasih peringatan ke kamu. Jangan macam-macam dan jangan buat mama kecewa."























































Eric mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Perkataan mama Sanha tadi membuatnya kepikiran, mama Sanha tahu apa yang mereka rencakanan?

Kalau begini akan sulit, nanti semua uangnya sia-sia kalau gagal. Dia mengeluarkan banyak uang hanya untuk itu. Membayar kesana kemari sudah ia lakukan, jangan sampai gagal atau dirinya akan ketahuan.

Selain itu, dia bekerja sama dengan orang lain yang tak ingin disebut namanya. Dalam hal positif atau negatif? Tidak ada yang tahu.

Harapannya saat ini ada dua, dirinya tidak ketahuan dan semuanya selesai tanpa kendala. Sejauh ini sih aman-aman saja, tidak tahu nanti.

Hehehe.

"Gue penasaran, gimana ya reaksi mereka kalau tau gue ada hubungannya sama kecelakaan Jongho..."

Selama ini Eric tutup mulut, dia tidak mau memberi tahu teman-temannya. Kalau diberi tahu nanti dia terancam dong...

"Rumah gue kenapa jauh sih? Males isi bensin."







BRUK!






Karena tidak fokus, Eric menabrak orang! Sebenarnya tidak sepenuhnya salah Eric sih, orang yang tertabrak juga salah karena menyebrang sembarangan. Mentang-mentang komplek perumahan Sanha sepi.

"Sunwoo?" Herannya saat keluar dari mobil untuk memeriksa keadaan orang yang ia tabrak.

Dia pandang temannya itu, syukurlah tidak ada luka serius. Tapi kenapa dia berlari malam-malam begini? Di komplek rumah orang pula, rumah Sunwoo kan dekat dengan rumahnya.

"Lo habis dari mana?" Tanyanya kemudian.

"I-itu... gue mau minta tolong! Iya, minta tolong," jawab Sunwoo gelagapan.

"Minta tolong apa?"

"Gue nemu mayat di jalan sana, dada sama lehernya banyak luka tusuk, bukan karena pisau karena bentuk luka tusuknya kecil."

Eric mendelik, mayat katanya?! Malam-malam begini menemukan mayat? Hiih, seram sekali. Kalau Eric jadi Sunwoo, pasti dia gemetar di lokasi sambil menelpon temannya satu persatu.

"Gimana ceritanya bisa nemu mayat?"

"Gue di jalan pulang dari rumah Yangyang, gue lewat jalan sana gak taunya ada mayat."

"Bentar... rumah lo kan deket rumah gue, lo kesini naik apa? Kenapa lewat jalan sepi begini?" Tanya Eric mengintrogasi.

Bola mata Sunwoo bergerak kesana kemari. Aduh, kenapa harus ketemu Eric segala sih?

"Gue naik taksi, ini mau jalan ke jalan besar depan komplek," jawab Sunwoo setelah berpikir lama.

"Tadi lo bilang mau minta tolong, kenapa barusan lo bilang mau ke jalan besar di depan sana? Emangnya warga sini gak ada yang mau nolongin?"

Skakmat. Sekarang Sunwoo tidak tahu harus berkata apa, semuanya buyar begitu saja, Eric mampu membuatnya diam seribu bahasa.

Merasa curiga, Eric lanjut bertanya. "Mayat siapa yang lo temuin?"

Sunwoo masih diam, dia malah melirik kesana kemari seperti mencari kesempatan untuk lari.

"Sunwoo... hp gue nyala, gue sengaja telpon Sanha sebelum keluar dari mobil. Dia denger semuanya. Kalau lo gak mau jujur, itu jadi masalah buat lo."

Sunwoo menelan salivanya gugup. "Ric..."

"Apaan?"

"Mayat yang gue temuin itu mayat Hyunjoon, Ric."






































































































Pemuda dengan pakaian serba hitamnya menggerutu seraya mengawasi Eric dan Sunwoo dari jauh. "Bener-bener ya lo, panggil gue kesini buat liat begitu doang. Bukannya dapet apa-apa, gue malah makin pusing. Jauh-jauh kesini bikin beban pikiran gue bertambah, belom lagi kalau gue muncul. Mereka bisa syok, tambah kasian gue..."

LI(E)AR | 00 Line ✓Where stories live. Discover now