28

7.9K 3.1K 1.3K
                                    

Sanha memegang kepala, tiba-tiba kepalanya terasa sakit seperti ditusuk-tusuk. Kenapa penyakitnya kambuh disaat seperti ini sih? Dia tidak mau menjadi penganggu.

Ringisan Sanha yang terdengar keras didengar oleh Jeno. Saat Jeno hendak menyentuhnya, Sanha langsung mundur dan menatap tajam.

"Sorry," cicit Jeno baru ingat kalau Sanha punya haphephobia─phobia sentuhan. "Lo gak apa-apa? Muka lo pucet banget, San."

"G-gak apa-apa..."

"Jeno bener, muka lo makin pucet," timpal Jongho khawatir. "Lo udah makan? Nih makan dulu, tadi gue beli ayam."

Sanha menggeleng pelan. Dia tidak nafsu makan. Sakit di kepalanya perlahan menghilang kok, dia hanya khawatir jika dia tiba-tiba pingsan.

"Semoga penyakit lo cepet diketahui sama dokter, gue gak tega liat lo kesakitan begitu," gumam Jongho sembari menghilangkan rasa sedih di hatinya.

Satu persatu temannya tiada. Bomin yang seharusnya ia jaga juga tiada. Dia merasa gagal menjadi seorang teman, dia merasa kalau dia bukan teman yang baik.

"Sanha, Jongho," panggil Jeno sambil memakai jaket. "Gue pergi dulu, kalian jaga diri."

"Lo mau kemana?"

"Gue bakal ke tempat pelakunya," jawab Jeno bersiap-siap. "Sanha, lo disini temenin Jongho. Jongho gak bisa pergi kemana-mana karena harus kasih kesaksian di kantor polisi nanti."

"Gak bisa gitu dong, bahaya kalau sendirian. Lebih baik disini, Jen. Ada Jihoon sama Renjun, biar mereka yang urus," tolak Sanha tidak setuju.

TIN! TIN!

Suara klakson dan mesin motor terdengar dari lorong sebelah kiri. Gila, Sunwoo nekat sekali menyetir motor di dalam rumah sakit!

"Lo waras gak sih?!" Tanya Sanha terkaget-kaget. "Disini banyak polisi, lo mau kena kasus juga?! Itu motor siapa?! Lo nyuri?!"

"Banyak omong lo, San. Jeno, ayo naik. Jihoon sama Renjun udah tau dimana tempat Yangyang sama Jinyoung disekap," balas Sunwoo sedikit ketus karena terburu-buru.

"Yoshi kemana?!"

"Dibawa Jihoon sama Renjun, Yoshi ngancem bakal ngelakuin hal yang buruk kalau dia gak dibawa ke markas. Gak usah pake helm, Jen. Pegangan."

Sanha dan Jongho melongo melihat Sunwoo melajukan motornya dengan kencang menuju ke luar rumah sakit. Sunwoo berani sekali. Polisi yang bertugas sampai menegur dan meneriakinya karena berbuat kebisingan.

Seharusnya tadi direkam lalu diunggah ke sosial media, kalau viral kan lumayan.
































































Yoonbin
|Hyunjin, gak lama lagi
  lo bakal dapet balasannya



Itu pesan terakhir dari Yoonbin kepada Hyunjin. Hyunjin tidak tenang, masa iya Yoonbin sudah tahu kalau dia adalah pembunuh bayaran... gawat, setelah tugasnya selesai, dia akan pergi ke luar negeri dan membuat identitas baru agar tidak tertangkap. Dia mana mau dipenjara.

Haechan juga sama, dia tidak mau dipenjara. Sejauh ini dia tidak melakukan hal yang lebih dari membuat orang pingsan, tapi tetap saja takut karena dia ikut andil dalam aksi para pembunuh bayaran.

Dia terpaksa, para pelaku terutama Hyunjin mengancam akan membunuhnya. Kalau dia mati, bagaimana nasib adiknya yang tinggal bersamanya? Dia tidak mau adiknya sengsara karena dirinya. Mereka berdua terpisah jauh dari orang tua karena pekerjaan, Haechan tidak mau saat orang tua mereka pulang malah mendengar kabar kematiannya, bukan kabar gembira.

Dia duduk di seberang Hyunjin yang tidak bisa tenang, pemuda bermarga Hwang tersebut bolak-balik menatap ponsel. Dia kan penasaran, kenapa tidak diberi tahu saja sih? Kalau ditanya takut marah, nanti kalau dibunuh bagaimana?

"Chan, lo kirim sms nya udah bener kan? Lo gak nyuruh mereka kesini kan?"

Haechan terperanjat saking terkejutnya. Ragu-ragu dia mengangguk, dia deg degan ditatap tajam oleh pembunuh.

"Lo gak bohong kan?"

"Iya, ngapain gue bohong? Nanti lo bunuh gue kayak lo bunuh Woobin di markas utama."

"Bagus."

Haechan lega karena Hyunjin tidak bertanya lebih lanjut, sebab jawabannya tadi adalah kebohongan. Haechan tidak hanya memberi tahu kalau Yangyang dan Jinyoung ada di markas (kedua) mereka, dia juga mengirim sms ke Jihoon diam-diam.

Dia harus menyelesaikan ini, kalau mereka tidak datang, dia akan dilanda rasa bersalah seumur hidupnya karena temannya berhasil dibunuh.

Walaupun sebenarnya ada tujuan lain sih...

Haechan yang diancam oleh pelaku adalah kerugian serta keuntungan bagi kubu detektif. Kalau bukan karena keselamatan diri dan dibujuk oleh mantan detektif bermarga Huang itu, dia pasti sudah melarikan diri dari tempat mengerikan ini.

"Apa liat-liat?!"

"Dih, sensi betul."

Duh, Jihoon sama Renjun kapan dateng sih?! Haechan tidak tahan lagi nih, dia mau pulang huhu.

"Eh, tadi di kuburan kenapa tingkah lo begitu?" Tanya Hyunjin.

"Yang mana? Pas gue nyuruh Jinyoung diem?"

"Iya, yang itu."

Ah, Haechan ingat.

"Jin, tadi di kuburan ada orang mantau kita dari jauh. Mukanya gak keliatan jelas, tapi dari badan... orang itu kayak temen kita. Gak deh, temen gue, lo mah mana anggap kita temen lo, temen lo kan Jisung doang."

"Langsung aja sebut namanya, gak usah banyak omong."

"Emangnya kalau gue kasih tau lo bakal percaya? Lo bakal anggap gue berhalusinasi. Soalnya orang yang gue liat itu mirip banget sama dia yang udah meninggal."

"Siapa? Lo aja belum sebut nama orangnya."

"Lo percaya gak nih? Nanti gue jawab malah ngetawain gue."

"Chan, di samping gue ada pisau..."

Haechan merinding. "Iya, iya! Orang yang gue liat itu mirip J-"

Bruk!

Suara jatuh memotong ucapan Haechan, suara tersebut terdengad dari ruangan tempat Yangyang dan Jinyoung berada.

Hyunjin santai saja, lain halnya Haechan yang panik namun ragu untuk kesana. Kalau dia kesana, Hyunjin bisa membunuhnya. Ah bodo amat, nasib temannya lebih penting.

"Jin, gue kesana dulu."

Haechan takut apa yang sejak tadi dia pikirkan terjadi, jangan sampai... jangan sampai.

Dengan panik dia cari kunci pintu dari sekian banyak kunci yang tergantung di paku dekat meja. Setelah menemukan kunci yang tepat, dia langsung membuka kunci dan pintu lebar-lebar.

Oh tidak, apa yang dia takutkan hampir terjadi.

"Lo ngapain kesini? Lo udah janji gak akan ganggu aktivitas gue."

Pisau berjarak 5 cm dari wajah Yangyang membuat Haechan panik bukan main.

Haechan sialan, berani-beraninya dia menganggunya.

Bae Jinyoung terlihat kesal karena kegiatannya tertunda, kalau Haechan tidak datang Yangyang sudah mati di tangannya. Tapi tidak apa-apa deh, mumpung Haechan ada disini, dia bunuh saja dua-duanya.

LI(E)AR | 00 Line ✓Where stories live. Discover now