29

7.8K 3.2K 2.3K
                                    

Rumah sederhana bercat putih dan terlihat sepi sudah di depan mata. Berdasarkan alamat yang dikirim Haechan, disinilah markas kedua para pelaku dibalik kematian teman-teman mereka.

Renjun khawatir karena Seunghwan dan Yunseong tidak menjawab panggilan teleponnya, bukankah tadi mereka bilang sedang di perjalanan? Seharusnya mereka sudah tiba lebih dulu darinya.

Di belakang Renjun ada Jihoon dan Yoshi. Jihoon tidak menurunkan pistolnya seinci pun, dia benar-benar tak menyangka Yoshi berani mengancamnya di depan banyak orang saat di rumah sakit tadi.

Yoshi? Dia santai saja. Cemas sedikit sih... duh, Shotaro kemana sih? Katanya mau datang kesini, tapi orangnya tidak kelihatan.

"Pelaku utamanya itu Jinyoung, Jisung, Hyunjin, sama Jungmo. Mereka tarik Woobin yang merupakan pembunuh bayaran juga, mereka pakai Woobin buat mata-matain kita. Mereka juga ngancam Haechan dan nyuruh dia buat gabung. Gue ragu pembunuhnya cuma mereka, apa ada yang lain?"

Tidak ada yang menjawab. Renjun mendengus, dia tidak berbicara dengan tembok, setidaknya bilang iya atau tidak.

"Sisa dua jam lagi, siapin senjata," kata Jihoon mengabaikan perkataan Renjun tadi, matanya tak lepas dari Yoshi. "Kalau lo dalang dibalik semua ini, gue kecewa, Yosh."

"Lo bakal lebih kecewa kalau lo tau satu hal yang lebih mengejutkan, Park. Semoga lo terima..."

Kalau Yoshi menyebut marga dalam berbicara, itu tandanya dia serius. Jihoon tidak tahu apa yang akan mengejutkan nanti, memangnya dia sedang ulang tahun pakai dikasih kejutan segala.

Selain Yoshi, Renjun juga menyimpan satu rahasia yang pastinya membuat Jihoon semakin marah pada pelaku dan kecewa padanya. Rahasia tersebut ada di dalam saku celana kiri, dia akan menunjukkannya nanti.

"ARGHHHH!"

"Ayo masuk! Itu suara Haechan!" Pekik Jihoon panik mendadak, seketika lupa kalau dia sedang mengawasi gerak-gerik Yoshi.

Renjun yang datang tanpa membawa senjata memutuskan untuk maju tanpa ragu, dia yakin para pelaku tidak akan bergerak semau mereka karena ada Jihoon yang membawa pistol.

Pintu tak terkunci, langsung saja Renjun buka dan masuk ke dalam. Hyunjin terkejut, dia lagi asik makan es doger sampai tersedak.

"Kok kalian ada disini?!"

"Mana Haechan sama Yangyang?!"

"Cari sendiri, punya kaki tuh dipake!"

Jihoon naik pitam. Ingin marah tapi ekor matanya tak sengaja menangkap keberadaan suatu benda di atas nakas.

Gunting berlumuran darah dan kunci mobil.

Dia menoleh ke Yoshi. Balasan Yoshi? Hanya senyuman mencurigakan.

"Yosh... bukannya itu kunci mobil lo?"

"Menurut lo gimana?"

"Itu punya lo! Di kunci mobilnya ada stiker es batu, itu jelas punya lo."

Renjun tidak mendengarkan, matanya mengawasi Hyunjin agar tidak berbuat hal di luar batas. Di samping Hyunjin ada pisau, Hyunjin bisa saja melempar pisau tersebut kepadanya atau dua orang di belakangnya, dia berusaha mencegah kemungkinan itu.

"Kenapa kalian diem disitu? Takut, ya?" Ejek Hyunjin dengan gaya tengil dan sombong.

"Lo sendiri kenapa diem aja disitu? Takut, ya?" Balas Renjun.

Hyunjin tertohok. "Mana ada, gue bisa aja nyerang kalian. Tapi gak seru bawa pistol, curang."

Jihoon mencengkram pundak Yoshi lalu menodongkan pistolnya ke Hyunjin. "Renjun, lo cari Jinyoung, Haechan, sama Yangyang. Gue jagain dari sini. Kalau Hyunjin gerak sedikit dari sana langsung gue tembak."

LI(E)AR | 00 Line ✓Where stories live. Discover now