11

13.1K 4K 1.7K
                                    

Bagi yang belum tau/gak baca pengumumanku dan bioku, alasan aku jarang up wp : sekarang aku di kelas 12 alias kelas akhir ^^







Chani menghirup udara pagi sebanyak mungkin, lalu menghembuskannya perlahan. Kembali dari kampung ke kota, perbedaannya terasa sekali. Udaranya, suasananya, pemandangannya. Jadi kangen mudik :(

Dia jarang keluar rumah karena berjaga-jaga, apalagi setelah Jungmo tak sengaja menjatuhkan kertas itu. Dia curiga, di kertas tersebut tertulis kalau Jungmo memberi tahu sesuatu kepada Seungmin dan Jaemin.

Tak tahunya keduanya tiada, apa tidak mencurigakan? Memangnya apa sih yang diketahui mereka? Kenapa tidak dikasih tahu supaya readers tidak pusing memikirkannya?

Eits tidak bisa~

Berdiskusi dengan Yangyang tadi malam tidak membuahkan hasil, orangnya malah ketiduran. Wajar sih... mereka telponan sampai pukul empat pagi.

Sekarang pukul delapan pagi waktu setempat. Chani mengantuk, tapi ada tempat yang harus dia tuju. Dia harus menemui orang itu agar pertanyaan di kepalanya terjawab.

Dan disinilah dia, di pinggir sawah. Setibanya disana, dia menghampiri pemuda berkacamata bulat yang berdiri membelakanginya, memandang hamparan padi yang menguning.

"Jadi? Apa yang bisa lo kasih tau ke gue?" Tanya Chani tak ingin basa-basi.

Huang Renjun─orang yang ingin ditemui Chani─berbalik badan. Senyuman aneh ia tunjukkan, seolah-olah sudah tahu apa yang ingin ditanyakan.

"Gue kasih kesempatan buat lo untuk kasih tiga pertanyaan, gue bakal jawab selagi itu gak merugikan gue."

Chani tidak paham, memangnya Renjun akan dirugikan karena apa? Tapi dia kesampingkan itu, dia gregetan ingin bertanya.

"Lo itu tau sesuatu, tapi lo gak jujur?"

"Bisa jadi."

"Apa tujuan lo? Kenapa tiba-tiba dateng ke kehidupan temen-temen gue?"

"Kalau itu gue gak bisa jawab."

Chani mengerang, percuma dia menanyakan itu. Kesempatan bertanyanya jadi sia-sia.

"Satu pertanyaan terakhir, kali ini gue bakal jujur," ucap Renjun meyakinkan.

"Bagus kalau lo bakal jujur. Gue tanya, apa lo terlibat dibalik hilangnya Yoonbin satu tahun yang lalu?"

Tidak ada jawaban. Renjun yang tadinya hendak main-main dengan Chani, kini terdiam penuh emosi. Chani merasa... orang ini memang tahu sesuatu mengenai temannya. Apa mereka berdua kerja sama?





























































Sejahat-jahatnya Jaemin, tidak mungkin menyebabkan dia tiada. Jaemin bukan orang seperti itu, itulah yang sedari tadi Sunwoo pikirkan. Namun, jika sudah seperti itu, mau tak mau otaknya berpikir kalau Jaemin memiliki masalah serius dengan orang lain.

Tapi... siapa dan kenapa?

Duduk di restoran besar seorang diri agak tidak nyaman baginya untuk berpikir. Seketika dia ingin pindah, tapi makanannya belum habis.

Lagi-lagi, Sunwoo dihadapkan hal seperti ini.

"Sunwoo?"

Awalnya yang dipanggil tidak mendengar karena melamun, tapi menoleh kemudian saat yang memanggil mengetuk pelan mejanya sebanyak empat kali.

Kedua mata Sunwoo membulat, tak menyangka orang itu ada disini setelah lama tak bertemu.

"Woobin, lo kemana aja?"

Yang ditanya tersenyum, menarik bangku kosong di depan Sunwoo, lalu duduk disana.

"Ada urusan yang harus gue selesaiin. Lagipula, Jungmo juga ajak gue, biar cepet selesai katanya."

"Ohh, gue kira lo sama Jungmo pergi karena ada masalah sama Jisung."

"Itu gak salah sih, tapi penyebab gue sama Jungmo pergi cenderung ke urusan yang harus kita selesaiin. Kalau lo mau bantu boleh aja."

Merasa tertarik, Sunwoo mencondongkan badannya sedikit ke depan. "Emangnya gue harus ngapain?"

"Ini yang disuruh Jungmo, kalau terlalu berat buat lo gak usah dikerjain." Woobin mengeluarkan secarik kertas dari saku celananya, meletakkannya di meja agar Sunwoo bisa membacanya. "Ini beberapa hal yang belum kita lakuin, sisanya dikerjain orang lain."

1. Cari tahu alasan hilangnya Yoonbin
2. Selidikin Jisung dan Jihoon
3. Cari tau tentang Yoshi
4. Apa bener Jinyoung saksi mata kecelakaan Bomin?

Sunwoo mengernyit tak paham. "Kenapa hal-hal kayak gini harus dicari tau?"

"Lo mau dapet titik terang gak? Kalau gak mau ya gak apa-apa, gue masih bisa ngurusin ini sendirian."

Sunwoo menggeleng. "Gue sanggup, paling lambat dua minggu."

"Oke, thanks."

Setelah menghabiskan makanannya, Sunwoo bersiap-siap pergi, kelihatannya buru-buru. "Gue duluan, ada janji sama Junkyu. Kalau ada apa-apa telpon aja. Nomor gue gak berubah."

"Sip."

Sambil memandang Sunwoo yang perlahan menjauh, Woobin diam di tempat. Ia berganti pandang ke arah seseorang yang baru saja masuk ke dalam restoran dibantu oleh sang teman.

Sunwoo bilang ia ada janji dengan Junkyu. Tapi... Junkyu saja ada disini bersama Yoshi. Aneh...



































































Haechan pusing. Jeno juga pusing. Tidak mau memikirkan masalah, tapi pikiran tersebut datang sendiri. Kenapa selalu seperti itu sih? Dibuang jauh-jauh, malah datang kembali. Mereka yang niatnya ingin refreshing otak jadi kesal.

Mana di jalan bertemu dengan Shotaro, semakin buruk mood mereka.

Tumben sekali dia jalan-jalan sendiri tanpa Yoshi, apa dia sudah hafal jalan sekitar? Lebih baik jika benar. Kalau tidak? Nanti mereka berdua disalahkan karena jadi orang yang bertemu dengannya.

Shotaro berdecak malas. Moodnya juga sedang buruk, dia tidak mau emosinya menyebabkan Yoshi khawatir sampai berusaha keras melindunginya.

"Kalian berdua bisa minggir? Ganggu pemandangan."

Haechan mendelik. "Orang ganteng kok dibilang ganggu pemandangan. Mata lo ketutupan daun apa gimana?"

"Gue gak mau ribut."

"Widih, sok hebat banget lo. Pantes aja sempet berantem sama Jihoon."

"Widih, sok bener banget lo. Pantes aja Yoshi gak mau deket sama lo."

Hawa-hawa pertengkaran mulai terasa. Jeno malas berbicara, tapi kalau dibiarkan bisa gawat. Ini tempat umum, kalau ada polisi lewat mereka akan digeret paksa.

"Chan, katanya mau ke rumah Hyunjin. Ayo, gue bukan orang yang gak ada kerjaan."

Haechan mengerang sebal. "Ah elah, gue pengen disini bentar. Kalau dia dibiarin nanti ngelunjak."

"Udah, ayo cepet."

Haechan pasrah ditarik paksa oleh Jeno. Baru tiga langkah mereka berjalan, Shotaro menghadang mereka. Hal itu memancing kekesalan Haechan.

"Apaan sih? Ganggu orang aja lo."

"Gue cuma pingin kasih tau apa yang Yoshi gak bisa sampaiin ke kalian," ujar Shotaro.

"Bohong ya lo?"

"Gak mau tau? Ya udah gak apa-apa."

"Eits, mau kemana lo. Kasih tau cepet," desak Haechan mencegah Shotaro pergi.

"Yoshi bilang, kalau mau tau sesuatu tentang Jihoon, kalian dateng ke rumahnya, terserah kapan."

"Yoshi mancing kita buat dibunuh apa gimana?"

Shotaro terkekeh pelan. "Yoshi gak bakal bunuh kalian kok. Tapi, dia pernah bunuh orang, banyak malah. Jadi, baik-baik ya."

LI(E)AR | 00 Line ✓Where stories live. Discover now