13

9.4K 3.7K 1.9K
                                    

Bukan Junkyu namanya kalau tidak jatuh. Tadi pagi kesundul mobil, eh siangnya ketabrak tiga anak kecil yang lagi kejar-kejaran. Ingin marah, tapi anak kecil tersebut bersama ibunya. Dia hanya senyum terpaksa dan mengatakan tidak apa-apa. Coba saja tidak ada ibu mereka, dia akan mengomel dari A sampai Z.

Duh, mana siang ini terik sekali. Kalau bukan karena ingin membeli es krim dan stok mie, dia mana mau keluar siang bolong begini. Kakinya sakit, naik sepeda tidak bisa, nyetir motor juga tidak bisa. Tadinya Junkyu naik ojek, tapi ojeknya mogok. Kesal sih iya, tapi tidak apa-apa deh jalan kaki ke Indoagustus, sekalian melatih kakinya agar cepat sembuh.

Sayangnya harus menyebrang, jalan ramai juga. Dia tidak nyaman berjalan di pinggir, lebih tepatnya di jalan berbatu. Kalau salah menumpu bisa jatuh, mana di sampingnya ada got. Masa iya dia nyemplung dua kali hari ini? Memalukan.

Kalau ke tengah jalan kan tidak mungkin, nanti ketabrak mobil siapa yang sedih? Ya readersnya.

Nanti pulangnya minta jemput saja deh, pesan ojek takut tidak sampai tujuan lagi. Hmm, enaknya siapa ya yang akan dia jadikan ojek dadakannya?

Jisung? Tidak mungkin. Yoshi? Dia saja tidak punya motor atau mobil karena dijual. Eric? Rumahnya jauh, orangnya pasti tidak mau. Jihoon? Yang ada dia dimarahi karena jalan-jalan. Ya sudahlah, mau tidak mau dia naik ojek saja, tapi nanti setelah membeli es krim dan mie.

"Nak, kamu mau kemana?"

Seorang pria berusia sekitar 40-an mendatanginya karena melihatnya kesulitan berjalan melewati lubang galian. Junkyu membenarkan posisi tongkatnya, cengengesan sambil menunjuk Indoagustus di seberang jalan.

"Mau ke sana, tapi jalanan rame, serem..."

Pria tersebut terkekeh. "Ayo saya bantu, kebetulan saya mau kesana juga."

"Ehe, terima kasih, pak."

Pria tersebut maju lebih dulu sambil menuntun Junkyu. Tangan kirinya memegang Junkyu, tangan kanannya terangkat ke depan, memberi kode kepada para pengendara agar memelankan laju kendaraan mereka.

Satu persatu kendaraan mulai bergerak lambat, disaat itulah pria tersebut membantu Junkyu berjalan melewati jalan. Sesekali mereka berhenti karena ada pengendara motor yang tidak mau mengalah, kesal hiih.

"Pelan-pelan aja nak, saya gak bakal lari tinggalin kamu di tengah jalan."

Junkyu bukannya takut ditinggal, tapi dia mulai lelah. Berjalan menggunakan tongkat sangatlah sulit, dia ingin cepat-cepat pulang, rebahan di kasur, lalu menonton film sambil makan es krim.

"Sebentar lagi sampai, hati-hati ada batu."

Jalan dengan arus dari arah kiri cukup sepi, berbeda dengan arus dari kanan yang ramai. Itu memudahkan mereka berdua untuk menyebrang.

Senyum Junkyu melebar melihat tempat tujuannya sudah di depan mata, tinggal naik saja ke atas trotoar lalu jalan lurus ke depan.

"Makasih banyak, pak." Junkyu menaikkan tongkatnya pelan-pelan ke trotoar. "Untung ada bapak, kalau enggak saya gak bisa kesini."

Pria tersebut balas tersenyum pada Junkyu. "Iya nak. Sini saya bantu naik. Hati-hati ada batu-"






Brmmmm!!!






"Yang disana, cepat minggir!!!"

Seruan dari salah satu pengguna jalan membuat perhatian orang sekitar fokus kepada mereka berdua. Junkyu membelalakkan mata melihat mobil melaju kencang dari arah kiri, sangat kencang. Gawat, mereka tidak sempat menghindar karena mobil sudah dekat.

LI(E)AR | 00 Line ✓Where stories live. Discover now