8. Menggenggam Luka

2K 322 3
                                    

Takdir Tuhan memang sulit sekali ditebak oleh makhluk-Nya, segala rencana yang kita pikirkan matang-matang agar sesuai harapan kenyataannya berbanding terbalik dengan yang Tuhan Takdir kan, tak ayal kerap kali membuat kekecewaan.

Beranggapan bahwa Tuhan tak menyayangi makhluk-Nya sering kali singgah di kepala, padahal nyatanya hal yang terlihat buruk di mata kita itu adalah yang terbaik di mata Tuhan, begitupun sebaliknya.

Dan Reynar pernah membenci Tuhan karena memberikan luka yang begitu perih ke dalam hidupnya, tak mempercayai hadir-Nya karena tak pernah membantu ketika dia dalam kesulitan, pun Reynar pernah bertanya-tanya apakah Tuhan benar-benar ada? Keimanannya mulai goyah ketika semua yang dia rencanakan dan inginkan tak sesuai dengan yang Reynar harapkan. Tuhan selalu memberi dia luka dengan menghilangkan orang-orang yang dia sayang.

Hingga ketika gadis itu datang tepat di mana ketika dia merasakan rasanya terbang begitu bebas kemudian merasakan bagaimana tubuhnya melayang dan berakhir merasakan dinginnya air laut. Kedua mata terpejam, sedangkan isi kepalanya memutar bagaimana ketika bentakan, pukulan, juga kebencian yang mamanya berikan kepadanya setiap waktu, lalu beralih pada kejadian ketika tubuhnya di dorong kuat dan sedetik kemudian Reynar melihat bagaimana tubuh kakaknya yang terbentur keras dengan badan mobil dan bergulingan di aspal.

Semua memory kenangan itu terus berputar-putar di kepalanya bak kaset rusak hingga kemudian beralih kepada senyuman tulus ayahnya, dekapan hangat ayahnya, juga kecupan kecil di rambutnya ketika dirinya hendak tidur.

"Maafin Reynar Pa, Rey menyerah."

Air laut semakin membawa tubuhnya tenggelam semakin dalam, paru-parunya pun terasa semakin sesak, dan ketika Reynar hampir saja ditenggelamkan oleh kegelapan untuk selamanya, tangannya ditarik membuat Reynar tersentak, kedua matanya terbuka namun sosok di hadapannya yang kini tengah menarik tubuhnya untuk kembali ke daratan tak terlihat jelas. Semuanya terlihat blur, namun Reynar tahu sosok yang menariknya adalah seorang gadis ketika rambut panjangnya bergoyang ketika tubuhnya bergerak.

Reynar ingin sekali melihat bagaimana rupa gadis itu, namun tubuhnya melemas ketika rasa sesak di dada mendominasi hingga kedua matanya perlahan mulai menutup menjemput kegelapan.

Reynar pikir dia akan segera menemui Tuhan dan ia bisa protes mengapa Tuhan membuatnya hidup menderita meski dengan harta berlimpah?

Namun ketika dirinya merasakan dadanya yang terus di tekan berkali-kali hingga membuatnya terbatuk mengeluarkan air laut yang masuk ke dalam tubuh, Reynar pikir takdir Tuhan memang sulit sekali di tebak padahal ia sudah yakin akan menjemput kematian sebentar lagi.

"Akhirnya, sadar juga."

Ucapan itu membuat Reynar menoleh, kedua matanya langsung terpaku pada kedua bola mata jernih nan cantik yang menatapnya begitu teduh, senyuman tulus yang tertarik di kedua sudut bibirnya membuat Reynar terpesona pada gadis yang berseragam sekolah SMA itu hingga kemudian Reynar merasakan kepalanya terasa sakit ketika gadis itu memukulnya secara tiba-tiba.

"Dasar bocah, apa yang lo pikirin sih sebenarnya? Lo mau bunuh diri, iya?!"

Gadis itu terus memukuli kepalanya main-main membuat Reynar harus melindungi kepalanya dengan kedua tangannya.

"Kalau iya, kenapa?!" seru Reynar kesal.

Pukulan-pukulan di kepalanya terhenti membuat Reynar menghela napas lega namun rasa sakit di kepalanya tak ayal selalu membuatnya meringis kesakitan meski sudah ia usap pelan namun tak mampu mengurangi rasa sakitnya sementara gadis itu kini menatap Reynar terpaku, ada banyak pertanyaan yang singgah di kepala mengapa bocah lelaki yang terlihat jauh lebih muda darinya ingin melenyapkan dirinya sendiri?

REYNAR || Huang Renjun [END ✔️] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang