23. Berita Duka

1.7K 263 7
                                    

Malam ini begitu sunyi, waktu telah menunjukkan pukul satu malam dan semua orang telah tertidur kecuali Eldo yang masih terjaga mengerjakan beberapa tugas sekolah juga proposal OSIS yang harus dirinya serahkan besok kepada kepala sekolah. Masa jabatannya seharusnya sudah berakhir sebulan lalu, ia pun sudah kelas 12 seharusnya sudah terbebas dari tugas OSIS namun karena ada beberapa hal, pergantian Ketua dan Wakil Ketua OSIS diundur hingga bulan depan setelah turnamen basket yang di mana sekolahnya menjadi tuan rumah. Proposal OSIS telah ia selesaikan, tugas Biologi dan juga bahasa Indonesia telah ia kerjakan, kini tersisa dua soal Matematika lagi yang belum selesai. Begitu rumit membuat kepala Eldo pusing. Terkadang ia menyesal memilih jurusan IPA karena harus berhadapan dengan Matematika dan Fisika, namun cita-citanya yang ingin sekali menjadi Dokter membuatnya mau tak mau harus memilih jurusan itu.

Suara pintu yang terbuka membuatnya menoleh, mendapati sosok adiknya yang tengah berdiri dengan kedua mata menahan kantuk.

"Ada apa?"

Remaja lelaki yang tadi bersandar di daun pintu itu memilih untuk melangkah masuk meski Eldo tak mempersilahkan, ia hempasan tubuhnya pada kasur milik kakaknya, dan menelungkupkan tubuhnya.

"Rey," panggil Eldo pada yang telah mengganggunya dalam menyelesaikan tugas sekolah.

"Bikinin gue Mie rebus. Gue laper." Reynar berucap dengan kedua mata yang terpejam tanpa melihat dirinya.

Eldo memejamkan matanya dan menghembuskan napas kasar mencoba menghilangkan rasa kesal karena permintaan adiknya.

Demi Tuhan, kedua matanya sudah berat dan ia ingin sekali membaringkan tubuhnya di atas kasur dan tertidur namun dua soal matematika ini masih belum bisa Eldo pecahkan dan temukan jawabannya. Dan kini Reynar memintanya untuk membuatkan makanan? Rasanya Eldo ingin sekali menjambak rambut Reynar namun ia urungkan seketika.

"Bikin aja sendiri, gue sibuk."

"El, lo tega banget sih sama gue. Katanya lo mau jadi kakak yang baik buat gue, tapi nyatanya lo cuman berucap di bibir doang."

Eldo meremas pulpen di tangannya, sebelum memilih untuk menatap mata Reynar yang balas menatapnya. "Ucapin sekali lagi tetapi dengan kata tolong, baru gue bikinin."

"Ah ... Eldo, apa susahnya sih cuma bikin mie doang, ayolah masakin gue."

"Dan apa susahnya lo masak sendiri dan nggak nyusahin gue."

"El, ayolah. Gue--"

"Tolong. Sematin kata itu dalam permintaan lo tadi baru gue bikinin."

Reynar memutar kedua bola matanya kesal, "Iya ... Iya. Eldo tolong buatin gue mie rebus ya, gue laper."

"Hmm," gumaman itu adalah jawaban ketika Eldo mulai berdiri dari kursi yang dia duduki, namun ketika tepat di tengah pintu kamarnya ia memilih untuk menghentikan langkah, membalikkan badannya menatap Reynar.

"Oh ya, gue nggak akan bikinin Lo mie rebus."

Reynar sontak mendudukkan dirinya seketika, menatap Eldo penuh tanya namun terselip kekesalan di dalamnya. "Kenapa?"

"Lo baru pulang dari rumah sakit hari ini, Bocah."

Reynar memang telah pulang dari rumah sakit tadi sore, seharusnya remaja itu masih belum diperbolehkan pulang, namun Reynar yang begitu keras kepala tak pernah menyerah untuk membuat Dokterengizinka dirinya pulang.

"Ya terus apa masalahnya? Gue udah sehat, kok."

"Pokoknya nggak ada Mie rebus."

"Tapi gue--"

"Gue nggak menerima penolakan."

Ucapan itu menjadi kalimat penutup ketika dirinya melangkah pergi menuruni anak tangga menuju dapur, pun menghindari Reynar yang melempari bantal adanya.

REYNAR || Huang Renjun [END ✔️] Where stories live. Discover now