16. Tuhan Punya Rencana

1.9K 278 2
                                    

Eldo kadang tidak pernah mengerti bagaimana takdir yang Tuhan rencanakan untuk dirinya, dia tidak pernah tahu bagaimana Tuhan membuat skenario tentang hidupnya. Pertemuannya dengan Reynar dan menjadikan Reynar adik tirinya adalah satu-satunya takdir yang membuat Eldo bertanya-tanya untuk apa Tuhan merencanakan itu semua.

Tuhan tahu dirinya membenci bocah yang lebih muda dua tahun dari dirinya itu bahkan sebelum kepergian Nara tetapi mengapa Tuhan mempertemukan mereka?

Lalu kini, ketika dirinya mulai berdamai dengan dirinya sendiri. Ketika Eldo mulai menata hatinya dan  benci mulai pudar, ketika dirinya mulai menerima Reynar di hidupnya mengapa Tuhan membuat skenario yang membuatnya hampir kehilangan Reynar? Mengapa? Apa yang Tuhan rencanakan?

Overdosis.

Itu adalah kalimat awal yang Dokter ucapkan setelah keluar dari ruang IGD

Benzodiapines yang merupakan salah satu golongan obat penenang dengan jenis Estazolam berada dalam tubuh Reynar dengan dosis yang berlebihan.

Ayah sudah pernah mengatakan bahwa Reynar memang seringkali melakukan percobaan bunuh diri ketika rasa bersalah mulai menghantui Reynar, ketika isi kepalanya dipenuhi oleh kenangan-kenangan buruk oleh masa lalunya, dan ketika ucapan-ucapan ibunya selalu melukai hatinya.

Dan ketika Reynar mulai kesulitan tidur karena mimpi buruk dia akan meminum obat itu.

Tetapi yang Eldo tak tahu, mengapa Reynar bisa mendapatkan obat itu? Bukankah obatnya telah habis dan bukankah Benzodiazepine adalah obat resep yang hanya digunakan sesuai resep dokter. Sedangkan seingatnya Reynar hampir selalu bersamanya setelah pulang sekolah. Reynar bahkan menghabiskan waktu tidur setelah pulang sekolah meski ketika pagi buta ada kejadian yang membuat Reynar melukai kakinya dan lari dari rumah, namun Eldo berhasil membawanya kembali. Dan seingatnya Reynar masih tidur dalam pelukan bundanya ketika dia akan berangkat.

Lalu dari mana Reynar mendapatkan obat itu? Kapan Reynar meminumnya hingga menyebabkan overdosis?

Beruntung Dokter berhasil menyelamatkan dan Tuhan tak berencana mengambil Reynar dari mereka meski kini adik tirinya harus dirawat di ruang ICU untuk mendapat perawatan intensif.

"Sebaiknya kamu pulang, El ini sudah malam dan besok kamu harus sekolah. Bawa ibu kamu juga agar dia bisa beristirahat, biar Reynar ayah yang jaga."

Eldo menatap ayahnya kemudian pada tubuh Reynar yang tengah berbaring di kasur melalu pintu kaca.

"Bisakah Eldo tetap di sini menjaga Reynar dan tidak sekolah besok, Yah?"

"Tapi--"

"El mohon, Yah," tatapan penuh permohonan itu, bagaimana mungkin Chandra bisa menolaknya hingga yang bisa Chandra lakukan adalah menghela napasnya dan menyetujui permintaan El.

"Baiklah, ayah akan membawa ibu kamu untuk pulang lebih dulu agar dia bisa beristirahat, nanti ayah ke sini lagi. Kalau ada apa-apa, telpon ayah, ya."

Usapan di kepalanya Eldo rasakan sebelum kemudian ayahnya memilih untuk menggendong ibunya yang tertidur di kursi tunggu untuk membawanya pulang.

Jam di pergelangan tangannya sudah menunjukkan pukul sebelas malam dan sudah hampir delapan jam sejak Dokter memindahkan Reynar ke ruang ICU namun bocah itu masih belum sadar dan entah sampai kapan untuk membuka mata.

"Dasar bodoh," umpatnya kesal pada sosok tak berdaya dengan berbagai selang ditubuh.

Eldo ingin sekali memukul kepala Reynar agar otaknya kembali ke tempat semula dan tidak melakukan hal bodoh untuk membunuh dirinya sendiri.

Sebenarnya apa yang Reynar pikirkan hingga percobaan bunuh diri dia lakukan?

Pada akhirnya Eldo tak akan pernah mengerti dengan bagaimana jalan pikiran adik tirinya.

Yang Eldo tak pernah tahu ketika dirinya telah tertidur, kedua kelopak mata yang seharian ini tertutup itu terbuka tepat pada pukul tiga pagi. Hanya menatap pada langit-langit kamar yang begitu asing namun Reynar tahu dia berada di mana.

"Masih hidup, ya?" Tanyanya pada diri sendiri dengan kekehan pelan yang menyimpan luka.

Reynar pikir dia sudah berada di suatu tempat yang telah kakaknya juga Nara singgahi, dia berada di tempat yang tak akan membuat dirinya terluka lagi. Namun semuanya tak seperti yang ia pikirkan, kenyataanya dirinya masih hidup dan Tuhan pun seolah enggan untuk menjemput.

Apakah Tuhan begitu membencinya juga hingga tak pernah membawa dirinya pulang? Percobaan bunuh dirinya selalu gagal dan Tuhan selalu membuatnya hidup dengan rasa bersalah gang menggerogoti juga luka yang semakin melebar.

Reynar ingat, kemarin pagi ketika dirinya terbangun karena mimpi buruknya yang terasa begitu nyata dan tak mendapati Bunda Almira ia dengan rasa cemas dan kepanikan mulai singgah pemuda itu mulai mencari obatnya di dalam tas. Sementara telinganya mulai berdengung menyakitkan setiap ucapan yang ibunya lontarkan mulai menggema di kepala.

Saat itu yang Reynar pikirkan, dia hanya ingin kembali tidur dan berada di tempat yang kakaknya singgahi. Hanya itu.

Hingga ketika dirinya berhasil mendapatkan obatnya yang ayahnya berikan sebelum berangkat kerja Reynar meminumnya. Obat tidur yang baru dia konsumsi lebih dari seminggu itu dia telan lebih dari lima butir hingga akhirnya Reynar merasakan kantuk yang begitu hebat dan rasa pusing di kepala mulai terasa.

Langit-langit kamarnya adalah hal yang Reynar lihat sebelum kelopak mata itu menutup.

"Rey menyerah, Pa. Maaf." Gumamnya pelan seiring dengan napasnya yang mulai terasa sulit dicapai.

Namun kini, dirinya mendapati bahwa dia masih hidup membuatnya ingin tertawa begitu kencang. Apakah Tuhan masih ingin mempermainkan hidupnya lagi? Mengapa Tuhan tak membiarkan dirinya menyerah saja?

"Jangan menyalahi takdir, Rencana Allah adalah yang terbaik buat hamba-Nya."

Satu kalimat yang Nara ucapkan dulu kembali dia ingat.

"Kamu memang anak yang kurang ajar. Pembawa sial, seharusnya aku menggugurkanmu sejak dulu."

Lalu kalimat ibunya yang muncul kembali membuat hatinya terluka seolah-olah belati telah menusuknya begitu dalam.

"Apakah kasih sayang yang Papa berikan masih belum cukup untukmu? Apa yang harus Papa lakukan agar Reynar melupakan Mama? Wanita itu hanya akan menorehkan luka kembali untukmu. Papa masih belum bisa menyembuhkan kamu, Rey, apakah Papa harus melihat wanita itu kembali menyakitimu dan membuat luka baru? Reynar tahu, melihat Reynar terluka itu menyakiti hati Papa karena memang tidak ada seorang ayah yang ingin anaknya terluka."

Dan kini dia kembali menyakiti ayahnya dengan percobaan bunuh diri yang dia lakukan. Ia kembali membuat ayahnya kecewa.

"Iya, benar! Seharusnya lo yang mati dan bukan Nara!"

Lalu ucapan dari kakak tirinya kembali melintas, yang membuatnya sadar alasan dari tatapan benci yang selalu Reynar rasakan ketika Eldo menatapnya adalah karena dirinya telah merebut Nara.

"Nara masih hidup kalau dia nggak merelakan nyawanya untuk seseorang yang ingin membuang-buang nyawanya dengan percuma."

Karena dirinya yang telah membuat Nara pergi selamanya dari sisi Eldo, dan kini dia kembali mencoba untuk membuang nyawanya kembali. Nyawa yang telah Nara berikan dengan merelakan nyawanya sendiri untuk menyelamatkannya yang bahkan tak ingin hidup.

"Lo emang nggak tahu terima kasih, Rey. Dasar bodoh."

Kini rasa bersalah kembali menyelimuti diri akibat kebodohannya sendiri untuk membuang-buang nyawanya dan tak pernah berterima kasih dengan Nara yang merelakan hidupnya untuk dirinya yang tak tahu diri.

Pantas saja Eldo membencinya.

🌱🌱🌱

Bandung, 18 Juli 2021.

REYNAR || Huang Renjun [END ✔️] Where stories live. Discover now