4. Kak El dan Bocah Rese

2.3K 364 10
                                    

Eldo memutar kunci mobilnya, bersiap untuk pergi meninggalkan halaman rumahnya karena Reynar tak kunjung datang dan waktu yang ia berikan sudah terlewat, jadi biarkan saja bocah itu ke sekolah dengan angkutan umum. Eldo tidak peduli.

Namun ketika dia hampir memutar stirnya pintu samping mobilnya terbuka dan Reynar duduk dengan wajah yang terlihat kesal.

"Lo telat lima menit."

"Masa bodoh, cepet jalan."

"CK,"

Eldo mulai menjalankan mobilnya, melirik pada jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Sial, hanya tersisa lima belas menit lagi untuk mereka sampai di sekolah, sedangkan sekolah dan jarak rumah mereka ditempuh dalam waktu setengah jam. Tidak ada cara lain selain berpacu dengan waktu, dan menyalip kendaraan-kendaraan yang mengganggu.

Eldo semakin menambah kecepatan sementara Reynar berteriak agar Eldo memelankan laju mobilnya, kepalanya yang pusing sejak tadi pagi semakin bertambah karena kakak tirinya mengendarai mobil seperti dikejar setan. Sialan. Reynar ingin muntah rasanya, mengeluarkan semua nasi goreng yang ia makan beberapa menit yang lalu.

Hingga ketika mereka telah sampai di area sekolah, Eldo mulai memelankan mobilnya tersenyum miring kala mendapati adik tirinya dengan wajah yang pucat pasi.

"Lo gila," desis Reynar menatap Eldo tajam, "kalau lo pengen mati jangan bawa-bawa gue sialan."

Napas Reynar terengah-engah, jantungnya berdetak kencang kemudian dengan asal dia merampas botol air mineral di dashboard dan meminumnya. Masa bodoh dengan siapa pemilik air mineral itu, dia memerlukan cairan untuk melegalkan tenggorokan yang kering karena terus-menerus berteriak.

"Bukannya lo udah biasa balapan liar," Reynar menoleh menatap Eldo, keningnya berkerut kebingungan dari mana Eldo tahu bahwa dia sering balapan, sedang mereka saja baru mengenal satu sama lain, "jadi seharusnya lo udah terbiasa dengan kecepatan di jalanan."

"Tapi ini mobil."

"Terus apa bedanya mobil sama motor? Sama-sama kendaraan kan?"

"Beda! Karena mobil--" Reynar dengan cepat menghentikan ucapannya ketika tersadar satu hal. Hampir saja dia mengungkapkan sebuah rahasia yang dia sembunyikan selama ini kepada sosok yang baru dia kenal. Lantas kemudian Reynar memilih untuk membuka dan menutup pintu mobil dengan kasar, tanpa melanjutkan ucapannya Reynar memilih untuk berjalan meninggalkan area parkir menuju kelasnya. Meninggalkan Eldo yang hanya mampu menatap punggungnya dengan berbagai pertanyaan yang berseliweran di kepala.

Sebenarnya apa yang salah dengan mobil sih?

🌱🌱🌱

Reynar mencuci wajahnya kasar, menunduk dan membiarkan tetesan air itu mengalir dan terjatuh, kedua tangannya mencengkram erat pinggiran wastafel hingga buku-buku jari itu memerah.

"Ma, berhenti, Rey takut."

Anak lelaki itu hanya bisa berpegangan pada sabuk pengaman dengan erat, air matanya menetes namun isakan-isakan kecil itu tak dihiraukan oleh wanita paruh baya yang sedang mengemudikan mobilnya. Laju mobil semakin cepat membelah jalanan, sementara seorang anak balita itu hanya mampu menangis dan memohon.

"Ma, berhenti Rey--"

"DIAM."

Wanita itu menoleh barang sedetik lantas kembali berfokus ke jalanan, sementara bocah lelaki berusia enam tahun itu terdiam. Benar-benar diam seperti patung. Tak ada isakan, tak ada gerakan. Bentakan itu membuat ketakutannya bertambah hingga berpikir jika ia bergerak atau bersuara wanita itu akan membuangnya di jalanan seperti dulu. Sepanjang jalan menahan ketakutannya sendirian hingga ketika sebuah motor melintas dan ibunya menghentikan mobil secara mendadak tubuh itu terhuyung ke depan dan kepala membentur dashboard mobil.

REYNAR || Huang Renjun [END ✔️] Where stories live. Discover now