30. Akhir Tak Bahagia [Epilog]

3.1K 298 50
                                    

Baru satu mingguan yang lalu Eldo kehilangan kakeknya, namun kini Tuhan juga membuatnya kehilangan adik tirinya. Waktu terasa begitu cepat, namun Reynar sudah kembali pulang kepangkuan Tuhan.

Eldo bahkan belum benar-benar mengenal Reynar, belum mengerti bagaimana sosok adiknya, namun mengapa Tuhan sudah mengambilnya.

Bahkan kematiannya pun terasa begitu mendadak. Terakhir kali Eldo melihatnya adalah ketika Reynar kembali tidur setelah mengatakan semuanya, tetapi ia tak akan pernah tahu bahwa itu adalah terakhir kali dirinya memandang wajah Reynar, mendengar suara dan menatap kedua bola mata adiknya.

Kabar kematian Reynar begitu tiba-tiba, bahkan tak ada yang pernah berpikir bahwa malam itu mereka akan kehilangan Reynar.

Hujan masih saja turun begitu deras setelah mereka pulang dari pemakaman Reynar.

Eldo berdiam diri di kamarnya, memandang foto Reynar dan dirinya yang tengah tersenyum.

Foto pertama yang diabadikan ibunya meski saat itu mereka berdua masih tak dekat. Meski senyum keduanya tertarik paksa.

"Lo udah bahagia kan sekarang?"

Eldo masih belum bisa untuk mengikhlaskan karena ia merasa belum bisa menjaga Reynar sepenuhnya, belum bisa membuat adik tirinya bahagia, belum bisa memberikan apa pun untu adiknya. Bahkan ia tak pernah yakin bahwa tugasnya sebagia kakak sudah benar.

"Teryata benar ya, selalu ada kata selamat dalam sebuah perpisahan. Namun Reynar, lo bahkan tidak mengucapkan satu kata sedikitpun bahkan ucapan selamat tinggal."

Bahkan di sisa akhir hidup Reynar, adiknya belum mencecap kasih sayang ibunya. Bahkan Eldo tak tahu siapa ibu kandung Reynar karena wanita itu bahkan tak datang kepemakamannya.

Namun hidup harus terus berlanjut, pertemuan memang selalu berakhir perpisahan dan mengikhlaskan adalah hal yang sulit dilakukan.

Kata kematian mungkin begitu menakutkan namun mau tidak mau kita akan terus mendengar dan melihat bagaimana tubuh seseorang yang disayang mulai terpendam dalam tanah.

"Selamat tinggal, Rey."

Suara tangis bunda masih terdengar, wanita itu masih belum bisa merelakan Reynar. Tentu, memang siap yang siap dengan kehilangan dan perpisahan. Tidak ada.

🌱🌱🌱

Sementara itu ketika waktu telah menjelang sore dan hujan mulai reda meski masih menyisakan gerimis kecil, wanita itu berdiri pada sebuah makam yang masih baru dengan bunga segar di atasnya. Kaca mata yang ia kenakan menyembunyikan kedua mata yang kini menampilkan sorot yang beda meski wajah itu begitu datar.

"Ternyata benar, kamu tidak menemui saya lagi."

Masih teringat jelas bagaimana sosok remaja lelaki berdiri di depan mobilnya ketika dirinya hendak pulang saat berada di butik miliknya.

Lelaki itu begitu kurus, dan ketika ia meneliti wajahnya pun begitu tirus dengan kedua mata yang begitu sayu.

"Ada apa?"

Dapat Rena lihat anak lelaki itu menggigit bibirnya, memejamkan mata, sebelum kemudian memandangnya dengan begitu tegas dan berani.

"Ma, boleh Reynar minta pelukan?"

Hingga satu kata itu terucap dari bibir itu membuat Rena terdiam. Mulutnya terbuka hendak berbicara namun Reynar kembali berbicara.

"Sekali saja, setelah itu Rey janji tidak akan pernah menemui Mama lagi."

Dan ketika dirinya belum menjawab dapat Rena rasakan kedua tangan yang telah melingkari tubuhnya. Mendekapnya begitu erat sementara wajah Reynar kini terbenam di bahu.

"Tubuh Mama hangat, Rey suka."

Rena hanya diam tanpa membalas dan tetap membiarkan tubuhnya.

"Ma, tolong peluk Reynar untuk terakhir kalinya sebelum Rey pergi." Rey mohon."

Dan ketika permintaan itu terucap begitu lirih, Rena mulai mengangkat tangannya perlahan memeluknya untuk sepersekian detik kemudian mendorong tubuh Reynar agar terlepas dari tubuhnya.

"Sudah cukup, sekarang pergilah dan jangan pernah menemui ku lagi."

Kedua sudut bibir Reynar tertarik membentuk senyuman menatap wajah ibunya begitu lekat.

"Terima kasih. Rey janji ini terakhir kalinya Mama melihat Reynar."

Tanpa mengucapkan apapun, Rena memilih untuk memasuki mobil dan pergi meninggalkan Reynar tanpa pernah tahu bahwa Reynar tidak baik-baik saja. Ada luka di sekujur tubuhnya akibat dirinya yang kembali melukai diri sendiri melampiaskan segalanya.

Dan Rena tak pernah tahu bahwa itu adalah permintaan terakhir Reynar dan juga menjadi akhir dirinya melihat, mendengar, dan merasakan pelukan terakhir dari putra bungsunya.

"Maaf, karena sampai saat ini saya masih belum bisa menerima kamu di hidup saya."

🌱🌱🌱

Bandung, 31 Juli 2021.

REYNAR || Huang Renjun [END ✔️] Where stories live. Discover now