28. Balapan Berujung Celaka

1.9K 258 6
                                    

Kedua bola matanya mengerjap perlahan sebelum akhirnya terbuka, pandangannya langsung tertuju pada langit-langit kamar yang melukiskan keindahan langit malam yang tak asing baginya. Dengan perlahan Reynar mendudukkan dirinya bersandar pada kepala ranjang yang membuatnya meringis pelan merasakan perih pada punggungnya ketika dirinya bergerak lantas terkekeh pelan ketika mengingat bahwa ada luka garis memanjang yang menghiasi punggungnya juga beberapa lebam di tubuhnya.

Ia kembali melukai dirinya sendiri.

Reynar tak ingat apa yang terjadi setelah percakapannya dengan Eldo hingga dirinya terbangun dalam keadaan penuh luka.

Menghela napas perlahan Reynar memilih untuk beranjak menuju kamar mandi, kemudian mencoba melihat seberapa parah luka yang ada di tubuhnya melalui cermin di dalam kamar mandi.

"Luka baru lagi... tch," gumamnya seraya tersenyum miris kemudian memilih untuk segera mandi dan memakai kaos hitam pun jaket kulitnya tanpa berniat untuk membersihkan darah yang mengotori punggungnya juga kaos hitam yang dipakainya sebelum seragam sekolah.

Membiarkan luka itu tanpa ingin mengobati, karena Reynar pikir luka itu akan kering dengan sendirinya tanpa harus repot-repot untuk membersihkannya dan dibalut perban meski mungkin akan berakibat fatal karena adanya infeksi.

Reynar sudah terbiasa akan luka yang menghiasi tubuhnya.

Selalu berteman dengan luka membuat fisiknya mulai terbiasa meski akan merasa sakit juga ketika tak diobati, lalu bagaimana dengan hati yang perlahan-lahan mulai retak karena selalu dipatahkan oleh kekecewaan? Apakah bisa kembali seperti semula?

Bahkan Reynar tak akan pernah tahu bagaimana hatinya saat ini karena terlalu sering dipatahkan.

🌱🌱🌱

Suara motor yang saling beradu selalu meramaikan suasana jalanan di malam itu, Reynar menoleh lantas tersenyum meremehkan begitupun sosok pemuda di sampingnya.

Tanpa sepengetahuan ayahnya Reynar berhasil mencuri motornya yang tersimpan di garasi, berhasil keluar diam-diam untuk mengikuti balapan.

Malam ini, Reynar ingin melampiaskan semuanya. Kepada angin yang menerpa tubuhnya ketika motor yang ia kendarai melaju kencang. Menantang malaikat dan berharap malaikat akan menjemputnya, karena dirinya telah muak untuk hidup.

"Cih, bocah ingusan kayak lo itu seharusnya diam di rumah untuk belajar bukan balapan."

Ucapan itu terlontar dari salah satu rivalnya dalam dunia balapan.

"Dan seharusnya lo juga di rumah ngerjain skripsi bukannya ikut balapan," balas Reynar tak mau kalah yang menuai dengusan kesal dari Mahesa.

"Lihat saja, gue yakin lo pasti akan kalah juga dan akan menangis seperti nya."

"Kita lihat aja nanti."

Reynar menutup kaca helmnya dan mulai bersiap-siap ketika hitungan mundur mulai terdengar dan bendera dijatuhkan. Kini kedua motor ninja itu melesat begitu cepat. Saling mendahului satu sama lain tak ingin kalah. Jalanan yang lengang memudahkan keduanya untuk semakin melaju menantang angin yang berhembus begitu kencang juga udara malam yang membekukan.

Reynar menoleh ke belakang ketika berhasil mendahului Mahesa kemudian mengacungkan jari tengahnya membuat Mahesa mendengus lantas semakin memutar gasnya menambah kecepatan mengejar Reynar.

"Akan gue tunjukin siapa yang seharusnya di rumah," ucapnya semakin menambah kecepatan.

Motor keduanya kini berdampingan, Mahesa berhasil mengejar Reynar meski kini harus saling mendahului satu sama lain, Reynar yang tak pernah mau dikalahkan oleh rivalnya yang begitu menyebalkan mulai menambah kecepatan agar bisa mendahulukan Mahesa.

Namun ketika dirinya berhasil mendahului Mahesa, secara tiba-tiba sebuah mobil sedan datang dari arah berlawanan tepat ketika berada di tikungan membuat Reynar memutar setir ke kiri untuk menghindar namun membuat motornya oleng dan menyebabkannya terjatuh, terseret beberapa meter bersama motornya.

Sementara Mahesa yang melihat kejadian tepat di depan matanya menghentikan motornya.

Ia melihat mobil yang barusan menabrak Reynar tak menghentikan lajunya dan terus berjalan.

"WOY BERHENTI LO. TANGGUNG JAWAB WOY, JANGAN KABUR."

Ia berteriak namun tak dihiraukan, kepalanya mengingat nomor plat mobil untuk bisa ia oermintai tanggung jawab akan kecelakaan yang menimpa Reynar.

Meski mereka berdua rival dalam dunia balap, namun tetap saja rasa kemanusiaan itu ada dalam dirinya ketika melihat orang lain menjadi korban tabrak lari.

Dengan segera Mahesa memeriksa kondisi Reynar.

Melepaskan helm di kepala rivalnya dan dapat dirinya lihat kini, kepala itu sudah dialiri darah sementara kedua matanya terpejam erat.

"Sial, Reynar bangun."

Ia guncang tubuh itu namun tak ada pergerakan. Bahkan detak jantungnya kian melemah.

"Jangan mati, bego."

🌱🌱🌱

Mahesa mengenal Reynar sudah lama, tepatnya satu tahun lalu di arena balapan liar dan usia Reynar saat itu masih lima belas tahun. Usia di mana seharusnya Reynar belajar bukan balapan, membuat Mahesa bertanya-tanya memangnya sehebat apa Reynar hingga semua orang di arena balap mengenalnya layaknya bocah kekanakkan itu penguasa jalanan. Hingga ia tahu ketika mereka berdua saling beradu kecepatan pada jalanan yang kosong tepat jam sebelas malam, Reynar memang begitu hebat menguasai jalanan dan Mahesa benci dikalahkan oleh bocah lelaki itu.

Dengan segera dia menggendong Reynar, menaruhnya di atas motor dan melingkarkan tangan Reynar di pinggangnya.

"Bertahanlah, kita ke rumah sakit sekarang."

Dengan kecepatan penuh Mahesa melintasi jalanan kota Seoul yang tak pernah sepi, menyalip satu persatu mobil yang menghambat jalannya meski hanya menyetir dengan satu tangan karena tangan lainnya menggenggam erat tangan Reynar agar tak terjatuh. Sesekali matanya melirik pada kaca spion untuk mengetahui kondisi Reynar yang kini menyadarkan kepalanya di bahunya.

Aroma obat-obatan yang menusuk hidung tercium ketika Mahesa menunggu Reynar di UGD. Sudah dua jam, namun Dokter tak juga kunjung ke luar membuat Mahesa tanpa sadar menggigit bibirnya resah.

"Lo tahu kenapa gue ikut balapan padahal usia gue belum legal?"

Mahesa terdiam. Menatap kedua bola mata Reynar, ada begitu banyak luka yang ia dapati di sana dan entah mengapa hatinya begitu sakit.

"Karena gue pengen mati. Gue ingin menjemput kematian dan berharap agar Tuhan segera mengambil nyawa gue."

Namun bisakah Tuhan tidak mengabulkan permintaan Reynar dan tak mengambil Reynar sebelum ia bisa memperbaiki hubungan keduanya menjadi lebih dekat? Mungkin menjadi teman adalah pilihan yang bagus.

Bisakah Tuhan mengabulkan permintaannya saja agar Reynar tetap hidup dan mau berdamai dengan dirinya?

"Tuhan aku tak pernah meminta apapun, namun kali ini aku memohon tolong jangan mengambil Reynar, dan biarkan Reynar hidup."

Mahesa tidak tahu bagaimana hidup Reynar selama ini hingga anak itu ingin menjemput kematian dengan balapan, ia tak tahu sehancur apa hidup Reynar hingga melampiaskannya dalam dunia balap.

Malam ini adalah untuk pertama kalinya dirinya kembali beradu kecepatan dijalankan bersama Reynar setelah tak mendapati Reynar di arena hampir dua bulan lebih.

Namun apakah malam ini adalah malam terakhir dirinya dan Reynar balapan? Mengingat bagaimana kepala Reynar yang terluka parah dan juga beberapa luka ditubuhnya akibat bergesekan dengan aspal.

"Jangan nyerah Rey,"

🌱🌱🌱

Bandung, 29 Juli 2021.

REYNAR || Huang Renjun [END ✔️] Where stories live. Discover now