The Obsessed-[12]

34.2K 1.8K 321
                                    

Bel pulang sudah berbunyi sejak lima menit lalu. Namun sepertinya pak Nandi selaku guru fisika seakan enggan untuk meninggalkan kelas X IPA 6, ia terus saja menjelaskan tentang materi dan memberi beberapa soal.

Semua anak X IPA 6 seakan sudah lelah dengan pelajaran fisika ini, semua lesuh, bahkan sudah ada yang tertidur lelap.

Tiba-tiba pintu terbuka dan menampilkan sosok Xion yang berdiri di depan pintu sembari menatap tajam pak Nandi.

"Apakah anda tuli? Bel sudah berbunyi sedari tadi, tapi kenapa anda masih mengajar?"

Semua orang tampak terdiam terpaku melihat Xion yang berbicara dengan dingin.

"Baik anak-anak nanti kita lanjutkan sekarang kalian boleh pulang"

Semua nampak menghembuskan nafasnya dengan lega, akhirnya penderitaan mereka sedikit berkurang.

"Tidak perlu di lanjutkan! Anda saya pecat, saya sudah urus surat mutasi anda. Silahkan bereskan barang-barang anda!"

Semua nampak kaget dengan pernyataan Xion barusan. Pak Nandi yang sedang membereskan peralatannya pun kini terhenti lalu menatap Xion.

"Sa-saya minta maaf, tolong jangan mutasi saya" ucap pak Nandi dengan memohon.

"Silahkan anda tinggalkan kelas ini dan tinggalkan sekolah ini!"

"Ta-tapi saya mohon nak"

"Apa anda ingin kehilangan pekerjaan anda selamanya?"

"Ti-tidak i-iya saya akan pergi"

Pak Nanfi dengan tergesa langsung meninggalakan kelas X IPA 6.

Xion kini menghampiri Dinda, lalu duduk di sebelah Dinda, sedangkan Dinda kini tengah sibuk memebereskan barang-barannya.

Dinda menatap Xion, ia tidak ingin terlalu ikut campur dengan urusan Xion.

"Xion, ayok pulang" ucap Dinda.

Xion menatap Dinda lalu mengangguk. Ia berdiri tepat di sebelah Dinda. Namun ada yang aneh, Xion tidak merangkul Dinda, Xion malah sibuk dengan ponselnya sedangkan Dinda kini fokus pada jalan yang ada di hadapannya.

Mereka telah sampai di parkiran, Xion membukakan kursi penumpang untuk Dinda.

"Makasih"

Xion langsung menyusul Dinda untuk masuk mobil. Xion langsung mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, tidak ada percakapan diantara keduanya, hal itu membuat Dinda bingung.

"Xion" ucap Dinda.

Xion hanya menatap lalu fokus kembali ke jalan.

"Xion gak sakit kan?"

"Enggak"

"Oh"

Mereka telah sampai di rumah, Xion langsung memasukan mobilnya ke dalam garasi. Dinda langsung berjalan menuju kamar di susul oleh Xion yang berada di belekangnya dan masih fokus dengan ponselnya.

Dinda langsung mengganti bajunya, dan ia langsung merebahkan dirinya di atas kasur. Xion yang melihat itu langsung mendekat, ia membelai rambut Dinda lalu mengecup kening Dinda.

"Kamu tidur ya"

"Iya"

Dinda langsung menutup matanya, Xion tahu bahwa Dinda belum tertidur, ia menepuk-nepuk pelan pantat Dinda seperti menidurkan seorang bayi.

Setelah terdengar dengkuran halus, Xion langsung tersenyum menyeringai.

"Aku tahu apa yang kamu lakukan di belakangku Dinda! Anak baru itu kan yang mrmakan habis makanannya? Sekarang kamu istirahat dulu, aku sudah menyiapkan hukuman setimpal untukmu!"

***

Xion menggoyangkan pelan bahu Dinda.

"Dinda udah sore, Dinda bangun sayang"

Dinda mengerjapkan matanya, ia kaget melihat Xion dengan setelan rapi.

"Dinda mandi gih"

Dinda langsung menuju kamar mandi lalu segera mandi.

Setelah selesai, Xion langsung memberi dress merah mencolok untuk di kenakan Dinda.

"Xion kenapa Dinda pakai baju gini? Emang kita mau kemana?"

"Dinner maybe"

Dinda tidak banyak berbicara ia langsung mengambil dress itu dan memakainya, dress itu sangat pas di tubuh Dinda.

Xion segera menggandeng tangan Dinda menuju halaman belakang, Dinda kaget karena Xion menyiapkan semuanya dari mulai dekorasi, sampai makanan.

Terdapat banyak sekali makanan yang tersaji di atas meja.

"Xion nanti siapa yang bakal abisin ini?"

Xion menatap Dinda, lalu mendekatkan wajahnya ke telinga Dinda.

"Ya Dinda lah"

"Hah?!"

Xion mendudukan Dinda di kursi, lalu menyentuh bahu Dinda yang terekspos.

"Xion tahu, bukan Dinda yang habisin makanannya, tapi murid baru itu kan?"

Jantung Dinda berdetak dengan cepat, ia tidak menyangka bahwa Xion akan mengetahui hal itu, bukankah Braga telah mengatakan bahwa CCTV di kelas sudah tidak berfungsi? Tapi mengapa Xion mengetahui itu.

"Dan Dinda tahu apa yang membuat Xion sangat marah? Yaitu. Dinda terlihat senang ketika membohongi Xion"

"Xi-xion"

Xion menaruh jari telunjuknya di bibir Dinda.

"Sekarang mulut Dinda cuman bisa di pakai buat makan, bukan untuk berbicara! Dinda ngerti?!"

"Sekarang Dinda buka mulutnya"

Dinda dengan ragu membuka mulutnya, Xion menyuapi beberapa makanan ke mulut Dinda.

Dinda dengan pelan mengunyah makanan itu, air matanya sudah siap meluncur dengan deras.

Satu tetes air matanya kini mengenai pipi Dinda, Xion menghapusnya.

"Gak baik, kalau makan sambil nangis"

Xion terus menyuapi Dinda tanpa henti.

"Xion udah, Dinda udah kenyang"

"No, no, no! Kami belum habisin semuanya"

"Xion!"

"Apa?"

Xion menjambak rambut Dinda lalu, mengcengkram pipi Dinda dan memasukan beberapa makanan.

"Dinda harus habisin ini semua! Ini hukuman buat Dinda! Ngerti!"

"Xi-xion Dinda mohon, Dinda udah udah kenyang"

"Sebelum Xion puas Dinda gak boleh berhenti!"










Tbc...
Bagaimana dengan part ini?

Xion kesayangan kita sudah kembali:)

Ada yang mau di sampaikan untuk

Xion?
Dinda?
Atau aku?

Sorry for the typo's

Jangan lupa vote, komen, dan share luv you💜💜💜

Daydip,
2021.

The Obsessed [21+]Where stories live. Discover now