The Obsessed-[18].

33.3K 1.4K 156
                                    

Author note's:
Di part 17, kan Xion matahin kaki si Dinda itu maksudnya, tulang pergelangan kakinya ya, bukan kaki si Dinda dibuntungin.

Happy Reading
.
.
.

Dinda kini hanya bisa terbaring tak berdaya di atas kasur, butuh beberapa hari, bahkan berminggu-minggu untuk menyembuhkan kakinya.

Rasa kecewanya terhadap Xion sudah mencapai puncaknya, Dinda seakan mati rasa dengan perasaannya sendiri, seperti ada penghalang antara dirinya dan juga perasaannya.

Dinda berusaha untuk terduduk, lalu meraih kursi roda yang berada di samping tempat tidurnya.

Dinda kini terduduk di kursi roda itu, berusaha mendorong kursi roda itu, ia menatap segerombol anak kecil yang sedang bermain di kompleks perumahan itu melalui jendela yang dipasangi tralis.

Dinda tersenyum hambar, lalu menangis dadanya kembali sakit, jika dulu ia tidak dititipkan di panti mungkin ini tidak akan pernah terjadi.

Ia ingat kapan terakhir ia bisa tertawa dengan lepas. Yaitu sebelum ia mengenal Xion.

Pelukan hangat kini dirasakan oleh Dinda, orang itu terisak di bahu Dinda.

"Maaf" lirih Reva yang kini sedang terisak.

Dinda menatap Reva yang sedang terisak.

"Kalau mommy gak ajak kamu ke dokter kandungan ini gak akan terjadi"

"Mommy gak salah, Dinda yang salah. Kalau Dinda mau punya anak dari Xion ini pasti gak akan terjadi"

"Iya, Dinda harus punya anak dari Xion kan My? Dengan gitu Xion pasti bakal sayang sama Dinda, Xion gak akan ngelakuin hal keji lagi kan? Xion pasti bakal sayang sama Dinda, terus sayang juga sama anak Dinda, iya kan? Iya kan My?" Ucap Dinda sembari terisak.

Reva semakin merasakan sakit di dadanya, Dinda mengalami depresi atas apa yang terjadi kepadanya.

Kini Dinda sedang tersenyum, lalu membelai tangan Reva.

"Sebentar lagi mommy, bakal punya cucu. Jadi nanti rumah ini rame" ucap Dinda dengan antusias.

Reva menggeleng.

"Mommy gak mau punya cucu? Kok gitu?"

Reva mengusap air matanya.

"Dinda masih kecil, belum saatnya Dinda punya anak ya"

"Tapi Xion udah mau jadi ayah my"

Reva menggeleng lagi.

"Engga sayang belum boleh, rahim kamu belum kuat"

Dinda menggeleng. "Enggak my, pokoknya Dinda mau punya anak dari Xion, biar Xion sayang sama Dinda"

"Sekarang Dinda mau mandi, terus pake baju sexy, biar Xion tambah sayang sama Dinda"

"Ah, handphone Dinda mana? Dinda mau kirim foto sexy ke Xion, biar Xion seneng. Kan... Dinda jalangnya Xion" ucap Dinda melemah.

Reva memeluk Dinda, lalu menggeleng.

"Jangan lakuin itu! Mommy mohon"

***

Braga menatap bangku kosong yang di tempati oleh Dinda, sudah memasuki jam istirahat. Namun tidak ada tanda-tanda bahwa Dinda akan masuk sekolah.

"Dinda gak sekolah, tadi gue liat Xion turun dari mobil sendirian" ucap Rian yang tahu isi pikiran Braga.

Braga menatap Rian, lalu mengangguk.

"Dia emang sering gak sekolah?"

Rian mengangguk.

"Sering sih, dalam sebulan bisa beberapa kali dia gak masuk"

"Dia gak di keluarin?"

"Lo tau sekolah ini milik keluarga Xion, dan Dinda tahanannya Xion, ya siapa yang berani ngeluarin Dinda, kalau bukan dari pihak Xion sendiri yang ngeluarin Dinda"

Braga hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Gue mau ke kantin, Lo mau nitip?" Ucap Braga sembari berdiri.

Rian menggeleng. "Gak, gue nanti aja bareng pacar gue"

"Oh oke, gue duluan"

Braga keluar dari kelas menuju kantin, saat di perjalan menuju kantin, ia berpapasan dengan Xion. Braga merogoh sakunya lalu menemukan sebuah bolpoin.

Saat Xion sudah berada di dekatnya ia dengan sengaja menjatuhkan bolpoin itu, dan langsung memungutnya, otomatis langkah Xion harus terhenti karena ada Braga yang memungut bolpoin.

"Eh, sorry gue ganggu jalan Lo" ucap Braga kepada Xion.

Xion seakan tidak peduli, lalu kembali melangkahkan kakinya. Namun baru beberapa langkah ia kembali terhenti saat Braga memegang bahunya.

"Sombong amat, mentang-mentang anak pemilik sekolah, gue tadi minta maaf harusnya Lo jawab kek atau apa gitu"

Xion memegang tangan Braga lalu menghempasnya.

"Ish kasar banget"

"Lo ada masalah sama gue?" Tanya Xion dengan dingin.

"Enggak ada sih, gue cuman mau nanya kabar Dinda aja"

"Apa urusannya sama Lo?"

"Dinda temen sekelas gue, wajar gak sih gue nanya kabar dia? Lagian juga dia gak masuk kan"

"Temen Dinda yang lain aja, gak ada yang nanyain kenapa Lo sebegitu pedulinya?"

"Karena gue tau tabiat psychopath kayak Lo gimana"

"Kalau Lo tau, kenapa Lo malah menjerumuskan Dinda ke dalam siksaan gue? Lo tau apa yang bakal gue perbuat ke Dinda, tapi Lo adalah sosok yang membuat Dinda dalam hukuman gue"

Braga terdiam.

"Kalau Lo mau tau gimana keadaan Dinda, Lo tunggu aja besok, gue bakal bawa dia ke sekolah"

"Oh ya Dan satu lagi, semoga setelah Lo ketemu Dinda Lo bisa introspeksi diri Lo agar gak ikut campur sama urusan gue dan Dinda".






















Tbc...

Mari kita tenangkan diri setelah part kemarin wkwk

Aku kalau ada diposisi Dinda, pasti bakal depresi juga sih, gimana kalau kalian?

Jangan lupa, di vote, comment Dan share ya 💜

See you in the next part 👋👋💜💜💜

2021,
Daydip.

The Obsessed [21+]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu