CHAPTER 3 : MONACHOPSIS

917 144 25
                                    


Seulgi menjeblakkan pintu ruang tangga darurat dan menarik Hoseok kesana.

"Jelaskan Sunbae!" Seulgi menghempaskan Hoseok ke dinding, "Kenapa aku yang harus kesana??"

Hoseok mengaduh karena punggungnya cukup keras membentur dinding. Memang dasar beruang. Tenaganya kuat sekali. Ia hendak bergerak menjauh tetapi Seulgi meletakkan tangannya di sebelah kepala Hoseok, mendesak pria yang setahun lebih tua darinya itu.

Hoseok memiringkan wajahnya, menghindari wajah Seulgi yang mendekat. Posisi mereka saat ini romantis? Tidak sama sekali. Hoseok sebal karena ia bisa terintimidasi oleh juniornya sendiri. Wanita pula. Dan kabarnya baru patah hati. Harusnya orang baru dicampakkan tidak bisa seagresif ini bukan?

"Sunbae sudah tau keadaanku! Bagaimana mungkin aku bisa melakukan tugas itu!" Mata Seulgi memicing.

Hoseok melipir kesamping, menghindar dari kungkungan Seulgi. Dia harus menyelamatkan harga dirinya, "kau tau sendiri bagaimana Kim Timjangnim Seul."

"Tapi tidak harus aku Sunbae! Jisoo atau Yerim bisa kesana! Atau kau! Kau saja yang kesana!"

Hoseok menghela nafas, "aku harus disini untuk menyunting naskah jilid dua, memperbaiki endingnya, menutup plot hole. Untuk plan B jika perjalanan Jeju ini tidak berhasil. Jisoo akan mengambil alih 'Tali Takdir' dan Yerim juga punya pekerjaannya sendiri. Hanya kau yang bisa melakukan perjalanan ini."

"Tapi kan ... aku..."

"Sedang patah hati?" Potong Hoseok, ia menatap Seulgi dan Seulgi menciut. Seniornya itu menatapnya tajam dan itu membuat Seulgi sadar alasan kenapa Kim Namjoon begitu memercayai Jung Hoseok, "Professional lah Seulgi."

Seulgi mundur, selalu segan jika Hoseok sudah memunculkan dirinya yang seperti itu. Sisi yang serius, yang berbeda dari sosoknya yang selalu bertingkah konyol bersamanya, Jisoo dan Yerim.

"Bagaimanapun, kau masih terikat dengan pekerjaanmu disini. Dan kau sudah mengambil waktu empat hari untuk menenangkan dirimu. Masih belum cukup? Berapa lama lagi? Apa kami harus memaklumimu? Apa pekerjaanmu yang harus menunggu sampai kau membaik?" Tanya Hoseok tajam, "aku, Jisoo dan Yerim mengerti, memaklumi. Tapi kuberitahu, Timjangnim tidak peduli apakah kau baru dicampakkan atau baru jatuh cinta. Perusahaan tidak peduli jika hatimu sedang hancur! Yang mereka pedulikan adalah, Min Jagganim menghilang dan kita harus menemukannya untuk menyelamatkan omset miliaran won!"

Seulgi menunduk. Ia tau Hoseok benar. Ia sudah bertindak sangat tidak bertanggung jawab. Sudah bersikap seenaknya, mengasihani dirnya dan meminta orang lain untuk memakluminya juga.

"Maafkan aku, tapi tidak ada cara lain. Kau tau kau tidak bisa menyerahkan surat izin tidak masuk dengan alasan sakit karena patah hati." Hoseok menghela nafas, "alasan itu tidak bisa diterima, Seul."

Seulgi menggerutu. Tapi rasanya ia sudah pasrah. Sepertinya ia memang harus melakukannya. Perjalanan ini.

Hoseok menepuk lengan Seulgi lembut, melihat bahwa Seulgi sudah melunak, "anggap saja ini sebagai liburan. Perjalanan ini harus kau manfaatkan. Bersenang senanglah Seulgi!" Hoseok tersenyum.

Seulgi mendelik, bagaimana ia bisa bersenang senang? Ia sedang patah hati lalu harus mencari seorang penulis yang seenaknya sendiri.


Perjalanan ini akan jadi sangat menyebalkan.



*



Jimin berjalan mengendap endap masuk ke rumah keluarganya. Menyadari bahwa ayahnya belum berangkat ke kantor karena mobilnya masih ada dan siap digunakan. Jantungnya hampir mencelos ketika Ibunya keluar dari ruang makan dan bertatap mata dengannya. Ia segera keluar lagi dan bersembunyi di bagian samping rumah karena tau ayahnya ada di belakang ibunya.

PERJALANAN PATAH HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang