CHAPTER 10 : ELIPSISM

1K 139 36
                                    


Tidak bisa berfikir. Otaknya macet.


Jimin meraih tangan Seulgi, menaruhnya di pundaknya sementara tangan Jimin menyentuh tengkuk Seulgi, memperdalam ciumannya.


Tidak bisa bernafas. Jimin merenggut semua nafasnya.



Tapi Seulgi ... menikmatinya.



Bagaimana rasa pahit dan manis dari martini yang sebelumnya Jimin minum bisa Seulgi sesap juga. Atau ketika lidah Jimin menerobos masuk, panas di dalam mulutnya. Atau ketika ia mendengar geraman rendah Jimin diantara semua hingar bingar ini. Seulgi menikmati semuanya.


Betapapun salahnya ini.



"Get a room please!"


Jimin menggeram lagi, "shut your fucking mouth!" Balasnya pada siapapun yang menggerutu tadi.

Tapi hal itu membuat mata Seulgi terbuka dan ia menolehkan wajah ke samping. Membuat bibir Jimin menyapu rahangnya.

Tangan Jimin yang berada di tengkuk Seulgi berpindah memegang dagunya, memaksa wajah Seulgi kembali menghadap padanya, mencari bibirnya lagi. Tapi Seulgi menyurukkan wajahnya pada dada Jimin. Menghindar.

"Jangan Jimin." Bisik Seulgi, pelan tapi Jimin dapat mendengarnya. Ia memeluk Jimin erat.

Jimin mengertakkan giginya. Menjatuhkan kepalanya pada rambut Seulgi. Begitu dekat, ia dan Seulgi begitu dekat tetapi seperti dihalangi sesuatu yang kokoh. Yaitu keraguannya sendiri. Keraguan Seulgi. Keadaan rumit diantara mereka.


Sekali lagi, ia disadarkan bahwa Seulgi adalah gadis yang baru dikenalnya selama tiga hari sementara ia memiliki cinta tidak berbalas yang sudah berlangsung selama tujuh tahun lamanya.


Setelah beberapa saat menenangkan diri untuk meredam gairah yang meledak ledak, tangan Jimin turun ke bawah, mencari jemari Seulgi dan mengaitkannya, "ayo pulang."

Menunduk, Seulgi mengangguk, lalu mengikuti Jimin untuk pergi dari situ. Berhenti untuk mengambil mantel Seulgi. Jimin membantu Seulgi mengancingkan mantel dan memasangkan syalnya. Dan Jimin menatap Seulgi. Gadis itu terlihat kacau dan ia adalah alasannya.

Jimin mengusap bibir Seulgi dengan ibu jarinya, melihat sedikit luka disana karena ulahnya. Dan Jimin menyesal.

"Aku minta maaf."

Seulgi mengangguk. Tidak menatap Jimin, "mari kita lupakan saja Jimin. Kalau tidak, mari kita berpisah disini, aku akan mengurus urusanku sendiri, kau tidak perlu terlibat lagi."

Punggung Jimin menjadi dingin hanya dengan membayangkan Seulgi meninggalkannya dalam keadaan seperti ini, disaat ia masih terjebak ditengah tengah perasaannya.

"Tidak. Aku minta maaf. Aku akan melupakan kejadian tadi."

Perlahan, Seulgi mengangkat wajahnya dan pandangannya bertemu dengan Jimin.

"Tidak akan terjadi lagi?" Tanya Seulgi.

"Tidak akan terjadi lagi." Jimin mengiyakan.


PERJALANAN PATAH HATIDove le storie prendono vita. Scoprilo ora