CHAPTER 4 : LIBEROSIS

913 135 14
                                    


Seulgi menahan diri agar tidak mengerang ketika tangan dingin dokter memutar ankle kirinya perlahan.

"Apa perlu di rontgen dokter? Jatuhnya cukup keras. Saya takut ada yang patah."

Seulgi menoleh pada lelaki pirang itu. Yang menabraknya. Yang juga teman seperjalanannya di pesawat. Sungguh kebetulan yang menyebalkan.

"Tidak. Ini hanya terkilir. Tidak ada yang patah." Jawab sang dokter. Meletakkan kembali kaki Seulgi dengan lembut.

"Dokter yakin? Memarnyanya mengerikan sekali."

Dokter tersenyum pada pria itu, yang justru lebih cerewet daripada Seulgi sendiri, "hanya perlu kompres dan dioleskan salep saja." Ia menoleh pada Seulgi, "saya akan membebatnya ya, usahakan agar tidak terlalu banyak bergerak."

Seulgi mengangguk. Menahan nafas ketika dokter mulai membalut ankle nya. Sementara si pria pirang berdiri tegak di belakang dokter, mengawasi. Raut wajahnya terlihat cemas. Berbeda dengan kesan murung dan dingin seperti ketika mereka di dalam pesawat.


Dan jujur saja, itu terlihat lebih baik di wajahnya. Karena Seulgi bisa melihatnya, bahwa lelaki ini tampan.


Ia berjengit, merasakan nyeri yang tajam di kakinya. Bibirnya mendesis. Bagus. Rasa sakit ini nyata, bukan seperti sakit yang tidak berwujud yang perlahan membunuhnya.

"Ini akan sembuh dalam dua atau tiga hari." Dokter menyelesaikan pekerjaannya, "kau akan merasa kesakitan nanti malam, jadi akan kuresepkan painkiller juga selain salep. Besok kau bisa membuka bebatnya sendiri. Tidak ada yang serius. Hanya, usahakan jangan terlalu banyak bergerak."

Mana mungkin, ditengah misinya untuk mengejar Min Jagganim? Tapi Seulgi hanya mengangguk saja, "terimakasih dokter."

"Saya akan menyelesaikan administrasi dan mengambil obatnya." Ucap Pria pirang itu lalu melangkah pergi bersama dokter. Membuat Seulgi sendirian di bangsal UGD itu.


Seulgi mendesah. Menatapi kakinya. Ada ada saja. Tapi bukan salahnya. Mobil itu diam saja, dalam posisi parkir ketika ia melintas dan tiba tiba melompat maju dan menabraknya. Tidak keras memang, hanya Seulgi kaget sehingga melompat menghindar dan mengakibatkan ia terjatuh dan terkilir. Itu sepenuhnya kecerobohan si pirang itu. Tidak heran ia terlihat begitu menyesal dan khawatir.

Lalu bagaimana sekarang? Mobilitasnya menjadi terbatas dengan adanya bencana kecil ini sementara ia harus mencari penulis brengsek itu. Gosh, jika Min Jagganim itu ketemu, Seulgi ingin menghabisinya karena membuat ia berada di kekacauan ini!

Apakah ia harus menyeret kakinya mengelilingi Jeju untuk mencari pria sialan itu? Yah, mau tidak mau. Seulgi sudah berjanji pada Kim Namjoon untuk berusaha sebaik baiknya. Dan ia tidak ingin mengecewakan pria itu. Namjoon mungkin tegas dan dan sedikit kejam. Tidak terhitung umpatan yang Seulgi, Jisoo dan Yerim keluarkan tanpa sengetahuan leader mereka itu. Hoseok adalah mafia di team, tapi kadang pada deadline yang menggila, Hoseok ikut mengumpati Namjoon bersama mereka. Tapi dibalik itu semua, Kim Namjoon adalah team leader terbaik yang bisa didapatkan tim gila itu. Yang bisa mengendalikan mereka. Jadi Seulgi ingin menjalankan misi ini dengan baik. Setidaknya ia harus berusaha dengan bersungguh sungguh.


Seulgi mendongak ketika Pria pirang itu muncul kembali, membawa bungkusan yang Seulgi tebak adalah obat untuknya. Sementara tangannya yang lain memegang sebilah Kruk.

Pria itu menyandarkan Kruk di samping bed, lalu duduk di kursi di hadapan Seulgi.

"Untuk saya?" Seulgi mengrenyit, "tidak perlu. Ini akan sembuh dalam tiga hari."

PERJALANAN PATAH HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang