CHAPTER 21 :CROMULENT

1.7K 154 75
                                    



Ini adalah hal yang Jimin tunggu tunggu setelah bertahun tahun lamanya, bukan?

Dan bukannya ia yang mencari, tetapi Chaeyoung lah yang datang sendiri padanya. 

Rasanya ... seperti apa yang ia harapkan dan doakan selama ini terkabul.

Tapi .... ia tidak merasakan senang sama sekali. Yang Jimin rasakan hanya kosong. Hampa.



"Bagaimana menurutmu?" Chaeyoung mengusap air mata di pipinya, memaksakan senyum, "haruskah kita berkencan saja, Jimin?"

"Kau meminta seorang lelaki berkencan dengan wajah beringus seperti itu?" Jimin berusaha bercanda, ia menjentik dahi Chaeyoung pelan, "mana ada yang mau!"

Chaeyoung cemberut sementara Jimin terkekeh. Hendak bangkit tetapi Chaeyoung menarik tangannya, membuatnya duduk kembali.

"Aku serius." Ucap Chaeyoung, menatap Jimin, "ayo kita berkencan saja!"

"Tidak. Kau tidak serius. Kau hanya tidak ingin sendiri. Hanya ingin ada sesuatu yang mengalihkanmu dari lukamu." Sahut Jimin.

Chaeyoung menggigit bibirnya, menahan tangis lagi.

"Kau tidak menyayangiku." Ucap Jimin lembut, mengusap pipi Chaeyoung.

"Aku menyayangimu!" Gertak Chaeyoung dari balik gigi yang tertutup, "tidakkah kau menyayangiku juga?"

"Kau menyayangiku sebagai teman. Begitupun aku." Masih ada sedikit keraguan ketika Jimin mengucapkan hal itu. Karena di dalam hatinya, ia memang masih menginginkan Chaeyoung. Tapi .. ia menginginkan Seulgi lebih dari ia menginginkan Chaeyoung.

"Itu pun cukup!" Chaeyoung masih bersikeras, "itu pun cukup, Jimin. Aku bisa mencintaimu seperti aku mencintai Chan Oppa. Lambat laun."

Jimin menghela nafas, "ini pelarian, Chae. Kau hanya menjadikanku pelarian."


Tidak boleh terjadi lagi. Sesuatu yang terjadi seperti padanya dan Seulgi, tidak boleh terjadi lagi. Jimin tidak ingin terbelah antara Chaeyoung dan Seulgi.


Chaeyoung membuang wajahnya, air mata mengalir di pipinya lagi, "jika itu bukan Chan Oppa, aku hanya bisa memikirkan dirimu." Ia menatap Jimin lagi, "aku bertemu Taehyung malam ini. Dia datang ketika kau pulang."

"Sungguh? Dia tidak mengabariku."

"Dia yang menemukanku menangis setelah di tolak Chan Oppa." Chaeyoung menggigit bibirnya, "dan dia yang memanggilkanku taksi. Tidak bisa mengantarku karena dia belum bertemu ayahmu." Chaeyoung berhenti sebentar, menarik nafas, "sesuatu yang dikatakannya membuatku berlari kesini. Padamu."

Jangan bilang kau memberitahunya, Tae. "Apa?"

"Bahwa kau selama ini mencintaiku."

Jimin memejamkan mata. Brengsek.

"Dia bilang supaya aku tidak hanya terfokus pada diriku saja dan mulai ... " Chaeyoung terdiam dulu, " ... melihatmu."

Jimin tidak menjawab, hanya balas menatap Chaeyoung. Menunggu dadanya berdebar demi gadis ini. Ada. Tapi kecil sekali. Tidak ada sentakan seperti dulu. Perasaan senang setiap kali Chaeyoung melihatnya, memperhatikannya. Ada, tapi samar.

"Bisakah aku mengklaimnya? Cintamu untukku?"

Jimin tersenyum, "tenangkan pikiranmu dulu, Chae. Jangan mengambil keputusan ketika kau sedang dalam keadaan seperti ini."

PERJALANAN PATAH HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang