CHAPTER 6 : RUBATOSIS

936 134 24
                                    


Suara detakan jantungnya adalah satu satunya suara yang terdengar jelas di telinga Seulgi.


Berdetak ribut. Menggelepar seperti seekor burung yang baru terpanah.


Lalu perlahan, semuanya kembali berpijak solid lagi. Gravitasi bumi seolah menariknya kembali. Karena samar samar, di tengah detakan jantungnya, ia mendengar ketukan pintu pelan dan suara akrab yang memanggil namanya.


"Nona Kang? Kau di dalam?"


Tanpa sadar, Seulgi meremas sesuatu yang berada di telapak tangannya. Telinganya awas mendengar suara dari luar kamar.

Beberapa ketukan lagi. Lalu hening. Seulgi bahkan tak berani bernafas. Ia tersentak ketika merasakan ponselnya yang berada di dalam tas bergetar. Sekali lagi, suara detak jantungnya terasa sangat jelas di telinganya. Hampir seperti jantungnya berpindah tempat. Dan tangannya meremas makin erat.

Suara ketukan lagi lagi terdengar. Timjangnimnya adalah orang yang sangat ulet. Fikir Seulgi. Kalau tidak seperti itu, mana mungkin dia bisa mengepalai divisi dengan orang orang sinting macam Seulgi, Jisoo, Hoseok dan Yerim yang menjadi anggotanya? Butuh mental baja, kesabaran dan ketekunan untuk dapat mengendalikan mereka berempat dan Kim Namjoon bisa melakukannya.

Hening lagi. Dan setelah menit menit yang terasa seperti seabad lamanya, akhirnya terdengar suara ketukan sepatu menjauh.


Tetapi Seulgi masih belum bergerak. Seluruh indra nya masih waspada akan kehadiran Kim Namjoon. Sampai akhirnya ia yakin bahwa Namjoon sudah pergi, Seulgi menghembuskan nafas yang sedari tadi ia tahan. Dan baru menyadari keadaannya.


Posisinya yang merapat pada tubuh hangat Park Jimin.


Dada lelaki itu yang ada di depan wajahnya, dan Seulgi kini dapat mendengar detak jantung Jimin yang menyeruak tiba tiba. Seolah dikeraskan dengan speaker.


Dan bahwa tangannya menggenggam erat bagian depan sweater Park Jimin, meremasnya kuat kuat.



Seulgi mendongak. Dan rupanya itu tindakan yang salah. Karena dengan begitu, wajahnya langsung berhadapan dengan wajah Jimin. Dekat sekali sehingga hembusan nafas wangi pemuda itu menerpa wajahnya.


Seulgi terkesiap. Segera melepaskan pegangannya pada Jimin, buru buru mengambil jarak mundur. Dan rupanya itu juga keputusan yang salah karena ia lupa bahwa kakinya sedang sakit. Melangkah dengan kaki yang terluka tentu saja buruk.



Mata Jimin melebar. Tangannya terulur dan ia segera melangkah ke depan, menahan Seulgi yang menjerit kecil ketika kaki kirinya menumpu berat badannya dan seketika oleng.








Kali ini bukan hanya suara detakan jantung. Tapi juga deru nafas yang terdengar jelas di telinga Seulgi. Dan bukan hanya miliknya. Tapi ... milik Jimin juga.

PERJALANAN PATAH HATIHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin